Lama tak berjumpa teman" pembaca.
Secara pribadi aku berterima kasih karena masih menantikan cerita Vay dan Kevin. Jujur saja, kesibukan mencari penghasilan membuat author harus berhenti menulis. Tapi passion itu gak bisa dibohongi hehehe. Ada puluhan ribu kali keinginan lanjut menulis tapi tenaga dan pemikiran gak sinkron terus.
Vakum sebegini lama juga membuat originalitas cerita LLF menjadi berubah, author bahkan membaca ulang agar dapat mengingat ide cerita yang pertama kali terpikirkan dulu ketika mulai menulis ini, tapi aura yang baru yang akhirnya author dapat.
Semoga kalian tidak kecewa" banget ya. Selalu menanti komentar kalian untuk menyegarkan ide ku lagi. Terima kasih
xoxo
***
Author POV
Akumulasi emosi yang menguasai Kevin membuatnya makin menutup diri. Kehilangan Vay, ketidakmampuannya melindungi Vay, Ketidakmampuannya menetapi janji pada Pak Baro, mendiang ayah Vay, memenuhi pikiran dan menjadi senjata yang menyakiti dirinya sendiri.
Ketakutan itu merogoti hati dan juga tubuhnya. Kevin menghukum dirinya sendiri, tanpa air untuk diminum, tanpa nasi untuk dimakan. Tubuh tegap dan proporsional yang dipuja para wanita itu kini hanya kulit bungkus tulang. Sumber energi yang didapatnya kini hanya dari cairan infus yang kini mengalir dalam tubuhnya.
Sudah setahun berlalu sejak saat Vay hilang dari rumah sakit, Kevin meratapi kemalangan Vay dan kelalaiannya, sedangkan Arumi Geraldy menangisi kondisi anaknya yang naas.
Nanda tetap menjadi buronan selama setahun belakangan. Dugaan polisi bahwa Nanda memalsukan identitas dan kabur keluar negeri. Setidaknya untuk setahun ini ketidakberadaan wanita jahat itu tidak menjadi momok lagi bagi keluarga mereka.
"Kita seharusnya mendengarkan saran dokter untuk membawa Kevin pada psikiater sejak 5 bulan lalu, sejak awal kondisinya mulai menurun, bukannya sekarang Ma! Sudah terlambat. Look my pity bro'..." Daren Rudolf memutuskan ke Jakarta setahun yang lalu, dan menetap sampai proses penyembuhan saudara tirinya itu selesai. Sekaligus menemani Arumi Geraldy.
Arumy yang tak mementingkan penampilannya lagi itu terlihat makin tua dan lelah. Anaknya kehilangan penglihatan sebelah demi menyelamatkan gadis yang dicintainya tapi malah kehiangan gadis itu tepat dari sampingnya.
"Mama juga menyesal tidak mendengarkan dokter saat itu." sesal Arumi
"Melihatnya sekarang seperti melihat orang lain Daren" lanjut Arumi
"He lost his mind! &$*#..." Daren mengumpat beberapa kali saat membalikkan tubuhnya menghadap dinding, kemudian kembali memandang saudara laki-lakinya yang sedang tertidur.
"Love is really blind, isn't it Ma?"
"Kevin benar-benar telah menemukan belahan jiwanya" Lanjut Daren. "Dan juga kehilangan seluruh hidupnya saat itu juga" Ucap Daren mengalihkan pandang dari Kevin pada Arumi.
Arumi mulai tersedu tertahan. Benar. Cinta memang buta. Baik Vay dan Kevin mereka mengalaminya secara harafiah maupun secara kiasan.
"Di mana anak itu Daren?" Isak Arumi. Matanya mulai digenangi tangisan. "Di mana Vay?"
Daren memeluk Arumi dan mengajaknya keluar dari kamar Kevin.
"Dia pasti baik-baik saja Ma, kita percayakan pada polisi dan para detektif swasta yang sudah kita sewa ya."
"Ayolah jangan sedih seperti itu. Ada satu orang lagi yang perlu kita hibur, dan itu yang terberat" kata Daren sambil menghapus air mata Arumi.
"You right!" seru Arumi setelah mengambil nafas panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Living Like a Fool [D]
DragosteMencintaimu membuatku hidup dalam kebodohan. Content for 21++ ===$$=== Copyright ©2015 by ImHaneul