[Phase 3-2] Bubu Kecil

169 45 13
                                    

Angin laut berhembus kencang, ombak dahsyat membuat situasi semakin tidak terkendali. Sang monster laut sudah menunjukkan wujudnya. Besar dan mengerikan disertai lima tanduk berduri di atas kepala. Naga air itu menyeruduk kapal hingga membuat seisinya berguncang hebat.

Dirga yang semula menyergap si kapten, turut terjatuh ke lantai, Tara mampu bertahan dengan memegang tali layar yang bergelantungan. Aurora lebih parah, gadis jenius itu terpelanting masuk ke dalam gudang persenjataan, nyaris saja tubuhnya tertusuk pedang pajangan.

Api bekas pertempuran kian melahap hingga separuh. Sudah tak terhitung jumlahnya, kayu-kayu kapal berjatuhan ke dalam amukan samudera.

Para awak tewas secara mengenaskan akibat pemberontakan mendadak dari keempat pahlawan, menyisakan beberapa bajak laut, kapten angkuh, Dirga, Tara, Aurora dan Luke.

Betapa bodohnya, mereka bertempur di saat sang monster menyapa. Tinggal menghitung waktu, mati di antara lahapan api atau menjadi santapan naga air.

Kapten bajak laut sangat murka mendapati Dirga terjatuh tak jauh darinya. "Kau lihat? Lihat apa yang kalian lakukan! Membunuh anak buahku di saat kami lengah dan sang penjaga laut sudah berada di depan mata!"

Dirga terdiam. Kini kesadarannya telah kembali. Dia melirik monster laut yang hendak menghancurkan kapal. "Sial."

Dirga beranjak bangun lalu bergegas menyerang sang monster dengan braja-nya. Namun, hasilnya nihil. Justru makhluk itu bertambah marah, dikibaslah ekor bergeriginya hingga membuat kapal nyaris terbalik. Untung saja mereka mampu menjaga keseimbangan dengan memegang barang-barang yang ada.

Masih bergelantungan pada tali layar, Tara turut membantu Dirga dengan menggunakan bazooka-nya. Membawa banyak senjata di tas pinggang ajaibnya, Tara punya banyak persediaan senjata mematikan itu.

Monster itu sempat menghindar karena terkejut, hanya saja kulit berisisiknya sangat kuat sehingga mampu menangkis serangan.

Dirga tersenyum senang. "Bagus, Tara!" pujinya. "Hey, Kapten Bajak Laut! Lu mau bantu atau kaga?"

Kapten wanita itu menyeringai kecil. "Ini kapalku, tentu aku akan mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankannya. Anak-anak! Mari kita tunjukkan siapa para bajak laut yang sebenarnya!" serunya kepada anak buah kapal yang tersisa.

• • •

Aurora memegang kepalanya yang nyeri karena terbentur dinding, untung saja ia tidak pingsan. Bisa-bisanya Aurora tidak fokus sehingga ketika kapal berguncang hebat, tubuhnya terlempar masuk ke gudang persenjataan yang nyaris terbakar.

Barang-barang berceceran di mana-mana hingga mengubur tubuh Aurora dalam tumpukan. Bahkan ia sempat menyentuh makanan busuk di dalam sana.

"Iuw! Bau banget anjer!" Aurora bergegas keluar dari tumpukan barang seraya menggosokkan kedua tangannya ke dinding. "Sial—“

Kalimat Aurora sekejap terhenti ketika mendapati Luke yang entah sejak kapan sudah berbaring santai di atas sofa sembari mengunyah kacang.
Laki-laki itu sempat melirik Aurora lalu kembali mengalihkan perhatiannya ke pintu keluar.

Aurora menaikkan sisi kiri alisnya. "Heh Jelek, lo ngapain di sini?! Bukannya lo tadi sibuk nyerang—oh ... lo pasti nguntit gue ya? Ngaku gak!"

"Cih, percaya diri sekali. Jelas bukan, heh." Luke menjawab dengan santai. "Tugasku selesai, sekarang waktuku untuk tidur."

"Tidur? Lo mau mati terbakar di sini, hah? Orang-orang di luar lagi kalang kabut nyerang Monster laut dan lo malah tidur?!" Aurora memekik kesal.

Luke terkekeh seraya mengedikkan bahunya acuh, lantas ia kembali berbaring dengan memunggungi Aurora di sofa yang sedikit terkena api kecil. "Kau Cerewet sekali, heh? Diam dan tidurlah."

Hysteria : Escape From Another WorldWhere stories live. Discover now