SMP Teitan tiga tahun kemudian...
"Akhirnya kau datang juga," Shiho berkata lega ketika melihat Shinichi datang dan duduk di sebelahnya.
"Maaf... maaf..." Shinichi berkata tidak enak hati seraya garuk-garuk kepala, "Baru saja selesai, aku mengusahakannya secepat mungkin supaya bisa datang. Kuharap belum terlambat,"
"Tentu saja belum. Belum gilirannya,"
"Otosan..." tangan Conan di pangkuan Shiho menggapai-gapai ke ayahnya.
Conan Kudo adalah putra Shinichi dan Shiho yang baru berusia dua tahun.
"Sepertinya dia mau bersamamu,"
"Sini... Sini..." Shinichi meraih Conan dari Shiho kemudian mendudukkannya di pangkuannya sendiri.
"Eh giliran Shiho..." Shiho dewasa menyenggol lengan suaminya untuk menunjuk Shiho gadis di panggung hadapan mereka.
Shiho berusia sebelas tahun itu menunduk memberi hormat pada para hadirin sebelum memulai membaca karangannya.
"Terima kasih pada SMP Teitan yang mengadakan perayaan untuk hari ibu di tahun ini, setelah dua tahun lalu vakum karena adanya gempa. Ini juga merupakan perayaan hari ibu pertamaku sejak masuk bangku SMP..." Shiho berbicara lugas dan para hadirin senyap mendengarkan.
"Biasanya pada hari ibu, aku selalu bercerita tentang Otosan, karena ibu kandungku sudah meninggal. Tapi untuk tahun ini, untungnya aku sudah punya ibu. Lagipula pasti kalian juga sudah bosan mendengar cerita Otosan si detektif hebat yang merupakan magnet mayat..."
Para hadiri terkekeh dengan kelakar Shiho.
"Oi.. Oi.." gumam Shinichi dengan mata menyipit.
Shiho istrinya nyengir.
"Ibu kandungku bernama Ran. Ran Okasan meninggal sejak aku masih bayi," Shiho gadis melanjutkan, "Aku tidak pernah mengenalnya, aku hanya mendengar kisahnya dari orang-orang di sekitarku. Aku berterima kasih karena dilahirkan olehnya dan aku bangga padanya. Aku merasa ibu kandungku Ran adalah orang yang sangat tulus dan peduli pada sesama...
"Aku dibesarkan oleh Otosan, Ojisan dan Obasan. Kami berempat hidup bahagia. Tapi tetap saja, aku selalu merasa ada sesuatu yang kurang. Sebagai anak perempuan, tentu saja aku mengidamkan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan anak-anak lain bersama ibu mereka. Belanja bersama, mengerjakan PR, ke salon bersama dan membaca bersama. Aku membayangkan suatu hari nanti jika sudah remaja, siapa yang akan mengajariku berdandan. Siapa yang akan menjelaskan padaku tentang period bulanan dan kepada siapa aku akan bercerita mengenai cinta pertamaku. Aku juga mengidamkan suatu hari jika aku akan menikah, siapa yang akan menutup veilku sebelum Otosan menggandengku ke altar...
Shiho gadis menghela napas, "Impian-impian itu senantiasa berlalu lalang dibenakku, namun seakan tidak ada jalan keluarnya. Masa depan yang tidak terlihat menjadi semakin hampa...
"Hingga suatu hari di ulang tahunku yang ke-8, aku mendapat hadiah dari Ran Okasan yang menitipkan sebuah surat untukku melalui nenek sebelum dia meninggal. Surat itu memberiku sebuah misi untuk menemukan seseorang yang ternyata adalah salah satu cinta lama Otosan...
"Namanya adalah Shiho, seperti namaku. Aku bagaimana ya... Aku merasa tidak ada kata-kata yang sanggup menggambarkan kepribadiannya. Shiho Okasan merupakan wanita yang sangat hebat. Dia serba bisa. Dia seorang ilmuwan tapi juga pandai memasak. Shiho Okasan selalu membantu Otosan di semua kasus-kasusnya. Mereka tim yang sangat hebat. Aku bercita-cita suatu hari nanti ingin bergabung menjadi tim mereka, untuk memecahkan kasus bersama-sama...
"Aku tidak pernah mau menyebutnya sebagai ibu tiri. Bagiku Shiho Okasan adalah ibu kandungku dan juga temanku. Aku juga bersyukur Shiho Okasan hadir dalam kehidupan kami dan melengkapi kebahagiaan kami. Sekarang selain memiliki orang tua lengkap, aku juga memiliki adik laki-laki dan Shiho Okasan tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya kepada kami. Masa depan yang tadinya terasa akan hampa dan datar, telah berubah. Hidup kami menjadi lebih berwarna berkat Shiho Okasan..."
Shiho gadis menatap Shiho dewasa di hadapannya. Mata mereka bertemu dan sama-sama membendung airmata.
"Terima kasih Shiho Okasan. Terima kasih karena bersedia mendampingi Otosan si magnet mayat..."
Terdengar kekehan para hadirin lagi.
"Terima kasih karena sudah menyebutku dan membelaku sebagai putrimu, serta tanpa lelah meladeni semua keingintahuanku. Terima kasih karena telah melengkapi hidup kami dengan kelahiran Conan-Chan. Aku bersedia memberikan seribu ibu kandung demi mendapatkan seorang ibu tiri seperti dirimu..."
Tenggorokan Shiho gadis tercekat sebelum melanjutkan, "Jika ada kehidupan berikutnya, aku bersedia untuk memiliki ibu seperti dirimu lagi. Selamat hari ibu, Shiho Okasan," ia mengakhiri pidatonya.
Para hadirin bertepuk tangan riuh.
Shiho dewasa menghapus airmatanya yang sudah banjir karena sesenggukan. Shinichi mengenggam tangannya.
Shiho menatap suaminya sembari berkata gemetar, "Shinichi... Aku tidak tahu karangannya itu untukku... Aku kira..."
Shinichi tersenyum lembut padanya, "Kau pantas mendapatkannya Shiho," ia pun mengecup kening istrinya.
Pemenang lomba mengarang di hari ibu itu dimenangkan oleh Shiho. Shiho dewasa dipanggil ke panggung. Shinichi mendukungnya.
Para hadirin memberikan standing applause untuk menghormati Shiho dewasa. Ketika sampai di panggung, kedua Shiho itu sudah tidak tahan lagi untuk saling berpelukan dan menangis terharu.
"Aku menyayangimu Okasan," bisik Shiho gadis.
"Aku juga sayang padamu Shiho-Chan," bisik Shiho dewasa.
Shinchi yang masih berdiri dibawah sana seraya menggendong Conan juga merasa terharu dan bersyukur karena telah dianugerahi dua wanita hebat dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Matamu
FanfictionHi Minna-San! Pipi Tembam upload lagi cerita Shinichi/Shiho, Conan/Ai. Cerita yang versi kali ini terinspirasi dari film India yang judulnya Kuch Kuch Hota Hai. Gak tahu kenapa, Pipi Tembam kepingin aja gitu mengaplikasiin cerita Kuch Kuch Hota Hai...