10cm

3K 330 31
                                    

Selimut tebal membungkus dua manusia yang saling berpelukan di atas ranjang. Hujan deras di luar adalah salah satu alasan kedua manusia itu memilih berpelukan di dalam selimut untuk mencari kehangatan.

Tv yang dibiarkan menyala di dalam kamar sama sekali tidak berguna saat ini. Lihat saja, bahkan mereka tidak menengok sedikit pun ke arah tv yang menampilkan acara memasak.

"Ji." panggil si lelaki mungil yang masih menenggelamkan wajahnya di dada sang dominan.

"Hm." sahut sang dominan sambil terus mengelus lembut punggung kecil si manis.

Lelaki yang memiliki badan mungil itu mendongak dan tersenyum manis, mampu membuat yang ditatap tak tahan hingga akhirnya mengecup pipi kanan si manis.

"Ayo main."

Jisung mengangguk, ajakan main dari si manis tak akan pernah dia tolak. Dia tidak mau jika lelaki manisnya berakhir menangis dan tidur memunggunginya.

"Kita main tatap-tatapan, siapa yang berkedip dan tertawa lebih dulu dia lah yang kalah."

"Aku tidak akan kalah." kata Jisung sambil terus menatap Chenle tanpa berkedip.

Chenle mendengus dan mencubit pelan lengan Jisung.

"Yang kalah harus membawakan minuman, deal?" Chenle mengacungkan jari kelingking nya di hadapan Jisung yang langsung disambut baik oleh si empu.

"Deal."

"Hehe.. Oke mulai dari sekarang."

Chenle bergerak gelisah untuk mencari posisi yang nyaman. Namun tangan Jisung yang berada di pinggangnya menahan gerak Chenle, membawa si manis lebih dekat dengannya.

Kini mereka saling memandang satu sama lain. Sebelumnya Jisung sudah mematikan tv karna menurutnya itu akan mengganggu kegiatan main mereka.

Hening. Tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka, keduanya hanya fokus untuk menatap lawan main.

Jujur saja mata Chenle sedikit berair, 20 detik sudah mereka lewati. Chenle sedikit gusar, takut jika dirinya akan kalah dalam permainan ini.

Melihat bagaimana Jisung dengan mudah tak berkedip membuatnya sedikit iri. Lagipula bagaimana bisa Jisung menahan kedipan matanya. Chenle saja ingin segera berkedip, ia sudah tidak tahan.

Ya, ia sudah tidak tahan.



Tuttt //anggap aja suara kentut :)



Jisung berkedip saat mendengar suara yang tidak asing. Lalu dia tertawa sambil memegang perutnya.

"Kamu kentut?" masih dengan tawanya Jisung bertanya pada Chenle yang sekarang sedang menutup wajahnya dengan bantal.

"Hei." panggil Jisung lembut.

Chenle masih tak mau menunjukkan wajahnya. Jelas mana bisa, ia baru saja membuang gas di depan sang kekasih.

Dengan perlahan Jisung menarik Chenle mendekat dan betapa terkejutnya dia saat melihat si manis sudah berlinang air mata.

"Hei, kenapa menangis sayang?"

Sambil menghapus air mata di kedua pipi Chenle, Jisung dengan sabar menunggu jawaban dari si manis.

Dengan kepala yang masih menunduk Chenle memainkan ujung piyama nya. Masih belum berani menunjukkan wajahnya pada Jisung.

Tapi Jisung mengelus kepalanya lalu memeluk Chenle. Jisung tau kalau kekasihnya sedang malu, jadi dia lebih baik memeluk tubuh mungil ini daripada harus melihat Chenle terus menundukan kepalanya.

Short Story [jichen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang