Karena Futsal

19 5 1
                                    

04. Karena Futsal

***


Indy, Lana dan Evelyn menuju gedung UKS setelah pelajaran berakhir. Tadinya mereka mau ke lapangan tapi kata si ketua futsal yang baru dari sana tidak menemukan adanya Rea. Tidak salah lagi cewek itu pasti masih di UKS. Berbaring di UKS menjadi alasan logis untuk tidak masuk ke kelas.

Evelyn mendorong pintu kaca tebal. Masuk dan menarik tirai putih batasan antara ranjang-ranjang kesehatan. Tepat sekali. Di salah satu ranjang Rea tertidur pulas sampai air liurnya menetes.

"Udah gue duga endingnya gini. Udah di khawatirin ternyata orangnya lagi enak-enakkan tidur," sebal Lana. Ia menarik selimut putih dan menutup seluruh tubuh Rea seperti mayat. Membuat Evelyn tergelak tawa.

"Solatin Lan," titahnya hanya bercanda.

Indy sebagai teman yang baik menurunkan selimut itu sampai batas dada. "Pamali Lan. Gak boleh gitu." Lana hanya mengedikkan bahunya acuh.

Indy mengecek lengan Rea yang sudah di beri perban. Luka itu tidak besar juga tidak kecil, pasti rasanya sakit. "Kadang gue ngerasa sedih kalau ngelihat dia terus-terus tertawa."

"Mau lo dia sedih terus?" tanya Evelyn tidak mengerti dengan apa yang Indy katakan.

"Bukan gitu. Gue juga gak tau perasaan gue gimana maksudnya. Yang pasti gue selalu lihat Rea yang berbeda dalam satu tubuh," ujar Indy semakin membuat mereka berdua kebingungan. Rea yang berbeda dalam satu tubuh? Harus kah mereka memakai rumus dulu agar bisa paham?

"I don't care. Buruan bangunin tuh anak, kita harus ke lapangan buat semangatin cowok-cowok kelas kita tanding futsal," ujar Lana.

Evelyn bergerak maju mau membangunkan Rea. Mengapit hidung Rea sampai Rea gelisah dan membuka kedua matanya.

"Sialan lo Eve!" ucap Rea kesal. Mengubah posisinya menjadi duduk. Merasa ada yang basah, ia mengusap pipi kirinya lalu me-lapnya pada baju Lana.

"REA LO APA-APAAN?!" bentak Lana sambil memukul kepala Rea sangat keras. Ia mundur beberapa langkah, menatap Rea jengkel. "Lo jorok banget sih. Kesel gue sama lo."

Rea terkekeh. "Santai Lan santai."

"Ada-ada aja lo Re, udah tau Lana kalau marah kaya gimana masih aja gangguin," ujar Indy.

"Kudu di bikin kapok Rea mah. Di marahin aja gak akan pernah cukup," tambah Evelyn. Kadang ia bingung Rea kenapa bisa kuat banget hadapin Lana yang emosian. Padahal jika Lana sudah marah padanya, Evelyn akan langsung menghindar sementara.

"Jangan banyak omong. Ayo ke lapangan." Lana pergi lebih dulu.

"Ke mana?" tanya Rea kepada Indy dan Evelyn.

"Semangatin anak cowok yang pada mau tanding futsal," jawab Evelyn.

"Ayo lah. Mereka bakal seneng kalau ngelihat gue ada di sana," ujar Rea dengan percaya diri lalu menyibakkan selimut dan beranjak turun.

"Kenapa harus seneng. Emang lo siapa?" tanya Evelyn.

"Rea yang cantik."

***

Hari ini hari pertandingannya kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2. XII IPA 2 sebagai penantang. Aldino adalah ketua untuk kelasnya. Cowok itu berdiri di lapangan dan menatap Rea yang sedang duduk di tangga atas. Memandang intens.

"Kenapa Rea jadi lebih cantik setelah putus?" gumam Aldino.

Indy menyenggol lengan Rea. "Re, Aldino lihat ke arah lo dari tadi."

Just Stay For ReaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang