_____________
hari yang paling bikin jeongwoo gak mau masuk sekolah akhirnya tiba.
jeongwoo deg-degan banget padahal cuma disuruh ngomong pake aku-kamu sama jihan. tapi deg-degan nya udah berasa mau kena azab.
"tegang banget kaya lagi nahan boker." celetuk dino sambil makan bakso aci.
gak tau dapet dari mana. padahal masih pagi, dan kantin belom buka. bisa-bisanya dino udah sedia bakso aci.
"mau nembak jihan nih pasti. keliatan banget gelagatnya kaya grogi grogi anjay gitu." ucap harez yang ikut nyemilin bakso acinya dino.
"gak ya anjir. gue tegang karna gue di tantang jihan buat ngomong aku-kamu ke dia. apa gak geli!?" emosi jeongwoo.
"mana saya tau, saya kan good looking." jawab harez.
"yeuu, gue masukin kuah rawon item lu kaya gue." kesal jeongwoo.
harez yang denger anceman jeongwoo langsung bergidik ngeri takut jadi item beneran kaya jeongwoo.
jam pelajaran pun tiba. jeongwoo yang tadinya deg-degan karna mau ngomong pake aku-kamu ke jihan, sekarang jadi deg-degan karna liat bangku di sebelahnya yang masih kosong.
apa jihan bangun kesiangan?
sampai akhirnya ke kepoan jeongwoo terpecahkan saat bu guru mengatakan alasan ketidak hadiran jihan hari ini.
"oh iya, bu guru dapet kabar kalo jihan di opname di rumah sakit pelita bunda. kita doakan ya anak-anak, semoga jihan bisa segera sembuh dan kembali bersekolah seperti biasa."
JEGLER.
bagai disambar petir di pagi yang terik, selesai mendengar penjelasan bu guru, jeongwoo langsung beranjak pergi. tanpa menghiraukan teriakan dari guru dan teman-temannya.
bu guru yang bingung lalu bertanya kepada murid-muridnya, "aduh, nak jeongwoo kenapa lagi ya?"
harez pun menjawab, "selama ini yang deket sama jihan cuma jeongwoo bu. jihan juga yang ngebuat jeongwoo berubah gak seberandal dulu lagi."
dino mengangguk setuju, "mungkin jeongwoo mau jenguk jihan bu."
"aduh, kan bisa nanti. yaudah deh biarkan saja dia. sekarang kita lanjut ke pembelajaran. buka halaman 109, dan kerjakan latihan soal di sana."
"baik bu."
sesampainya jeongwoo di rumah sakit, ia langsung menanyakan kamar rawat inap jihan ke receptionist.
selesai bertanya, jeongwoo langsung melesat pergi tanpa bilang terimakasih kepada si receptionist.
sekarang jeongwoo sudah berdiri di depan kamar rawat inap jihan. entah kenapa jantung jeongwoo berdetak lebih cepat dari biasanya.
jeongwoo mencoba rileks dan menghembuskan nafasnya perlahan.
cklek
"permisi, saya jeongwoo teman sekelasnya jihan." ucap jeongwoo begitu melihat wanita paruh baya dan suaminya yang berdiri di samping wanita paruh baya itu.
"ah, mari silahkan masuk." ucap wanita yang diyakini jeongwoo sebagai ibu jihan dengan ramah.
"apa jihan baik-baik aja bu?"
ibu jihan menghela nafasnya berat, "sepertinya memang ini jalan yang diberikan tuhan untuk jihan. dokter bilang kalau tidak ada tanda-tanda kesembuhan pada diri jihan."
wanita itu tidak sanggup untuk melanjutkan ceritanya. dan digantikan dengan suara isakan tangisnya.
jeongwoo jadi kikuk, ia pun mencoba menenangkan ibu jihan dengan berkata, "saya sudah lama menghabiskan waktu bersama jihan. jihan sendiri yang minta saya untuk menemaninya sebelum dia pergi. jadi saya sudah cukup kenal dengan jihan, saya yakin jihan orang yang kuat. jihan pasti bisa sembuh bu. jangan khawatir."
ibu jihan tersenyum dan mengusap kepala jeongwoo, "kamu bener-bener anak yang baik. orang tuamu pasti bangga punya anak seperti kamu."
jeongwoo ingin mengelak perkataan ibu jihan karna malu. tapi niatnya di batalkan saat mendengar suara dengungan keras yang memekakkan telinga.
tit....................
seluruh pasang mata menatap ke arah mesin EKG di samping jihan dengan panik.
kedua orang tua jihan mendekat ke arah jihan tak percaya. ibu jihan menutup mulutnya sambil menangis sesenggukan. dan ayah jihan yang berusaha menenangkan ibu jihan.
sementara jeongwoo, langsung berlari panik keluar ruangan jihan untuk memanggil suster atau dokter yang ada di sana.
"sus! dok! pasien rawat inap nomer 230 kritis!" teriak jeongwoo panik.
"mas nya tenang dulu ya, nanti ganggu pasien lainnya." ucap suster yang berdiri di dekat jeongwoo.
"lah ini suster kenapa masih disini!?! cepet ke kamar 230! temen saya lagi kritis malah diem aja lu disini!"
"mas, mas tenang dulu. jangan teriak-teriak di rumah sakit." kali ini satpam yang datang menenangkan jeongwoo.
"pak, ini susternya tolol apa gimana sih?! ada pasien kritis malah diem aja! samperin dong!"
tak lama kemudian, dokter dan suster berlari mendekat ke arah jeongwoo.
"gimana mas?"
"pasien kamar 230 kritis dok!"
"iya, mas nya tenang dulu ya. saya segera kesana."
setelah dokter dan suster memeriksa keadaan jihan dan memompa jantung jihan supaya berdetak lagi, ternyata hasilnya tetap nihil.
"maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin. tapi sepertinya tuhan berkehendak lain. semoga mbak jihan bisa ten—
"gak! gak mungkin! dok yang bener dong mompa jantungnya! sekali lagi pasti bisa!" ucap jeongwoo.
"maaf mas. kami sudah berusaha semaksimal mungkin. kami tau bagaimana perasaan mas sekarang. kami harap, mas bisa tabah dan lapang dada menerima semua ini. saya permisi. mari pak, bu, mas."
kaki jeongwoo lemas. ia langsung terduduk lemas sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
ibu jihan bisa melihat tetesan air yang menetes di sela-sela jari jeongwoo.
ibu jihan tersenyum dan mengelus punggung jeongwoo, "kamu pasti sayang banget ya sama jihan. makasih udah ngasih anak ibu momen yang berharga sebelum dia pergi. ibu berhutang banyak sama kamu, anak baik."
tangis jeongwoo pecah. jeongwoo tidak bisa menahan air matanya lagi. ia memeluk ibu jihan erat.
gue bahkan belum sempet nyatain perasaan gue ke lo, tapi lo udah pergi duluan, han. lo jahat. batin jeongwoo di sela isakan tangisnya.
sampai saat ini, jeongwoo masih merasa,
dunia benar-benar kejam.
©2O21, wednesday
l e t t i n g g o
KAMU SEDANG MEMBACA
letting go [✓]
Fanfiction𝖼𝗈𝗆𝗉𝗅𝖾𝗍𝖾𝖽 ✓ 𝖿𝗍. 𝗃𝖾𝗈𝗇𝗀𝗐𝗈𝗈, 𝗃𝗂𝗁𝖺𝗇 𝗍𝖾𝗇𝗍𝖺𝗇𝗀 𝗃𝖾𝗈𝗇𝗀𝗐𝗈𝗈 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗃𝖺𝗋 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗆𝖾𝗋𝖾𝗅𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖾𝗌𝖾𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗋𝗍𝗂 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗉𝗇𝗒𝖺. ⤹𝗌𝗍𝖺𝗍𝗎𝗌 : 𝖼𝗈𝗆𝗉𝗅𝖾𝗍𝖾𝖽...