12. Alena jatuh cinta?

91 7 4
                                    

"Kamu yakin tetap berangkat sekolah?"

"Iyah ka."

"Tapi kakimu i--"

"Sudahlah ka Aluna, aku pusing mendengar kau berkata itu berulang kali." Potong Alya cepat, ia sedikit terganggu dengan Aluna yang terus menanya hal yang sama berulang kali kepada Alea.

"Aku hanya khawatir."

"Yah aku tau, tapi itu bukan berarti kau menanyakan hal yang sama berulang kali."

Alea tertawa kecil melihat kedua saudaranya. "Sudah-sudah, aku hampir terlambat. Aku berangkat..." pamitnya, menyandang tas lalu pergi.

Aluna menghela nafas panjang. Ia menatap Alea yang berjalan tertatih-tatih, sampai punggung adiknya itu hilang terhalang tembok.

"Kau terlalu mengkhawatirkannya." Ucap Alya, lantas memasukan nasi ayam itu kedalam mulutnya.

Pandangan Aluna beralih pada Alya. "Jelas saja, Alea itu terlalu lugu untuk dilepas begitu saja."

"Lebih baik lugu, dari pada liar seperti ka Alena." Kata Alya dengan entengnya.

Mendengar nama Alena disebut, Aluna menjadi ingat dengan adik pertamannya itu.

Ia berdecak pelan. "Pulang jam berapa Alena hari ini?" Tanyanya pada Alya.

"Jam empat dini hari."

"Aihhhss.. anak itu, jika ia terus seperti ini kesehatannya akan terganggu." Cemasnya membuat Alya berdecih.

"Apalagi ia pulang dijam seperti itu. Bagaimana kalau dia dirampok?"

"Kau terlalu menjadi pemikir sekarang." Cibir Alya.

"Aku hanya khawatir."

"Jangan pernah, memikirkan hal yang belum tentu terjadi."

"Aku hanya sedia payung sebelum hujan."

"Ck, tapi cuaca cerah."

"Kau pernah dengar? hujan disaat matahari terik?"

Alya mengangguk lugu.

"Seperti itu, semua datang secara tiba-tiba."

"Terserah kau saja!" Kesal Alya.

Aluna tertawa pelan melihat wajah sibungsu yang kesal.

"Bagaimana enak?" Tanyanya mencairkan suasana.

Alya mengangguk. "Seperti biasa."

"Aku pikir, kau perlu mempelajari resep masakan yang lain. Karena.. aku mulai bosan memakan ayam goreng ini."

"Aku sibuk, tidak ada waktu. Terlebih saat ini claen ku bertambah." Keluh Aluna.

"Apa.. kita perlu asisten rumah tangga?" Pikir Alya.

"Kau ingin rahasia kita terbongkar?" Sinis Aluna.

"Ck, tentu tidak." Sahut Alya. "Tapi aku merasa bosan jika terus menerus seperti ini."

"Tenang, jika ada waktu aku akan belajar resep masakan lain." Ujar Aluna membuat Alya sedikit mencibir.

"Aku tidak mau menjadi penyicip yang pertama." Ucapnya, ia sudah kapok dengan soto yang pernah Aluna masak dulu.

"Terserah kau saja."

1/4

Alena merenung, tanpa diketahui saudaranya yang lain. Ia belum bisa tidur sejak pulang dari hotel tadi pagi.

Four in OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang