14. Welcome to school

230 10 0
                                    

"Apa yang terjadi?" Tanya Alena saat dua saudaranya baru saja tiba.

Alea dengan baju basahnya, dan Alya dengan wajah sedikit kesalnya.

"Dia bermain hujan-hujanan padahal kakinya sedang luka." Adu Alya. Yah, ternyata yang menjemputnya adalah adik Alea yaitu Alya.

"Kenapa kau main hujan Alea?" Tanya Alena.

Alea semakin menunduk, ia tak berani menjawab yang sebenarnya dan ia pun tak berani berbohong. Dan lagi, kakinya semakin terasa perih.

Tiba-tiba Aluna datang. "Kenapa ini?" Tanyanya.

"Alea main hujan padahal kakinya sedang terluka." Jawab Alena.

"Maafkan aku." Lirih Alea membuat tiga saudaranya menghela nafas.

Lantas Aluna menatap pada kaki adiknya yang tertutup kaus kaki putih dengan noda merah yang bisa ditebak itu adalah darah.

"Cepat mandi, bersikan lukamu" suruh Aluna dan Alea mengangguk lalu pergi.

"Apa yang menyebabkan Alea sampai hujan-hujanan?" Tanya Aluna pada Alya yang sudah duduk disebelah Alena dengan berebut cemilan.

"Hei punyaku!" Herdik Alena.

"Jangan pelit!" Otot Alya.

"Kau bisa ambil sendiri dikulkas."

"Aku malas."

"Kau memang pemalas!"

"Kau yang pelit!"

"Kau yang malas!"

"Hentikan!" Gentak Aluna membuat dua adiknya terdiam.

Aluna menghela nafas pelan. "Aku bertanya Alya."

Alya menoleh pada kakanua lalu mengangkat bahu tak tau. "Aku tidak tau, tapi tadi aku melihat ia bersama seorang pria."

"Wawww... boyfriend kah?" Tanya Alena antusias.

Alya melirik Alena sinis. "Yah manaku tau! Apa perlu aku bertanya pada Alea?"

"Aishh tidak perlu!" Tolak Alena.

"Aku rasa bukan." Jawab Aluna membuat dua saudaranya menatap dirinya.

"Lalu?" Tanya Alena

"Masih tahap pendekatan."

"Kau tau itu?" Tanya Alya.

"Yah, aku menyadap ponsel Alea semalam."

"Astaga..." kaget Alya dan Alena.

"Kau tidak boleh melakukan itu ka, kau mengerti privasi bukan?" Marah Alya.

"Yah aku tau,"

"Lalu mengapa kau melakukannya?" Tanya Alena.

"Aku hanya khawatir, Alea terlalu lugu untuk mengenal seorang pria. Aku takut ia hanya dipermainkan." Jelas Aluna membuat kedua saudaranya menghela nafas berat.

"Kau benar." Ucap Alena, "aku tidak sudi bila adikku jatuh pada pria brengsek nanti."

"Tapi ka Alea tidak boleh tau hal ini, aku takut ia akan marah padamu." Kata Alya menatap Aluna.

"Akan ku pastikan itu tidak akan terjadi." Janji Aluna.

1/4

Pagi hari yang cerah ini, tiga saudara itu digemparkan dengan teriakan Alea yang terus saja meringis sejak jam empat pagi tadi.

Aluna yang kebenaran kamarnya berada disebelah kamar Alea menjadi sedikit terganggu tidurnya. Sampai akhirnya, ia memutuskan melihat adiknya itu.

Four in OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang