1. Nyata dalam Imajinasi

166 57 195
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


———

"Jadi pacar gue mau?"

Sarla menggigit bibir bawahnya kencang. Jantung dan perutnya terasa menggelitik luar biasa hebat, hingga senyum tak pernah terlepas dari sudut bibirnya. Dari sekian banyak kalimat yang senantiasa melengkapi bunga tidurnya ketika malam hari, hanya satu kalimat penuh kejutan itulah yang berhasil membuat rasa senang terpupuk secara nyata di hati Sarla.

Benar-benar terasa nyata hingga rasanya gadis lima belas tahun itu ingin berteriak, menyampaikan mimpi indah yang baru saja ia alami. Meski dirinya tahu, sejak dulu ia tak akan pernah bisa menjadi seseorang yang begitu ekspresif dan berani seperti apa yang selalu dilakukan sang kakak.

Sejurus ia mendesah saat pikiran tersebut menghantam otaknya. Sambil mengubah posisi yang semula terbaring menjadi duduk di tempat tidurnya, sesuatu berbeda mendadak Sarla rasakan. Tepat ketika matanya menemukan kejanggalan-kejanggalan ruangan serba putih yang kontras dengan warna coklat di dinding kamarnya. Hendak turun dari tempat tidur yang nyatanya ialah brankar, Sarla terdiam. Alisnya bertaut dan semakin terheran-heran tatkala seseorang memasuki ruangan. Lengkap dengan wajah lelah dan tertekan yang bersatu padu di sana.

"Di luar bener-bener nggak aman, La!" suara nyaring khas Alea menyapa indra pendengaran Sarla untuk pertama kalinya, tepat ketika ia membuka mata dan menyaksikan keanehan yang semakin menjadi-jadi. "Sumpah, lo jangan keluar dulu ya, La? Gue mohon," Alea mengakhiri penjelasannya dengan napas ngos-ngosan, pun tubuhnya masih menempel pada daun pintu yang tertutup rapat. Berniat mengumpulkan nyawa sebelum menghampiri objeknya.

"Maksud kamu?" Sarla tak segan untuk langsung melemparkan pertanyaan yang sudah menumpuk di kepala. Diiringi dengan sebuah garukan singkat di kelopak matanya yang tidak gatal sama sekali, gadis itu menatap sahabat sekaligus teman sebangkunya lekat-lekat. Menuntut penjelasan dari si informan yang sampai saat ini tak jua menampilkan tanda-tanda untuk berpindah tempat.

Sedang, Alea memukul jidatnya sendiri. Dalam hati, gadis bersurai sebahu itu merutuki sikap polos yang muncul dalam diri seorang Sarla, di tengah situasi yang segila ini. "Lo nggak sadar apa?" Alea memekik, walau sedikit tertahan. "Lo nggak sadar siapa yang baru aja nembak lo di taman belakang tadi? Hah?"

Spontan Sarla melebarkan kelopak matanya, "A-aku?" cicitnya dengan nada tersendat. Shock sekaligus tak bisa mencerna ucapan Alea sepenuhnya. "Ditembak? Siapa?" ia membeo, disertai kerutan dahinya yang berlipat semakin dalam.

"Haduh!" Alea menghembuskan napasnya keras-keras, menginjakkan kaki pada lantai kuat-kuat, kemudian mendekat ke arah Sarla, yang semakin banyak bertanya, malah semakin menyerupai orang linglung. Padahal, demi dada bidang Spiderman, dalam memahami materi pelajaran, otak Sarla jauh lebih encer daripada otaknya.

Ada apa sih, sama sahabatnya ini? pikiran Alea menduga-duga, semakin merasakan penatnya kian meninggi di hari ini. Bahkan seluruh cacing dalam perutnya ikut menanggung sengsara akibat dirinya yang belum sempat menerima asupan makan siang hanya karena kabar tak terduga yang datang dari seorang Sarla.

Lingkar BelengguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang