10. Salad ikan

109 8 0
                                    

Pelajaran seni hampir berakhir. Tapi, Alea masih tidak mengerti apa yang dimaksud guru itu. Pikirannya terganggu, benar-benar terganggu dengan pengakuan Ando tadi pagi.

Pandangan Alea tidak bisa teralihkan dari punggung tegap Ando yang sedang membelakanginya. Setiap pergerakan pria itu, Alea selalu memperhatikannya.

"Alea..."

Satu kelas menoleh pada sang empunya nama.

"Aleaaaa...!!"

Panggil lagi si guru seni, bahkan Ando sudah menoleh pada gadis dibelakangnya.

"Aleaaa!!"

Brakkk.!!

Alea terkejut, demi apapun ia benar-benar terkejut. Ia gelagapan, pandangannya mengedar dan berhenti pada si guru yang memandangnya marah.

"Kenapa kamu ini Alea?!" Tanya guru itu.

Alea menelan ludah kasar, ia melirik kiri dan kanan. Hampir seluruh tatapan teman-temannya mengarah kepadanya.

"Alea! Jawab saya!" Pinta guru itu membuat detak jantung Alea semakin berdegub kencang.

Ia tidak pernah merasakan dimarahi oleh seorang guru.

"Maaf bu," seseorang mengacungkan tangan menyita perhatian guru itu.

"Kenapa Juni?" Tanya guru itu.

"Alea mungkin sedang tidak enak badan. Karena tadi saya lihat ia baru keluar dari ruang uks bu." Jelas Juni membuat Alea sedikit lega ada yang membelanya.

Lantas, guru itu menatap Alea sambil menurunkan kaca matanya. "Kamu sakit?" Tanya guru itu pelan. Raut wajahnya berubah cemas.

Alea diam sebentar lalu mengangguk. "Iyah bu, saya sedang tidak enak badan. Saya juga kepikiran keluarga saya dirumah jadi.. saya melamun."

Guru itu mendekat, ia menyentuh tangan Alea lembut. "Memangnya, ada apa dengan keluargamu?"

"Sedikit masalah." Jawab Alea, merunduk membuat si guru seni itu merasa iba.

"Baiklah, untuk kali ini ibu maafkan." Kata guru itu dengan mengelus kepala Alea lembut.

Alea sedikit tersentak, ini pertama kalinya ia dibelai oleh seseorang setelah delapan tahun terakhir.

Alea menatap sang guru seni, ia tersenyum tipis. "Terimakasih bu."

Guru itu mengangguk. "Iyah.." jawabnya.

Ia lantas melihat jam yang menempel dipergelangan tangannya lalu kembali ke depan.

"Oke, pelajaran selesai. Sampai jumpa dijam selanjutnya." Ucapnya berpamitan.

"Iyah bu.." sahut serentak para murid.

Ando dengan cepat menoleh pada Alea. Ia menatap gadis itu dengan tatapan membingungkan membuat Alea sedikit gugup karenanya.

"Kamu kenapa?" Tanya Alea.

Ando tersenyum lebar. "Tidak apa-apa." Jawabnya.

"Lalu, mengapa menatapku seperti itu?"

"Emang gak boleh natap masa depan sendiri?"

"Hah?" Alea tercengo membuat tawa Ando pecah.

Alea menatap Ando kesal. "Kamu yah! Ngeselin banget."

"Ahaha.. yah lagi lo kenapa bengong aja ahahahaa..."

"Ya terserah aku lah."

"Idih.. terserah, kek cewe aja jawabannya." Kata Ando sambil menyentil idung Alea kecil.

Four in OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang