Sekamar dengan Profesor

34 4 2
                                    


Pukul 17.00 WIB, Prof. Ratih masih di rumah Alya, setelah melihat beberapa produk-produk daur ulang di lantai bawah, mereka naik. Di lantai atas  terdapat lebih banyak karya.  Semacam galeri mini yang memajang produk-produk dari kertas bekas. Ada guci berbagai ukuran dari koran bekas, miniatur sepeda berbagai macam model, becak, kapal, tas, dompet sampai jam dinding estetik dari koran bekas. produk dari kertas bekas yang lain juga ada, seperti dari kertas HVS salah cetak dan segala macam lainnya. 

Prof. Ratih melihatnya dengan terkagum-kagum. Sebenarnya dia sudah banyak melihat produk serupa dari kertas bekas, tapi karya Alya berbeda. Karya tangan Alya memiliki keunikan, kemewahan yang membuat karya ini bernilai ekonomi tinggi. 

Prof. Ratih beralih pandang ke rak buku minimalis, Rak itu dibuat dari kardus bekas kulkas. cantik sekali rak itu. Membuat kaki sang profesor melangkah ke sana. 

Di rak itu tertata buku-buku handmade dari kertas HVS salah cetak dan ada juga dari kertas-kertas soal ujian. Jadi buku itu dibuat dengan cara sederhana. Halaman yang berisi dilipat dua, sehingga menjadi setengah halaman HVS kosong timbal balik karena bagian yang berisi sudah berada di dalam lipatan. Lipatan itu di tumpuk 25 lembar dan bagian ujung-ujungnya di satukan dan dilubangi dengan pelubang kertas.  Ke 25 lembar itu kemudian dijalin menggunakan benang karung beras  bekas yang sengaja dikumpulkan Alya. Dijalin dengan cara memasukkan benang ke lubang dari ujung ke ujung dan kemudian dibalas hingga benang kembali ke ujung  awal. sehingga jalinan benang itu membentuk silang seperti  memasang tali sepatu. Nah jadi bukunya, jadi istilahnya buku itu dijilid dengan benang sehingga unik dan klasik. 

banyak sekali buku-buku buatan tangan dari HVS bekas itu. Dan uniknya, cover setiap buku dibuat manual dengan goresan tangan sendiri, sungguh pemanfaatan limbah kertas yang luar biasa. Profesor Ratih kemudian mengambil salah satu buku itu.

"Eco Enzyme", Prof. Ratih membaca judul buku itu yang ditulis dengan huruf campuran besar kecil, terkesan bentuk hurufnya suka-suka tapi cantik dan menarik apalagi dibuat tiga dimensi dengan paduan warna dari spidol dan stabilo.

"Alya, ini Alya yang buat ?", tanya sang Profesor.

"Iya Prof, Alya memanfaatkan HVS bekas untuk dibuat buku-buku pengganti buku tulis, jadi setiap buku di isi sesuai judul masing-masing. Ini buku manual suka-suka saja Prof. tapi asyik bikinnya karena sekalian menuangkan ide kreasi corat-coret he he", jelas Alya.

"Keren ini, baru kali ini lo saya ketemu yang beginian. jadi di kampus selama ini kertas yang menumpuk itu klo nga di bakar paling dikiloin. Nah jika semua mahasiswa memanfaatkan HVS bekas untuk pengganti buku, binder dan sejenisnya kan luar biasa. Ini semua kita bawa ya", pinta Prof.

"Siap Prof. biar Alya siapkan, ini semua judulnya beda-beda". kata Alya

"Nah literasi nga perlu mahalkan ?, bisa dibuat manual juga, yang terpenting ide pemanfaatan limbah kertasnya", sambung Prof.

Lain Prof. Ratih, lain lagi Raymon. Raymon malah sudah sedari tadi  mencobakan beberapa alat fitness Alya. Dalam hati Raymon salut, bahkan dirinya saja tidak punya ruang fitness sendiri.

"Keren, ternyata pecinta olah raga ya ?, alatnya lengkap", komen Raymon entah pada siapa.

Alya yang sedang asyik bicara dengan Prof. Ratih spontan melihat ke arah Raymon begitu juga sang Profesor yang langsung berjalan mendekati anaknya.

"Alya, suka olah raga juga ?", tanya Prof. Ratih ke Alya.

"Iya Prof. hanya untuk menjaga kesehatan dan stamina  serta pola hidup sehat, kan jika kita sehat kita bisa berbuat kebaikan dengan leluasa, beribadah dengan tenang dan lebih bahagia menjalani kehidupan", jawab Alya panjang.

Mengalahkan Cinta Sekuat TenagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang