"Aku udah ada di depan, kamu dimana?"
"Tunggu sebentar ya, aku udah keluar dari lobby."
"No problem, jangan lari-lari."
"Hehehe, enggak kok. Oh iya, mobil kamu yang warna merah ini kan?"
"Iya masih ini."
"Oke," aku meletakkan ponsel ke dalam handbag dan membuka pintu sebuah mobil. "I'm here."
Lee Haechan menyambutku dengan tawanya dan ikut menyimpan ponsel. "Udah lumayan lama nih kita gak ketemu."
"Bener."
"Jeno belum pulang?"
Aku menggeleng. "Kamu gak buru-buru dari tempat kerja kan?"
"Gaklah, kerjaanku udah selesai daritadi siang."
"Ah, syukur deh kalau gitu. Ngomong-ngomong, makasih ya udah mau nemenin aku. Soalnya aku gak tau harus minta tolong ke siapa lagi."
Haechan mengangguk. "Syukur juga kamu masih inget aku kalau ada apa-apa."
"Itu—"
"Kamu mau diantar kemana?"
Aku mengeluarkan selembar kertas yang tadi kurobek dari hasil konsultasi psikis Jeno. Kemudian memperlihatkannya pada Haechan.
"Oh, di jalan ini. Gak terlalu jauh kok."
Aku menghela nafas lega.
"Punya Jeno?"
Aku menatapnya lirih. "Iya, dia kayaknya lagi gak baik-baik aja."
"Good, kamu udah melakukan hal yang tepat. Dengan kamu mau mengecek kondisi dia, adalah sesuatu yang bagus untuk kalian berdua juga."
Dan aku harap seperti itu.
Haechan beralih menginjak pedal gasnya, membawaku ke tempat tujuan seraya mengobrol untuk mengalihkan kecemasanku. Meskipun aku gak yakin jika dokternya akan memberitahu detail informasi tentang Jeno.
Begitu tiba, Haechan memintaku masuk ke dalam klinik terlebih dulu, sementara dirinya akan memarkir mobil dan duduk di ruang tunggu. Aku menurut, membawa diri masuk ke dalam klinik yang tidak begitu besar.
Aku kemudian bertemu seorang resepsionis dan menanyakan perihal Lee Jeno.
Kesulitan klise yang aku duga telah benar, pihak klinik cukup ketat menjaga informasi pasiennya. Tetapi usai meyakinkan jika aku adalah orang terdekat Lee Jeno dan berhasil membuktikannya, mereka mengarahkanku menuju sebuah ruangan dengan seorang psikiater yang ramah di dalamnya.
"Selamat datang." Sambutnya begitu baik. "Ah, keluarga Lee Jeno?"
Aku mengangguk.
"Sebentar, saya buka dulu data mengenai beliau."
"Hm, kalau memang agak keberatan menyampaikan secara keseluruhan, saya gakpapa. Saya hanya mau tau sedikit tentang kondisi dia."
Dokter tersenyum. "Jarang ada keluarga pasien yang sangat khawatir sampai mendatangi klinik ini. Mereka yang berusaha mengobati dirinya dan datang kesini, itu sebagian besar karena kesulitan menyampaikan masalahnya pada orang di sekitar, atau memang tidak ingin diketahui orang lain."
Aku mengangguk paham.
"Dan mengenai Lee—" dokter mengarahkan tangannya, lalu menekan sebuah folder di dalam sebuah perangkat. "Traumanya semakin memburuk dan terus berdampak ke psikis. Kami sudah pernah melakukan terapi lebih lanjut mengenai masa lalu Lee Jeno dan ternyata, dia telah dibuat lupa mengenai kejadian itu."
Aku semakin was-was, terus mengepalkan tangan dan ketakutan oleh penuturan dokter.
"Mungkin anda sudah tau, saat remaja Lee Jeno tidak sengaja terlibat dalam insiden di Youth Departement Store. Tidak ada yang menjadi korban jiwa, tetapi ada seorang gadis yang mengalami kebutaan dan itu diketahui oleh Lee Jeno."
Tubuhku melemah, seperti kembali ke masa laluku sendiri. Tempat yang dikatakan dokter, adalah tempat dimana aku juga mengalami insiden sebelum kehilangan penglihatan.
"Lee Jeno mengaku keluarganya berusaha menutupi ini semua. Bahkan saking traumanya, memorinya sampai melupakan hal ini. Dia sudah berjuang sepenuhnya, tapi Lee Jeno masih belum bisa keluar dari rasa bersalah karena terus dikecam keluarga untuk tidak memperpanjang masalah saat itu."
"..."
"Yang paling sulit adalah, dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri."
Tubuhku hampir terguncang hebat di hadapan dokter. Aku begitu syok tak terkendali. Aku tidak marah atas kesalahannya di masa lalu.
Tapi aku lebih khawatir karena perjuangannya melawan dirinya hingga detik ini.
Tampaknya sekarang aku sudah tau, kenapa Jeno selalu berkata jika dirinya bukanlah orang baik.
Gambaran Jeno melawan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCERELY ✓
FanfictionSingkat saja: Jeno bagi Euna, ialah dunia yang indah meski dirinya tak dapat melihat rupanya. 2021.