11. Alya si pyscho.

95 9 2
                                    

"Apa yang terjadi?" Tanya Alya ketika melihat banyak darah dikaki kakaknya.

Alea yang baru saja pulang, tersentak kaget ketika adiknya langsung bertanya.

Sial, bahkan ia belum memikirkan alasan yang tepat untuk hal ini.

Alya menatap Alea, ia baru saja keluar kamar dan tanpa sengaja berpasan dengan Alea yang hendak menaiki tangga.

"Kenapa?" Ulang lagi Alya.

"Eng.. tidak apa-apa." Jawab Alea, lantas ia melewati Alya yang terdiam menatapnya.

"Kau.. terluka karena seseorang?" Tebak Alya, membuat langkah Alea berhenti.

Alea menoleh, ia tersenyum tipis. "Tidak, tadi aku bermain sepak bola, kau tau kan aku tidak pernah memainkan itu. Jadi.. tanpa sengaja aku menendang bangku yang berada dipinggir lapangan saking asiknya mengejar bola." Jelas Alea, ia tau adiknya tidak akan diam jika belum dijelaskan.

"Sampai berdarah dan diperban seperti itu? Sangat tidak logis." Gumamnya.

"Yah.. tapi itu kenyataannya."

"Aku pikir kau berbohong."

Jelb, Alea menelan ludah kasar. Ia tau adiknya selalu ingin kejelasan, tapi ia lupa adiknya terlalu pintar untuk dibohongi.

"Aku tidak pernah memotong bagian kaki manusia tepat ditulang keringnya. Karena itu membutuhkan usaha yang keras." Ucap Alya membuat keringat Alea semakin keluar.

"Jadi.. jangan coba membohongiku kakak." Entah sebuah permintaan atau ancaman, setelah mengatakan itu Alya pergi membuat Alea sedikit bernafas lega.

"Haaah... gadis itu." Gumamnya pelan.

Alea lantas kembali melanjutkan langkahnya, ia harus cepat mengganti perban ini.

Setelah selesai mandi dan memakai pakaian rumahan. Alea mendudukan diri di ayunan yang berada dibalkon kamarnya, seraya membersikan lukanya itu.

"Aishh.. kenapa sakit sekali!" Lirihnya seraya membersikan luka itu.

Terlihat robekan yang cukup besar. Seharusnya, luka ini tidak terlalu besar. Tapi.. akibat tendangan tambahan dari Nanza membuat lukannya bertambah.

"Kenapa kakimu?"

Alea terkejut, ia lantas menoleh pada asal suara yang ternyata Aluna.

Aluna menatap luka Alea, ia berdiri dengan segelas jus ditangannya.

"Kau tidak mendengarku Alea?" Ucap Aluna membuat Alea tersadar.

"Ah, tidak ka. Engh.. tidak apa-apa." Gugupnya.

"Ayo minum jus ini." Suruh Aluna dan Alea menerimanya.

Aluna duduk didekat kaki Alea. Gadis itu, mengambil alih kotak obat dan mengobati luka adiknya.

"Mengapa bisa seperti ini?" Tanya Aluna setelah Alea meneguk jus buahnya.

"Aku tidak sengaja menabrak sesuatu." Jawab Alea, sambil memperhatikan betapa telatennya Aluna membersikan luka itu.

"Sesuatu apa?"

"Kursi dipinggir lapang, saat aku bermain sepak bola."

"Kau pe--"

"Kakak tau? Aku tadi makan salad ikan." Potong Alea mengalihkan pembicaraan.

"Apa itu salad ikan?" Tanya Aluna bingung.

"Seperti salad sayur yang pernah kakak buat, hanya saja itu terbuat dari ikan dan diguyur oleh saus kacang." Jelas Alea antusias.

"Makanan yang aneh." Gumam Aluna, lantas ia mulai memerban luka Alea.

Four in OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang