Part 1

16.8K 182 33
                                        

Warning adult content
18+

***

Author’s POV

“Vay... (bc: Vei)” panggil wanita paruh baya dengan celemek melekat ditubuhnya.

“Ya bu..” sahut gadis remaja yang sudah menuruni tangga.

“Hari ini ibu hanya menyiapkan roti isi untuk bekalmu, nak. Tidak apa kan?” tanya wanita paruh baya itu setelah dipeluk dari belakang oleh putri semata wayangnya.

“It’s ok mom. Seharusnya ibu gak perlu lagi sibuk begitu, aku bisa menyiapkan bekalku sendiri, lagipula aku sekarang bukan anak SMA lagi, bu. Aku sudah jadi Mahasiswa senior” ujarnya tetap memeluk ibunya.

“Iya, ibu tahu. Mahasiswa senior yang masih saja memeluk ibunya padahal dia sudah tahu kalau dia terlambat” seru ibunya dengan sedikit candaan.

“OMG..Iya juga. Vay berangkat dulu ya, Mmuach, bye bu” seru gadis itu dengan spontan dan melepas pelukannya, mencium pipi ibunya, menyambar kotak makan diatas meja dan berlari keluar rumah, lalu kembali lagi kedalam

“Hehehe, Vay lupa kunci motor dan helm” ucapnya saat ditatap bingung ibunya.

“Hati-hati, nak” teriak ibu dengan seulas tawa diwajahnya.

***

Vay’s POV

Hari ini aku terlambat lagi masuk kelas. Bukan suatu kesengajaan, tapi kondisi lalu lintas kota ini yang sudah terlalu crowded.

Aku mengetuk pintu sebelum akhirnya masuk dan memberi salam pada dosen yang sedang mengajar hari ini. Pak Saidin.

“Vayra Dadipta!!! Terlambat 16 menit 37 detik” ucap Pak Saidin membuat seisi kelas memperhatikanku. Kecuali satu orang, kecuali pria yang duduk tepat didepan Pak Saidin, yang hanya menatap papan dan buku dimejanya.

Pria yang ku cintai diam – diam selama 3 tahun di SMA sampai sekarang, tahun ke 4 ku menjadi Mahasiswa. Jika dihitung sudah 7 tahun aku menyimpan perasaanku, tanpa berani mengutarakannya.

Rasa cinta yang ku pendam membuatku benar –benar tergila – gila padanya, bahkan mengubahku menjadi seorang stalker setiap musim KRS-an. Hanya untuk mengetahui apa saja kelas yang akan diikutinya. Termasuk dengan keputusanku untuk mengambil jurusan ekonomi, dan melepas beasiswa kedokteranku, hanya untuk terus melihatnya disekitarku.

Aku memang bodoh, tapi jika mencintainya membuatku kehilangan akalku, aku tidak apa - apa.

Mencintai Kevin Geraldy.

***

“Roti isi?” tanya Nanda melihat isi kotak makanku yang berbeda hari ini.

“Hm.. ibu bangun telat hari ini, jadi hanya sempat membuatkanku roti isi” jawabku melahap pelan bekal yang kubawa.

“Itu juga yang membuatmu terlambat?” tanyanya lagi sambil melahap bakso yang ada dihadapannya.

“Iya.. dan macet juga” ucapku menyesap sedikit teh panas yang kupesan.

Nanda adalah sahabatku dari SMA, dia tahu segalanya tentangku dan tentang hatiku yang tidak bisa berpindah kemanapun. Hanya Kevin Geraldy  seorang.

Kami sedang duduk dikantin, menikmati makan siang kami. Dan menikmati pemandangan indah dari kejauhan.

Memandang Kevin yang sedang duduk dan membaca buku ditangannya, dengan segelas teh panas dimejanya.

“Vay, kamu memesan minuman yang sama dengan si tampan itu lagi?” tanya Nanda mengelengkan kepala. Dia sudah bosan melihat tingkahku ini.

Living Like a Fool [D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang