Menara itu sudah tidak segelap waktu pertama kali mereka menginjakkan kaki di dalamnya. Lubang besar yang tercetak di dinding bagian atas dan di bawah menjadi jalan masuk sinar bintang biru yang kala itu tengah terik-teriknya.
Aurora dan Luke sudah hampir sampai. Masih ada tiga sampai empat lingkaran tangga yang tersisa di atas mereka sebelum sampai pada lantai teratas —tempat kristal diletakkan.
"Garda!" teriak Zephyr. Tubuh naganya memasuki menara dari lubang di dinding atas. Merobohkan beberapa balok batu dan membuat hujan debu ke bawah.
Luke dan Aurora terkejut melihat naga biru melesat ke dalam menara.
Zephyr terbang seperti anak panah ke dasar Pilar Langit. Melewati Dirga dan Tara yang tengah berlari tergopoh-gopoh di tangga.
Garda yang berada di dasar tidak menunggu Zephyr untuk sampai padanya. Naga hitam legam itu dengan cepat mengepakkan sayapnya dan terbang ke arah Zephyr.
Keduanya pun bertabrakan di tengah-tengah pilar. Suara gemuruh terdengar beriring dengan suara erangan kedua naga tersebut.
Garda terus mencoba menyudutkan Zephyr. Sang naga biru dengan sekuat tenaga menahan dorongan kuat si monster berukuran berkali lipat dari tubuhnya itu.
"Menyerahlah! Ini untuk Hysteria!" seru Zephyr di sela-sela pertarungannya.
Kedua naga itu saling mendorong. Hingga di satu titik, keduanya memutuskan mundur satu sama lain, hanya untuk saling menyerang kembali. Suara gemuruh gempa kembali terdengar manakala tubuh kedua naga itu kembali bertubrukan.
Terjangan itu rupanya memberikan dampak yang lebih besar pada Zephyr. Kesadarannya melemah dan hampir saja menghilang.
Garda yang merasakan penurunan kekuatan dari lawannya lantas segera menghalau Zephyr dengan kepalanya. Membuatnya terlempar ke dinding.
"Zephyr!" teriak Tara histeris. "Kita harus membantunya, Dirga!"
Tara mengeluarkan senjata Laras panjang dan menghujani Garda dengan peluru. Hujan peluru itu membuat Garda terusik dan membuatnya mundur perlahan-lahan. Dirga segera membantu dengan melemparkan granat. Erangan kesakitan Garda terdengar di sepanjang menara.
Aurora yang berada di atas bersama Luke seketika berhenti berjalan ketika mendengar suara mengerikan itu. Tungkai kakinya tiba-tiba melemas hingga gadis itu jatuh terduduk. Tubuhnya bergetar hebat. Aurora menutup telinganya seraya meringis kesakitan. Seolah-olah kulitnya tengah disayat-sayat. Luke yang melihatnya seketika dilanda panik dan heran di waktu yang bersamaan.
"Hei, ada apa dengamu?"
Aurora tidak menjawab. Luke memegang pundaknya, merasakan tubuh gadis itu bergetar hebat. Di saat yang bersamaan, Luke menangkap anomali dari keadaan alam yang seolah bagai pertanda bencana.
Ia dapat melihatnya dari lubang di dinding atas menara, puluhan burung tiba-tiba saja terbang berputar-putar di atas pilar. Awan-awan kelabu berkumpul di langit, menghalau sinar bintang biru. Angin bertiup lebih kencang seolah akan ada badai hebat yang tercipta.
Garda di bawah sana kembali mengerang hebat. Di sampingnya, Aurora juga ikut mengerang kesakitan. Semakin garda Memekik gaduh, semakin keras juga Aurora berteriak bak tengah disiksa. Semakin aneh pula keadaan alam di sekitar mereka.
"Hei, Om Topeng Badut!" panggil Luke panik, "Sepertinya anak ini sakit. Bisa kau cepat kemari?"
Luke berjongkok di depan Aurora mencoba menanyakan mana yang sakit, meski tak sedikit pun digubrisnya. Ia pun mencoba menenangkan gadis itu.
"Apa?! Tunggu sebentar! Gua ke sana sekarang." Dirga yang ikut dilanda panik segera kembali berlari naik ke atas, sedangkan Tara tetap ditempatnya dan terus menghujani Garda dengan peluru.
YOU ARE READING
Hysteria : Escape From Another World
FantasyTerjadi benturan aliran ruang & waktu yang mengguncang dunia. Empat tokoh dari novel yang berbeda terjebak ke dalam satu dunia bernama Hysteria. Mampukah Dirga, Luke, Almatara, dan Aurora menyelesaikan tugas mereka di dalam Hysteria dan kembali ke c...