010

6 3 0
                                    

"Ra, temenin gue ke minimarket dong."

Ting notifikasi chat dari Denan tiba-tiba masuk disaat Nara sedang makan. Notifikasi itu hanya akan membuat Nara kesal untuk kedua kalinya, yang pertama dikarenakan motor kehabisan bensin dan ini lagi...??

Nara berinisiatif menelfon Denan saat itu, mulutnya masih mengunyah nasi yang baru dilahap. "Ga." Kata Nara yang kemudian mematikan telepon.

"Harus." Denan tak mau kalah, ia membalas Nara dengan voice note yang baru saja ia kirim. Ia tersenyum jahil saat melihat Nara juga merekam pesan suara untuknya. Setelah selesai, handphonenya ia dekatkan ke telinga untuk mendengar ucapan Nara dengan jelas.

"Gamau, kecuali lo beliin gue eskrim." Ucapnya sambil membersihkan kotoran-kotoran yang ada di bibirnya.

.

.

.

Yaa.. disinilah mereka, Denan yang sedang membayar belanjaan dan Nara yang sedang memakan es krim di kursi. Dari jauh, Nara bisa melihat ada sepasang mata yang memperhatikannya. Setelah beberapa saat Nara bertatapan dengannya, laki-laki itu menundukkan wajahnya dan kembali mengambil minuman dari pendingin.

"Udah, ayo pulang." Kalau kalian tanya kenapa mereka bisa semudah itu untuk pergi bersama, itu karena rumah mereka bersebelahan. Bukan benar-benar tepat disampingnya, tapi diberi jarak 2 rumah.

Daritadi memang cuacanya tidak begitu baik, awan mendung dan gerimis. Tapi karena ini permintaan ibu Denan, mau tidak mau ia harus menurutinya. Mata Denan dan mata Nara bertemu dengan kebingungan, Denan tidak kuat. Ia langsung memalingkan pandangan ke arah kanan. Sejujurnya Nara juga sedikit salah tingkah, ia tetap menunjukkannya. Walaupun berbeda dengan Denan, ia menunjukkannya lewat gerakan tangan yang berusaha sibuk.

"E-eh ayo cepet katanya gamau kehujanan.. "Ucap Nara yang kemudian perlahan mengarahkan pandangannya ke Denan. Denan tidak tau kenapa jantungnya seperti ini, tidak tau dan tidak ingin tau.

"Yaudah a-" Suara petir semakin kencang, membuat Nara dan Denan sedikit terkejut. Denan mengurungkan niat untuk membuka payung, karena sepertinya jika mereka tetap pulang di keadaan seperti ini badan mereka akan basah kuyup.

"Nara, gapapa kan kita disini dulu?" Wajah Denan terlihat bersalah, Nara yang melihatnya langsung berusaha mengelus rambut yang sedikit tidak bisa di gapai tangannya. Denan semakin salah tingkah, ia memegangi tangan Nara dan segera melepaskan nya dari rambutnya.

"Ah, sorry. Duduk situ aja yuk." Tunjuk Nara ke arah kursi kayu panjang di depan pintu. Cukup luas dan bisa dijadikan tempat berteduh. Ini lebih baik daripada memaksakan untuk pulang dalam keadaan hujan seperti ini.

"Hey, boleh cerita?"

Tentang kita ; long restTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang