3. Luka dan Permainan

263 58 260
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


———

Hati.

Empat huruf telah dibubuhkan ke arah papan putih depan kelas. Sarla mengeja kata tersebut pelan-pelan. Bu Asri, tersangka yang baru saja menghadirkan tulisan, kini melirik buku tebal di tangannya, berikut pandangan yang kemudian meruak di tiap sudut ruangan. Terdapat lensa bening yang menghiasi paras oval guru Biologi tersebut dalam mengamati tingkah anak didiknya.

"Materi ini juga pernah kita bahas di bab pertama. Ada yang masih ingat fungsi hati bagi manusia?"

Hening menjajah kondisi terkini para murid. Sesi pemaparan materi Ekosistem oleh Bu Asri masih berlangsung. Penjelasan hubungan timbal balik makhluk hidup dan lingkungan menjadi pokok bahasan. Diperinci dengan beragam jenis makhluk hidup; termasuk manusia, yang memuat jalannya diskusi. Berawal dari pengulangan materi tentang organ tubuh manusia, rentetan tanya saat ini telah sampai pada fungsi hati.

Di sisi lain, antusiasme Alea yang mencuat tiba-tiba memberi efek merinding bagi Sarla. Pandangan mata Sarla turunkan hingga menyentuh meja panjang tempat tangannya bertumpu. Merasa bahwa Alea telah sukses mengacungkan jari telunjuk di sebelah, Sarla semakin menundukkan kepala.

"Fungsi hati itu kalau setahu saya, ya, Bu... untuk disakiti, sih!" santai tanpa hambatan, jawaban itu diberikan Alea usai Bu Asri mempersilahkan. Gelak tawa kontan memadati ruangan. Terkecuali Sarla yang mengerang nestapa, juga Bu Asri yang sibuk memijat pelipisnya.

Sarla tidak tahu, sudah berapa banyak Alea menerbitkan aksi jail yang membawanya pada rasa malu. Meski mengundang tawa, tetap saja, tingkah laku sahabatnya yang seperti ini masih terlalu ekstrem untuk Sarla terima.

"Santai, dong, La."

Sarla spontan menegakkan kepala begitu senggolan siku diberikan Alea. Cengiran tanpa dosa ia terima sesaat padangannya tertuju ke arah samping. Sarla melotot heran, semakin menjadi saat Alea malah mengibas tangan tak acuh dan kembali mengambil fokusnya pada guru.

"Sudah, sudah!" interupsi Bu Asri berhasil melenyapkan riuh. Guru Biologi itu menggeleng letih, sorotnya secara tegas terpusat pada Alea. "Kamu ini! Nggak pernah berubah," ia mengomel bersama amarah tertahan. Sedikit bergidik, Alea hanya melayangkan maafnya tanpa suara.

"Ya sudah! Sarla, kamu saja, coba jelaskan fungsi hati."

Tuh, kan, Alea! Sarla membatin, gemas sendiri. Bukan hanya karena lemparan tanya yang sudah beralih padanya, namun cekikikan Alea saat ini juga ikut mencetus keki.

"Fungsi hati... utamanya menghancurkan racun dalam darah, menghasilkan protein dan membantu proses pencernaan, Bu," jawaban Sarla mengalun selugas mungkin. Tepuk tangan dan anggukan berulang menjadi tanggapan pertama Bu Asri. Diikuti pula gemuruh teman sekelas yang memberinya respons serupa.

Berselang beberapa detik, interkom sekolah mengumandangkan tibanya jam istirahat. Hingar bingar menimbun berisik dalam kelas yang belum reda sepenuhnya. Bu Asri terlihat membereskan peralatan selepas dirinya mengakhiri materi. Semakin gaduh suasana begitu bunyi ketukan heels sang guru telah lenyap dari telinga.

Lingkar BelengguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang