Part 3

12.7K 249 40
                                        

Warning 18+ content

Terima kasih sudah menanti part ini.

Mungkin part ini tidak sesuai dengan harapan kalian.

Aku minta maaf karena mood menulisku menurun drastis karena vote di part sebelumnya yang tidak bergerak.

Enjoy this part

***

Pagi ini aku ke kantor dengan perasaan yang campur aduk. Aku tidak bisa menghindar dari Kevin, karena hari ini ada rapat bulanan yang sanagt penting. Jadi, aku tidak bisa membuat alasan agar tidak masuk dan menghindar darinya.

Kenapa aku menghindar? Tentu saja aku malu karena tingkahku semalam yang memciumnya tanpa ijin.

“Haaaccchuu” aku bersin. Untung aku mengenakan masker mulut. Flu ku semakin parah sejak semalam, menangis hanya membuat hidungku semakin mampet.

Aku melangkah pelan dan duduk dibelakang meja kerjaku. Melihat note stick yang tertempel disana dan menyusun semua jadwal Kevin serta daftar pekerjaanku yang lain dibuku agendaku. Aku melakukannya agar tidak lupa.

Langkah kaki terdengar menuju kearahku, tidak, lebih tepatnya melewatiku. Pria dengan setelan jas abu abu baru saja lewat dan masuk kedalam ruangannya. Siapa lagi kalau bukan Kevin Geraldy.

“Hacchhuuuu” lagi lagi suara bersin tapi bukan aku melainkan pria yang baru saja masuk kedalam ruangannya.

‘apa Kevin tertular?’ pikirku panik

‘iya bisa saja dia tertular melalui ciuman semalam’ pikirku lagi.

Dengan rasa bersalah dan keraguan aku memutuskan mengambil pil yang ada ditas ku dan mengetuk pintu ruangannya.

Tok Tok

“Masuk” serunya dari dalam. Aku membuka pintu dan dihadiahi tatapan datar miliknya.

“ada apa?” tanyanya langsung

“Aa...eemm.. ini buat Pak Kevin” ujarku menyodorkan plastik obat dihadapannya.

“apa ini?” tanyanya menatap benda ditangan kananku ini tanpa mau menyentuhnya.

“Maaf Pak, sepertinya aku sudah membuat anda tertular flu” kataku takut dimarahinya. Diluar dugaanku dia mengambil plastic obat dari tanganku dan memasukannya didalam laci mejanya. 

“terima kasih” jawabnya singkat tanpa terganggu dengan ‘kegiatan’ semalam yang membuatnya bisa tertular flu.

“sama – sama pak, sekali lagi saya minta maaf” ujarku sekali lagi dan melangkah munduk dengan menunduk sedikit.

“Vay” panggilnya tepat saat aku ingin membalikan tubuhku.

“Ya Pak?” sahutku menegakkan kembali tubuhku.

“Aku mau itu” serunya dengan telunjuk yang terangkat ke arah mulutku.

‘apa??? Dia menginginkan ciuman lagi??’ pikirku cepat. Mata ku membulat seketika saat memikirkan itu. Mungkin Kevin bisa membaca pikiranku karena dia segera berseru.

“apa yang ada dipikiranmu?” tanyanya dengan seringai senyum yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bahkan 3 tahun yang lalu.

“Ehh.. ah.. apa?” tanyaku balik dengan gugup.

“Jangan pikir macam – macam. Aku hanya mau itu.” Katanya menunjuk ke arah mulutku lagi.

“Maskermu, apa kau punya lebih? Aku takut dirapat nanti, virusnya akan tambah menyebar” katanya dengan tawa singkat. Wajahnya terlihat berseri saat tertawa seperti itu, tawa yang tidak pernah ku lihat. Hanya ekspresi dingin dan datarnya yang membuatku jatuh cinta selama ini, tapi melihat tawanya sekarang aku merasa akan segera meleleh seperti ice cream.

Living Like a Fool [D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang