Jangan lupa tinggalkan jejak, ya, guys😙
💙💙💙
~***~
"Patah hati mungkin tidak didengar oleh orang lain di sekitar kita. Namun amat pedih saat dirasakan oleh hati yang terluka."
-CassandraPurnamaAldelianty-
***
💙💙💙
"Gua kan udah bilang-"
"Sorry," jawab Andra memutus ucapan Daffa di seberang. Dia sedikit tidak enak karena melupakan hal itu, karena memang dia lupa. Dia kaget saat ponselnya berdering dan menunjukkan nama Daffa di sana, padahal dia tadi sempat ketiduran dan jam sudah lewat pukul tujuh malam.
"It's oke, Ndra. Ada yang pengen lu sampein lagi sebelum gua cabut?"
"Kagak, Daff. Salam deh buat lu, hehe." Andra menggigit ujung bibirnya karena salah tingkah sendiri, seperti pertama kali saat mereka berbincang lewat telepon usai hari jadian waktu itu.
"Haha, sa ae lu, Ndra. Salam balik buat lu deh, gua juga sayang kok," jawab Daffa yang membuat Andra semakin terbang, padahal mereka sering mengatakan seperti itu sebelum memutuskan sambungan telepon, tapi perasaan Andra tetap sama seperti sejak pertama kali jatuh cinta pada Daffa. Memang terdengar bucin, tapi itulah perasaan yang sebenarnya yang berada dalam dadanya. "Ngomong sayang kok susah banget," imbuh Daffa dengan kekehan kecil di seberang sana.
"Ish! Ya bukan gitu ... kan kita ...."
"Bukan karena kita yang udah putus, tapi emang lu sejak dulu kagak pernah mau ngomong sayang duluan. Cewek emang aneh, ya, tapi untung gua sayang sama lu yang kayak gitu, wkwk!" Daffa memang selalu berhasil membuat Andra terbakar bahagia, bahkan pipi Andra sudah sangat panas dan perutnya seperti digelitiki oleh ribuan kupu-kupu yang berebut terbang bebas.
"Ya udah, gih, sana pergi. Intan pasti udah nunggu tuh." Andra mengondisikan letupan bahagia dan luka yang sekaligus hadir dalam dadanya, dia tidak bisa terus-terusan bucin ke mantannya seperti ini.
"Ngusir nih? Haha. Oke, gua cabut, ya, jangan kangen, kan berat kek berat badan lu, wkwk!" Daffa membuat Andra tiba-tiba menjadi kesal, karena ledekan yang berkebalikan dengan realitanya.
"Awas lu, Daff!" sengit Andra sangat kesal, apalagi melihat Daffa telah memutuskan sambungan telepon mereka. Dia bingung hendak melakukan apa malam-malam begini, karena biasanya Daffa yang mengajaknya pergi. Mengerjakan tugas sekolah? Ah, Andra tidak suka tugas sekolah, biasanya Daffa juga yang akan mengerjakan semua tugas sekolahnya. Sekarang Andra benar-benar mati dalam dunianya sendiri tanpa Daffa, walaupun dulu sewaktu Daffa belum hadir pun dunianya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
M-A-N-T-A-N
Teen FictionMenjadi seorang mantan mungkin bukan cita-cita sepasang kekasih ini, tetapi mereka memang telah ditakdirkan menjadi masa lalu yang pernah indah di waktunya. Dan menjadi mantan adalah hal yang menyakitkan, saat apa yang biasa dilakukan bersama harus...