Tiga tahun kemudian setelah lulus dari kuliah, Ran dan Shinichi menikah. Mereka terlihat sangat bahagia. Ran bekerja sebagai guru sekolah TK sementara Shinichi membuka kantor agensi detektifnya. Enam bulan setelah menikah, Ran hamil. Namun sayangnya kehamilannya sangat lemah. Ran harus bedrest selama kehamilannya. Akhirnya dokter mengatakan mereka harus memilih. Ran atau bayinya. Ran bersikeras mereka harus menyelamatkan bayinya yang ternyata perempuan.
"Ran..." gumam Shinichi suatu tengah malam di rumah sakit. Ia duduk di tepi ranjang Ran dan terlihat sangat sedih.
"Tolonglah Shinichi. Hargai keputusanku jika kau memang mencintaiku. Bayi ini tidak bersalah, hidupnya masih sangat panjang. Sementara aku sudah cukup untuk saat ini,"
Shinichi terdiam, ia tahu ia tidak dapat merubah keputusan Ran.
"Kau tidak akan kesepian, bayi ini akan mewarnai hidupmu. Dan ada satu lagi yang ingin kupinta darimu,"
"Apa itu Ran?"
"Shiho..."
"Nani?"
"Shiho. Tolong berikan nama itu untuk bayi kita. Shiho Kudo, terdengar bagus kan?" Ran berkata seraya tersenyum.
Shinichi tidak mengerti kenapa Ran memberi nama Shiho untuk bayi mereka. Nama asli dari Haibara. Namun Shinichi menuruti keinginan Ran itu.
"Okasan," panggil Ran pada Yukiko suatu hari.
"Nani? Apa kau ingin sesuatu Ran-Chan?" Yukiko menatap wajah menantunya.
Ran memberikan sebuah amplop kepada ibu mertuanya, "Aku titip surat ini,"
"Surat?"
"Tolong berikan surat ini pada putri kami saat ulang tahunnya yang ke-8,"
"Apa tepatnya isi surat ini?"
Ran hanya tersenyum, "Hanya sesuatu diantara ibu dan anak,"
Beberapa jam setelah bayinya lahir melalui operasi cesar, Ran memejamkan mata untuk selamanya. Wajahnya sangat tenang dan tersenyum dengan damai.
***
Delapan tahun kemudian...
Shiho kecil bangun dengan penuh semangat di pagi hari ini. Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang kedelapan. Ada satu hadiah kecil yang sudah sangat lama dinantikannya. Segera saja ia berlari kepada neneknya.
"Obasan! Obasan!" Shiho kecil memanggil Yukiko. Shiho Kudo tumbuh menjadi gadis cantik. Sikapnya seperti ayahnya, periang, penuh semangat dan ceria. Dia juga mewarisi sifat kepedulian dan kepekaan seperti ibunya. Intuisinya tajam dan cerdas seperti ayah dan kakeknya. Gaya berpakaiannya terutama gaya rambutnya seperti nenek cantiknya, Yukiko.
"Oh ayolah sayang, ini masih pagi," Yukiko berkata pada cucunya.
"Tapi hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku sudah 8 tahun sekarang, kau berjanji untuk memberikan surat dari Okasan pagi ini," Shiho kecil merajuk.
Yukiko menghela napas, gadis ini sama seperti ayah dan kakeknya. Ia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Yukiko menyadari tidak bisa menahannya lebih lama lagi, ia pun mengeluarkan sebuah amplop dari sakunya dan menyerahkannya pada Shiho.
"Yess!" Shiho mengambilnya dan lari ke dalam kamar.
Dear Shiho-Chan,
Selamat ulang tahun! Kau sudah 8 tahun sekarang. Aku yakin kau memiliki kecerdasan tinggi seperti ayahmu ("Ya! Tentu saja!" Shiho mengangguk). Bagaimana dengan ayahmu? Apakah ia masih menjadi magnet mayat? (Shiho mengagguk lagi). Aku yakin dia masih seperti itu hehehe....
Okay Shiho-Chan. Ada sesuatu yang Okasan ingin kau lakukan... Anggap saja kita sedang bermain permainan detektif...
"Otosan!!!" Shiho berlari ke ayahnya.
"Oh, putriku sudah besar!" Shinichi menggendongnya seraya mengecup pipinya, "Kau sudah umur 8 tahun!"
"Uhm," Shiho mengangguk.
"Jadi, kau ingin hadiah apa hari ini?" tanya Shinichi.
"Uhmmm... Aku belum memikirkannya..." sahut Shiho.
"Benarkah?"
"Biar aku pikir dulu sebelum memberitahu Otosan,"
"Oke,"
"Tapi Otosan. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan,"
"Apa itu?"
"Kenapa namaku Shiho?"
Shinichi terdiam, "Kenapa kau tanya hal itu?"
Shiho kecil mengangkat bahu, "Hanya ingin tahu. Kakek memberimu nama Shinichi karena berharap agar kau selalu mengungkap kebenaran kan? Dan kau sungguh-sungguh melakukannya! Jadi, kenapa namaku Shiho?" ia menguji ayahnya. Tentu saja Shiho tahu alasannya dari surat panjang ibunya.
Shinichi menurunkan Shiho. Ia duduk di sebuah sofa dan membiarkan Shiho kecil duduk di pangkuannya. Mendadak saja ia teringat seorang wanita yang telah menghilang bertahun-tahun dan tidak pernah mendengar apapun lagi tentangnya.
"Otosan?"
"Shiho adalah nama seorang teman. Temanku dan teman ibumu. Teman kami,"
Shiho mengerjap, "Benarkah?"
"Namanya adalah Shiho Miyano,"
"Seperti apa dia?" tanya Shiho kecil bersemangat.
"Dia wanita yang sangat cantik. Dia juga sangat cerdas, tentu saja, dia seorang ilmuwan hebat. Dia sangat kuat, mandiri dan berusaha melakukan segala sesuatunya sendiri. Mungkin karena ibumu mengaguminya, jadi dia memberimu nama itu. Supaya kelak kau bisa sekuat dan sepandai dirinya," jelas Shinichi seraya membayangkan wajah Haibara alias Shiho.
"Dimana dia sekarang?"
"Entahlah, tidak pernah ada kabar darinya lagi,"
"Kenapa? Kau kan detektif hebat. Kenapa kau tidak mencarinya?"
"Sudah. Tapi dia sangat cerdas. Mungkin dia memang tidak ingin ditemukan,"
Shiho kecil mengangguk, "Aku mengerti,"
"Oke, Otosan harus kerja sekarang,"
"Have a nice day Otosan," Shiho mengecup pipi ayahnya.
"You too, Dear," Shinichi bangkit berdiri, menepuk lunak kepala putrinya sebelum berlalu pergi.
Setelah Shinichi keluar rumah, Shiho kecil menghela napas murung.
Yukiko yang telah mendengar percakapan mereka dari tadi, menghampirinya.
"Ada apa Shiho-Chan?" tanya Yukiko.
"Kau dengar tadi Obasan? Bahkan Otosan tidak dapat menemukannya. Bagaimana aku bisa memenuhi keinginan Okasan untuk membuat mereka bersama? Itupun kalau Miyano-San belum menikah juga,"
"Kau tahu? Ada seseorang yang kepintarannya sebanding dengan ayahmu, bahkan mungkin lebih,"
"Siapa?"
"Kakekmu, Yusaku," Yukiko tersenyum misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Matamu
FanfictionHi Minna-San! Pipi Tembam upload lagi cerita Shinichi/Shiho, Conan/Ai. Cerita yang versi kali ini terinspirasi dari film India yang judulnya Kuch Kuch Hota Hai. Gak tahu kenapa, Pipi Tembam kepingin aja gitu mengaplikasiin cerita Kuch Kuch Hota Hai...