06

29 14 12
                                    

upload lagi, tugas readers apa? ofc nge vote dongg hshs, anyways hopefully u guys enjoy!

"Eh, lu beneran Adenan Faiz?" Nara menaruh tisu nya ke atas mangkok buburnya dan membuka handphone miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Eh, lu beneran Adenan Faiz?" Nara menaruh tisu nya ke atas mangkok buburnya dan membuka handphone miliknya. Ia dengan cepat membuka chat kemarin dengan Denan. Yang kemudian ia tunjukkan ke arah Denan.

"Bentar gue tunjukkin juga." Denan kemudian merogoh handphone yang sudah ia saku kembali. Sama seperti Nara, Denan denga cepat membuka chat kemarin. Ia juga menunjukkan chat itu ke arah Nara. Sontak Nara terkejut, dia melihat keseluruhan wajah Denan. Ia tak menyangka akan bertemu dengannya disini.

"Hei, masih idup?" Denan memukul kecil dahi Nara. Nara yang kaget, refleks membanting tangan Denan ke meja. Beberapa detik kemudian ia tersadar, Nay sudah menge chat Nara untuk segera pergi ke kelas. Ia buru-buru lari dan meninggalkan Denan di sana sendirian.

Sorenya

"Nay, Nay, Nay, Nay." Pulang sekolah, Nara dan Nay masih berada di kelas. Mereka masih mencatat materi yang tadi diberikan. Tapi Nara hanya bertahan sebentar, tangannya sudah lelah menulis semua materi ini.

"Apaan." Nay sekarang sedang benar-benar serius mencatat. Jantungnya berdegup kencang karena orang tua nya daritadi menelpon. Tidak peduli dengan Nara, ia terus menulis walaupun seperti tulisan anak tk.

"Gue ketemu Denan dikantin tadi." Tangan Nara menggoyangkan baju Nay sedikit kuat. Nay yang mendengar nya langsung tremor dan berakibat mencoret catatan miliknya.

"Tunggu, beneran lu ketemu dia?" Nay menutup buku catatannya. Ia memasukkan nya ke dalam tas dan bertanya kepada Nara tentang masalah tadi.

"Iyaa, dia tadi nunjukkin ke gue chattannya juga." Tas milik Nara sekarang sudah ada di pundaknya. Ia berjalan ke arah pintu kelas dan menutup nya.

"Ohh gituu, jadi jasa antar gue udah engga kepake nih? "

"Kayaknya sih engga... Cuma mungkin nanti kepake buat nemuin kak Refan hehe." Kakinya mulai berjalan menuruni tangga sekolah. Saat menyebut nama Refan, rasanya pipi Nara semakin memerah.

Dirumah

"Mama, Nara pulangg." Nara membuka pintu rumah dan segera menaruh tasnya di meja. Setelah itu, Ia masuk ke dalam kamar dan membaringkan badannya ke kasur.

Ting.

Terdengar notifikasi chat dari handphone Nara. Tanpa basa-basi, Nara segera membuka notifikasi tersebut. Ia sedikit terkejut, ada apa Denan menghubungi Nara?

"Loh, Denan?" Dia detik setelah Nara berfikir, ia mulai menekan profil chat Denan.

Denan : "halo, tadi kenapa lari?"

Nara : "oh engga, ngga papa kok. Cuma tadi temen gue chat suruh ke kelas."

Denan : "okelah kalo gitu, see you besok ra."

Saat melihat pesan terakhir Denan, Nara sedikit kebingungan dengan kata-kata "see you besok ra". Ia langsung mematikan handphone nya dan memikirkan apa yang akan di bicarakan Denan besok.

Esoknya

"Nara!" Saat istirahat siang Nara dikejutkan dengan kehadiran Denan di depan kelasnya. Nay yang ikut terkejut langsung menyenggol lengan Nara pelan. Senyum Nay sedikit mengerikan menurutnya.

"Bentar-bentar, gue otw kesitu." Nara langsung memelototi Nay yang sedang tertawa. Ia kemudian berjalan kearah pintu dan memberikan gerakan ancaman untuk Nay.

"Gue mau pergi dulu, jangan macem-macem gibahin gue okey?" Nara dengan buru-buru berbicara tanpa suara ke Nay. Sedangkan Denan sekarang sedang menunggu di luar kelas Nara.

"Denan, lu bawa gue kesini ngapain?" Kali ini ia sedikit heran, kenapa Denan membawa Nara ke tempat seperti ini. Didalam pikirannya ia berfikir bahwa Denan akan menembaknya, tapi bayangannya itu hancur saat teringat perkataan Nay.

"Duduk dulu." Jantung Nara sudah tidak bisa terselamatkan. Sepertinya tingkat ke pd annya meningkat 75% sekarang. Ia kemudian duduk disamping Denan dan diam.

"Gue putus." Waw. Nara tercengang dengan perkataan salah satu kaum adam di samping nya ini. "Anjir.", Nara berbicara dalam hati dengan kesal. Jadi hanya ini yang ingin ia katakan?

"Kok bisa." Tapi entahlah, ia akan terus berusaha melanjutkan pembicaraan tidak jelas ini. Setelah beberapa detik ia menarik nafas, kepalanya ia angkat untuk melihat wajah Denan saat ini. Begitu terkejutnya dengan komuk Denan yang saat ini menahan tangis. Oh astaga, ini hari ter random yang pernah didapatkan Nara.

"Heh, lu nangis?" Tangannya tak tinggal diam, ia menggoyangkan pundak Denan yang sekarang menghadap kesamping untuk berusaha menutupi wajahnya. Tapi sayang, rencananya tidak berhasil. Suara hidung orang yang sedang menangis memang tidak bisa berbohong.

"Gapapa, gue gapapa kok ra." Ucap Denan sambil mengusap kedua matanya. Nara semakin bingung untuk berbuat apa, ia berusaha sebaik mungkin untuk menenangkan laki-laki didepannya ini.

"Eumm, apa ya. Gue gabi-" Betapa terkejutnya Nara saat ada badan besar memeluk badannya dengan erat. Tanpa sadar saat Nara mengambil tisu kecil yang dibawanya, Denan sudah memeluk Nara dengan erat. Itu membut jantungnya berdetak dengan kencang.

"Gini aja, gue lagi kehilangan badan yang dulu sering gue peluk." Kata Denan sambil memejamkan matanya di pelukan Nara. Nara yang mendengar nya sedikit kaget, ia belum terlalu lama mengenal Denan. Tapi menurut nya hal itu tidak masalah, mungkin ini hanya akan bertahan beberapa saat saja. Jadi tidak ada yang perlu dicemaskan.

"Gue jadi pengganti sementara nya aja gapapa kok." Ucap Nara yang saat itu masih tidak menyadari bahwa perkataannya ini akan mengubah sedikit kisahnya.

nino ninoo, makasih udah mau baca episode ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nino ninoo, makasih udah mau baca episode ini. Hope u enjoy, see u di chapter selanjutnya ♡

Tentang kita ; long restTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang