Seluruh tatapan mengarah pada Alena. Alena yang senang menjadi sudut pandang semakin menjadi dengan gaya berjalan bak model dikarpet merah.
"Aih.. aku seperti seorang dj yang turun ke dancer room." Batinnya, lalu tertawa tertahan.
Penglihatannya menyeruak, membaca satu persatu nama makanan dipalang setiap stand makanan. Yap, ia sedang berada dikantin.
Untuk pertama kalinya, seorang Alea yang dikenal tidak pernah menginjakan kaki dikantin sekarang malah datang ke kantin dipagi-pagi buta, Pantas saja ia menjadi sudut pandang.
Terlebih dengan pakaian mencolok seperti sekarang.
"Bu.. pesen mie goreng satu yah."
Seorang ibu menatap Alena tak berkedip. Alena berdecak, perutnya sudah lapar akibat Aluna yang sibuk mengurusi Alea.
"Ck, Bu.. saya pesan mie goreng satu." Ulang lagi Alena.
Ibu itu tersadar, ia berkedip beberapa kali lalu tersenyum.
"Maaf neng, ibu malah bengong hehe.." ucapnya yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Alena.
"Jadi mie goreng satu?" Tanya ibu kantin itu dan lagi Alena mengangguk.
"Pedas?"
"Ah tidak, sedang saja."
"Minumnya mau sekalian?"
"Boleh, aku mau air botol saja."
"Baik, tunggu sebentar."
Alena mengangguk dan ibu itu berlalu. Ia masih setia menunggu didepan stand ibu itu.
Hingga sampai akhirnya sebuah masalah datang.
Alena terpental jauh sampai membentur stand si ibu penjual mie itu akibat sebuah dorongan.
Suasana kantin mendadak hening, Alena menatap sang pelaku yang sedang tersenyum puas. Siapa lagi kalau bukan Yusi, salah satu anggota geng Nanza.
Nanza maju mendekat pada Alena yang sudah berdiri kembali. "Disini lo ternyata."
Alena tersenyum. "Kau mencariku?" Tanyanya.
"Lo kekantin? Emang punya uang?" Tanya balik Sanda mengingatkan Alena yang ia anggap Alea pada kejadian dulu didepan gedung sekolah.
"Ahaha.. dia kan miskin, mana punya uang." Ledek Yusi dengan tawa khasnya.
"Iyah, dulu lo bahkan rela cium cowo yang lo suka karena ga mau bayar taruhan padahal cuma lima juta Ahahaha..." perjelas Kanaya membuat Alena yang mendengarnya langsung membelalakan mata tak percaya.
Nanza tersenyum. "Liat dong, dia sekarang berbeda. Bisa saja dia sedang menjalani profesi yang menghasilkan uang."
"Profesi apa itu?" Pancing Serta.
"Yah.. lonteh ahahaha..." seru mereka bersamaan.
Alena tersenyum karena tebakan mereka benar.
"Kenapa lo senyum?" Tanya Nanza sinis. Ia tidak suka melihat orang yang dibullynya tersenyum.
"Kenapa memangnya?" Tanya balik Alena.
Nanza terdiam, ia hanya menatap penuh Alena dengan kesal.
"Arhhh.. tasku!" Pekik Alena saat ia didorong oleh Sanda dan tasnya direbut oleh Serta.
"Wowww ada dompetnya!!" Teriak Serta selesai menggeleda tas Alena.
Alena berdecak, "anak itu memang tidak diajarkan sopan santun. Beginikah kondisi sekolah yang menyenangkan menurut Alea?" Batin Alena seraya menatap santai gerombolan geng Nanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four in One
Teen FictionWarning🔞!!!!! Update setiap hari...🎉🎊 4 dalam 1? Hacker, bicth, pyscho? Masih ada satu kepribadian yg belum terbongkar. Mari, bergabung dalam dunia keluarga Aurora! DAN! JANGAN BERFIKIR UNTUK PERGI! KAU HARUS SELESAIKAN BACAANMU!