Maskot (1)

19 4 0
                                    

Happy reading

***

Selama proses belajar berlangsung Rea tidak tenang. Cewek itu selalu gelisah di kursinya dan melirik Sehan secara diam-diam. Takut-takut cowok itu sedang mengawasinya. Rea sama sekali tidak menyangka ia berakhir menjadi pacar laki-laki seperti Sehan. Setelah putus dengan Aldino si cowok brengsek, bukannya dapetin cowok yang lebih baik malah dapatnya Sehan. Terkesan spesial lagi karena Rea yang menyatakan perasaannya.

Bel kemudian berbunyi, tanda pelajaran selesai dan waktunya pulang. Sekelas itu tidak bisa keluar sebelum guru duluan yang keluar. Rea sedang mengambil ancang-ancang mau segera pulang. Walaupun harus berlari dengan kedua kakinya.

"Pacar lo udah nunggu, Re," ujar Lana sambil membereskan alat tulisnya. Gerakan kepalanya mengarah tepat ke belakang Rea. Dan perlahan Rea menengok bersamaan dengan Indy yang penasaran.

Rea mengelus dada terkejut. Ternyata Sehan sudah berada di belakangnya. Berganti tempat duduk dengan Alan yang kini duduk di kursi Sehan. Astaga. Apa mau cowok itu.

"Lo ngapain duduk di situ?" tanya Rea sedikit gagu.

Sehan tidak kunjung menjawab. Setelah guru keluar ia bangkit dan menaruh tasnya di pangkuan Rea. "Pulang bareng gue," katanya sebelum pergi.

"CIEEE REA DI AJAK PULANG BARENG!!!" ujar Evelyn kelewat menyebalkan di mata Rea. Sekelas jadi tahu gara-gara dia.

"Selamat Rea... Jagain tuh pacar lo sekalian rumor-rumornya!" ujar Fanda yang berada di muka pintu. Menunggu antrian keluar kelas.

"Jadi pacar yang romantis Re. Siapa tau pacar lo jadi berubah hangat," ujar seseorang lagi. Rea pusing. Mengapa semua orang mengganti nama Sehan dengan kata pacarnya. Walaupun benar kini Sehan adalah pacarnya, ya setidaknya mereka tahu jika Rea terpaksa. Tapi mereka pandai berakting, seolah-olah semua ini asli bukan rekayasa.

"Udah sana. Sehan udah tungguin pasti," ujar Indy sambil mendorong kecil punggung Rea. Selain menggendong tasnya, Rea juga membawa tas Sehan dengan cara di peluk. Cowok itu mau menjadikan Rea pembantu kali ya?

"Gue gak pernah mau kaya gini, Ndy. Seandainya gue bisa putar waktu, gue milih gak akan ngomong waktu itu," lirih Rea.

"Emang ya penyesalan selalu muncul belakangan," sindir Lana seperti biasa.

Evelyn yang sudah ada di sebelah Rea menyentuh pundaknya. "Jalanin aja dulu Re. Kali aja nyaman." Lalu ia tertawa kecil. Lana ikut tertawa. Tawanya paling tulus.

Rea mendengus. Gimana jalaninnya dengan hubungan yang hadir dadakan kaya gini? Tidak ada jalan lain memang. Jalannya buntu.

***

Sesudah mengumpulkan keberanian dan mental bajanya, Rea masuk ke dalam mobil Sehan. Duduk di kursi depan sebelah kursi pengemudi. Ia menatap lurus ke depan, tidak sadar memeluk tas Sehan terlalu erat karena grogi.

Sehan menjalankan mobilnya. Dalam perjalanan hanya ada hening. Tidak ada yang mau membuka mulut. Bahkan saat ini Sehan hanya menyadari ada Rea berbeda di sebelahnya. Karena cewek itu selalu tidak bisa diam dan banyak omongnya, tapi saat ini nothing.

Di bawah lampu merah, Sehan membuka suara. "Semua rumor buruk tentang gue, lo yang sebarin. Bener kan?"

Rea mengangguk pelan seperti robot. "Iya. Semua yang buruk-buruk. Lo gak doyan cewek. Hidup lo menyedihkan. Trauma percintaan. Rahang lo udah lembek makanya gak mau ngomong banyak. Psikopat. Bisa hipnotis orang. Cenayang. Semua itu rumor dari gue buat lo." Modenya berubah. Rea menjadi anak yang jujur. Keadaan menekannya.

Just Stay For ReaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang