REA VS FANDA

17 5 2
                                    

Haiii jangan lupa vote ya! Besok aku bakalan up lagi secepatnya.

Happy reading :b

***

Usai kejadian memeluk Sehan pada malam itu Rea sudah hilang muka untuk bertemu dengan Sehan lagi. Hanya kata 'memalukan' yang pas mendefinisikan perasaan Rea saat ini. Pun ia tidak pernah menduga Sehan akan menjadi orang pertama yang mendengar cerita tentang keluarganya yang berantakan dan mengenai kesedihan Rea yang selama ini berada di belakang keusilan Rea.

Bel masuk belum lama berbunyi, murid-murid bersiap-siap menunggu kedatangan Pak Soy untuk jadwal pelajaran pertama. Saat Sehan masuk ke dalam kelas, pandangan Rea yang tadinya tertuju ke sana langsung di alihkan ke buku di atas meja. Untuk sekedar menatap wajah Sehan pun Rea tidak punya nyali lagi. Masalah Rea tidak hanya berada pada Sehan tapi untuk teman-temannya juga. Mereka belum mau berbicara sedikit pun pada Rea lagi.

Apa kepergian Rea yang waktu itu benar-benar masalah besar sampai membuat mereka enggan berbicara selama berhari-hari? Padahal Rea sudah pernah melakukan kesalahan besar lebih dari itu tapi kenapa baru kali ini mereka semarah ini?

Entah lah... Kata Fanda benar, Rea parah untuk saat ini...

Setelah pelajaran berakhir, Rea menggendong tasnya dan keluar kelas dengan langkah gusar. Indy, Lana dan Evelyn saling melirik untuk beberapa saat.

"Gue gak nyaman kaya gini terus," ujar Indy kepada mereka.

"Sabar Ndy, beberapa hari lagi," ujar Evelyn sembari menepuk pundak Evelyn.

Lana menoleh ke arah Sehan. Mereka punya rencana besar dan sepertinya Sehan perlu terlibat. Lana juga sama merasakan ketidaknyamanan menjauhi Rea, tapi ini sebuah rencana.

"SEHAN!"

***

Rea menghentikkan langkahnya bersamaan dengan keningnya yang mengerut bingung. Tidak banyak pikir ia langsung menghampiri Aldino yang sedang berurusan dengan mobil Sehan. Rea bisa memastikan mobil itu milik Sehan. Aldino berjongkok dengan beberapa alat kerja mesin di sebelahnya.

"Oh jadi lo biang keroknya?!!!" Rea menarik daun telinga Aldino sampai cowok itu berdiri kesakitan.

"Sakit Re," ucap Aldino, meringis sakit.

"Pantesan mobil Sehan bannya pecah melulu, ternyata lo yang lakuin. Lo kenapa jahat banget sih Al?!" sentak Rea melepaskan telinga Aldino cukup kasar. Matanya memincing tidak suka.

Aldino mengusap telinganya yang memerah. Cubitan Rea memang tidak bisa di ragukan lagi. "Gue ngelakuin ini sebagai balasan karena Sehan udah rebut lo dari gue."

"Balasan apanya Aldino Mahendra?! Lo cuma ngerepotin gue! Lo pikir siapa yang benerin mobilnya kalau bukan gue yang cariin dia montir? Udah tiga kali gue kerepotan nyari montir karena kerjaan lo Al!"

Aldino berkedip polos. "Lo yang di repotin? Kenapa lo mau-maunya Re?"

"Ya kalau bukan gue siapa lagi?" Rea bertanya balik membuat Aldino diam sebab tidak bisa menjawab. Rea menghela napas panjang melihat kondisi ban mobil itu yang sudah tidak normal lagi akibat perbuatan Aldino. Setelah Sehan melihat itu, ia akan menyuruh Rea lagi mencari montir seperti biasa. Rea jadi tidak bisa menghindar.

Ia beralih menatap Aldino dengan kecewa.

"Maafin gue Re."

"Gak ada yang perduli sama status pacaran kita, begitu pun Sehan. Kita berdua emang dasarnya temen. Tapi Al, lo udah gak pantas ikut campur sama urusan gue. Mau gue pacaran sama siapa pun, lo udah gak berhak ikut campur. Ngerti?" tanya Rea berharap cowok itu mengerti.

Just Stay For ReaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang