02

29 16 24
                                    

hai haii, welcome to certa 'Tentang Kita'. Hal wajib sebelum membaca adalah bantu vote yaa, udah? tysm and happy reading!

 Hal wajib sebelum membaca adalah bantu vote yaa, udah? tysm and happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Good morning ayangg." Sapa Nara pagi
itu. Nara yang kali ini berbeda dari pagi yang kemarin. Perutnya sudah terisi nasi dan ayam goreng sehingga tidak lemas seperti kemarin.

"Ayang-ayang apaan. By the way, udah seger lu sekarang?" Telinga Nay sedikit gatal saat mendengar kata "ayang" dari Nara. Nay membatin, sahabatnya pagi ini sudah kembali semangat sepertinya. Tidak seperti yang kemarin.

"Udah dong, abis mampir ayam gorengnya pak Aji soalnya." Ucapnya sambil meletakkan tasnya ke kursi. Ia mengambil botol minum dari dalam sana, yang kemudian ia minum. Pagi ini terasa tenang dan damai, hingga akhirnya Nara mengingat satu hal. Pensil kemarin.

"Nay, lu kenal Adenan Faiz?" Setelah beberapa tegukan air, Nara menutup kembali botol minum itu. Ia beralih untuk bertanya pada Nay. Agak sedikit random sebenarnya menanyakan hal ini, tapi rasa penasaran Nara membuat mulutnya berbicara.

"Kenal kok, dia di kelas sebelah tuh. Anaknya lumayan pendiem si, cuma ganteng banget. " Kata Nay, dan di akhiri dengan tawa yang menurut Nara aneh. Kemudian ia berpikir, lebih baik ketemuan atau ngga usah ya? tapi setelah mendengar kata-kata Nay berikutnya, ia mulai terdiam sejenak dan kembali memikirkan idenya tadi.

"Cuman sayangnya dia udah punya pacar." Nara yang mendengar nya mulai merubah mode menjadi mode gibah. Ia mulai mendekatkan kursi nya ke arah Nay dan mulai menyimak berita yang belum ia tau ini.

"Dulu mereka juga pernah pacaran, tapi putus. Eh beberapa hari kemudian udah balikan lagi." Nara mengerti. Tapi ia masih penasaran, wajar aja dong kalau minta kenalan? Nara saja tidak terlalu kenal dengan yang namanya Denan ini, lagipula tidak ada niatan merebut juga.

"Ey, kan lu kenal sama yang namanya Denan. Anterin gue ke kelasnya dong Nayy." Tangannya sekarang menyodorkan uang 20 ribuan ke arah Nay. Ia berharap Nay mau mengantarkannya ke kelas Denan untuk berkenalan. Walaupun sebenarnya hanya perlu beberapa langkah saja untuk sampai ke kelas yang dimaksud.

"Deal, mau kapan?" Tanpa perlu waktu yang lama, Nay segera mengambil uang tersebut. Daripada nantinya ditarik kembali oleh Nara. Nara yang mendengarnya tersenyum lalu menjawab.

"Besok Nay, biar gue dandan cantik dulu gitu ceritanya." Nara mengetuk-ketuk an pensilnya ke meja. Sambil memikirkan makanan apa yang akan ia beli nanti pulang sekolah.

"Dih, mau jadi pelakor lu Ra?" Tanya Nay heran, ia bingung dengan sahabatnya ini.

"Heh bukan gitu, siapa tau ada temennya yang kepincut gue gitu." Nara yang mendengar perkataan Nay kaget. Mana mungkin dia akan menjadi pelakor, justru niat Nara ingin berdandan nanti agar salah satu dari teman-temannya ada yang terpincut.

"Iya-iya, udah terserah lu aja deh hahaha." Nay tertawa melihat kelakuan Temannya itu. Tapi ia setuju, mungkin saja ada hal penting yang harus dibicarakan Nara dan Denan.

Keesokan harinya

"Good morning Nay." Hari ini Nara datang lebih awal, ia menaruh tasnya ke kursi dan segera duduk. Tapi sebentar, kenapa Nara tampak pucat?

"Pagi juga Ra. Loh, kok pucet?" Nay menaruh handphone nya ke meja dan mulai memperhatikan Nara. Sepertinya ia bergadang lagi tadi malam untuk maraton drama. Ditambah dengan ia yang belum sarapan, dasar kelakuan.

"Aduh Nay, gue lemes belum makan. Cabut ke kantin bentaran ya, kayaknya bu Rini udah buka deh." Nara berdiri dan melambaikan tangannya, kali ini benar-benar pucat. Jadi ia se

"Oh iya cepetan gih, yang ngebut ya makannya!"

.

"Pagi bu, boleh satu bubur ayam? cepetan dikit ya bu, mau masuk soalnya hehe." Tidak ada kata tunggu, Nara langsung memesan satu bubur untuknya pagi ini. Ia terlihat pucat karena belum makan sama sekali.

"Kayak biasa ya mbak." Bu Rini menjawab. Ia sudah hafal pesanan Nara, karena ia langganan disini. Hampir setiap pagi Nara memesan bubur milik bu Rini.

"Iya bu, saya duduk dulu ya." Nara kemudian duduk dan mengeluarkan handphone nya ke atas meja.

"Pagi bu Rini!" Sambut siswa laki-laki dari ujung kantin. Bu Rini yang mendengar nya ikut menyapa kembali sapaannya. Suara itu terdengar tidak asing bagi Nara. Ia menengok ke arah dimana suara itu terdengar.

"Oh, anak kemarin." Iya, siswa tadi adalah siswa yang kemarin mengambil pensil milik Nara. Kini di depannya sudah ada bubur yang ia pesan, setelah menaruh handphone nya kembali ke atas meja ia langsung melahap bubur itu.

"Pagi, jangan buru-buru dong makannya. " Siswa itu kembali duduk ke samping Nara. Yang kemudian membuka handphone nya.

"Uhuk-uhuk." Mendengar itu Nara malah tersedak. Ia langsung meminum air putih di sampingnya dan menengok ke arah siswa tadi.

"Oh sorry, gue laper belum makan. Lu anak yang kemarin kan?" Nara bertanya, ia mengelap mulutnya dengan tisu. Sungguh, hampir saja ia memuntahkan bubur didepan nya.

"Iya, nama gue Adenan." Baru saja Nara melahap sesuap bubur, ia kembali tersedak mendengar ucapan siswa ini. Kembali ia meminum air disamping nya dan menengok ke arah Denan.

"Gue ga nanya btw. Tapi.... eum, lu yang kemarin gue chat tentang kertas kan?" Nara semakin penasaran, sepertinya jasa antar Nay tidak akan berguna setelah ini.

"Loh, itu lu?"

"Loh, itu lu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

helloo, ketemu lagi di cerita 'Tentang Kita'. Boleh minta kritsar nya?
Semoga suka ya sama chapter ini, jangan lupa vote dan commentt.

Tentang kita ; long restTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang