Chapter 5

884 64 1
                                    

"Aduh Kudo-Kun! Kenapa kau harus ikut sih?" Shiho menggerutui Shinichi ketika mereka sedang hiking ke sebuah bukit.

"Aku hanya ingin mengawasi putriku," Shinichi membela diri.

"Dia akan baik-baik saja bersama kami. Lihatlah! Dia sangat senang selama ini dan sangat mandiri melebihi perkiraanmu selama ini,"

"Aku berjanji aku tidak akan mengganggu kegiatan kalian. Aku hanya melihat dari jauh saja,"

"Tapi pikirkan perasaannya. Coba kau lihat, tidak ada orangtua lain yang mengawasi anak-anaknya disini. Dia akan malu..."

"Dia tidak akan begitu. Aku ayahnya!"

"Aku tahu itu, tapi kau jangan lupa, kau kan magnet mayat. Kau bisa..."

"Argggh!!" terdengar suara teriakan seorang wanita.

Shiho menghela napas, "Oke, kau telah melakukannya,"

Guru lain mengumpulkan anak-anak ke satu tempat yang aman, menjauhkan mereka dari jenasah. Shinichi melakukan yang harus dilakukannya sebagai detektif. Shiho Miyano membantu investigasinya seperti biasanya yang mereka lakukan bertahun-tahun lalu. Shiho Kudo memerhatikan cara mereka bekerja sama. Dia semakin mengagumi mengamati cara ayahnya dan Shiho Miyano bekerja. Mereka benar-benar tim yang hebat. Shiho Kudo mendadak terpikir apa yang menjadi tujuan hidupnya di masa depan. Ia juga ingin menjadi bagian dari tim mereka. Ia memutuskan ingin menjadi dokter forensik ketika ia dewasa nanti.

***

Shiho Miyano menghampiri lapangan sepakbola dan menemukan detektif itu sedang bermain sepakbola dengan anak-anak termasuk Shiho kecil. Seraya mengangkat salah satu alisnya, ia menatap Shinichi penuh perhitungan.

"Apa?" tanya Shinichi.

"Kau tahu? Kau sudah mengacaukan rencana kami hari ini. Aku baru saja ingin mengumpulkan anak-anak ketika aku tidak bisa menemukan mereka. Ternyata mereka disini bersamamu," Shiho Miyano mengomel seraya melipat tangannya dengan angkuh seperti biasa.

Shinichi nyengir tanpa merasa bersalah, "Mereka terlihat senang. Tunggu, bagaimana jika kau bergabung? Kita kurang satu orang,"

"Tidak! Aku tidak pernah bermain itu lagi," tolak Shiho dewasa mentah-mentah.

"Berarti sekarang saatnya kan?" desak Shinichi.

"Tidak. Aku tidak mau,"

Mendadak Shiho kecil menghampiri mereka, "Ayo Shiho-Sensei. Pasti seru jika kau bergabung dengan kami,"

Anak-anak lain menyetujui dan menyerukan Shiho Miyano untuk bergabung. Ia merupakan guru terfavorit di summer camp ini.

"Tuh kan," goda Shinichi.

"Oke oke, aku ikutan," ujar Shiho Miyano seraya berjalan ke lapangan.

Mereka akhirnya bermain sepakbola bersama. Hal itu mengingatkan Shinichi dan Shiho dewasa ketika mereka masih mengecil, mereka suka bermain sepakbola bersama Detektif Cilik. Shinichi dan Shiho Miyano sering tertawa lepas bersama. Shiho Kudo tidak ingat, kapan ia pernah melihat ayahnya terbahak lepas seperti itu. Ia terlihat sangat bahagia. Begitu juga dengan para guru lain, mereka tidak pernah melihat Shiho Miyano bergembira seperti ini. Shiho Kudo berpikir, semakin lama ia mengamati, mereka memang sangat serasi untuk satu sama lainnya.

***

Summer Dance Night

"Tidak tidak, jangan sentuh dia seperti itu..." gerutu Shinichi ketika ia melihat seorang bocah lelaki merangkul pinggang Shiho Kudo. Ia ingin menghampiri mereka namun Shiho Miyano mencegah dengan menjewer telinganya.

"Biarkan mereka..." kata Shiho Miyano.

"Apa?! Tapi lihat dia! Dia menyentuh putriku!"

"Itu cuma dansa, normal jika mereka berangkulan seperti itu! Lihat sekelilingmu, semua guru sedang mengajari dan membimbing mereka untuk berdansa dengan baik. Latihan sebelum mereka dewasa,"

"Tapi mereka baru 8 tahun,"

"Usia yang cukup untuk belajar dansa di negara ini,"

"Takuuu..." Shinichi tidak bisa komentar lagi.

Shiho menghela napas, "Kau tidak berubah, terlalu overprotektif dengan sekelilingmu,"

"Ya, terutama sejak Ran meninggal. Aku selalu cemas memikirkan Shiho. Ada begitu banyak pertanyaan di benakku setiap hari, setiap waktu. Apakah ia akan baik-baik saja? Apakah ia akan sehat? Apakah ia tumbuh normal... dan lainnya,"

Shiho menatapnya simpati, "Aku mengerti. Tapi kuharap kau tidak terlalu keras terhadap dirimu sendiri Kudo-Kun. Meski aku baru mengenal putrimu, tapi aku yakin dia gadis yang tangguh seperti dirimu seperti Ran-san,"

"Ah... Terima kasih..." Shinichi menatap Shiho kecilnya lagi. Terlihat Shiho kecil dan pasangannya telah berhasil mengatasi kecanggungan mereka. Gerakan dansa mereka lebih lancar.

Hening sesaat sebelum akhirnya Shinichi mengulurkan tangannya pada Shiho dewasa.

"Apa?" tanya Shiho Miyano seraya menatap tangan Shinichi dengan bingung.

"Bagaimana jika kita dansa juga?"

"Nani?"

"Lebih baik begitu daripada aku terus-menerus paranoid memikirkan putriku kan?"

"Memang kau bisa dansa?" Shiho mengangkat sebelah alisnya, meragukan kemampuan Shinichi.

"Hei! Jangan remehkan aku!" sungut Shinichi.

"Oke, oke. Sekali kau injak kakiku. Kubunuh kau!" Shiho memperingatkan seraya menerima ajakan Shinichi dan menyambut uluran tangannya.

"Ya Ampun..."

Mereka berdua akhirnya turun ke lantai dansa. Shiho terkesiap ketika Shinichi mengalungkan lengan di pinggangnya untuk membuat mereka lebih dekat. Mereka sangat dekat hingga mereka mampu merasakan napas satu sama lainnya. Mereka bergerak perlahan sesuai irama musik, tapi tidak terlalu menyadari keadaan sekeliling mereka. Mereka saling menatap dan dunia saat ini hanya milik mereka. Shinichi tidak pernah menyadari mata besar Shiho, yang biasanya ia sebut 'mata setan mengantuk' ternyata sangat indah. Sekarang jika Shinichi mengingat kembali, ia tidak pernah mengenal Shiho sebagai wanita, ia hanya mengenalnya sebagai Haibara kecil. Ia tidak pernah tahu ternyata wanita ini juga ciptaan Tuhan yang sangat mengagumkan.

Entah karena terbawa suasana atau karena aroma Shiho membuatnya mabuk. Shinichi lambat-lambat bergerak menunduk meraih bibir Shiho dengan bibirnya. Shiho memejamkan mata, menikmati ciuman ringan itu. Namun kemudian ia menyadari sesuatu dan segera melepaskan dirinya dari dekapan Shinichi.

"Shiho?" Shinichi bingung, apakah ia menyakitinya?

"Gomene..." gumam Shiho Miyano sebelum lari keluar.

Mendadak terdengar guntur dan hujan lebat pun turun.

Shiho Miyano terjatuh di rumput. Tangisannya tenggelam dalam suara derasnya hujan. Tubuhnya gemetar karena dingin. Sudah 8 tahun berlalu, ia kira ia mampu mengendalikan perasaan itu, tapi ternyata tidak. Rasa itu masih ada disana, jauh di dalam lubuk hatinya.

"Aku mencintaimu..." Shiho berbisik sendiri, "Aku mencintaimu..."

Tiba-tiba saja ada lengan kuat yang memeluk lehernya dari belakang dan balas berbisik, "Aku juga mencintaimu,"

Shiho membeku, suara itu bukan milik Shinichi. Ia menoleh dan melihat mata biru cemerlang memandangnya balik.

Hakuba Saguru. 

Di MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang