Jangan lupa tinggalkan jejak, ya, guys😙
💙💙💙
~***~
"Mantan gua posesifnya minta ampun. Niatnya mau bikin gua balik nyaman atau malah tertekan?"
-CassandraPurnamaAldelianty-
***
💙💙💙
"San, lu nanti ke sekolah berangkat sendiri, ya, gua mau cabut duluan." Daniel meletakkan kembali sendoknya setelah merasakan satu suap nasi goreng di piringnya.
"Loh, tumben nggak berangkat bareng? Lagi marahan, nih, ceritanya?" sindir Mamah Andra dengan melirik putrinya yang terlihat acuh tak acuh saat Daniel berkata demikian.
"Gua bareng Daffa ntar," balas Andra dengan wajah datar, dan Daniel sempat menghentikan langkahnya saat mendengar nama mantan Andra itu, tapi dia terburu meninggalkan ruang makan keluarga tanpa memberikan ucapan apapun lagi.
"Daniel kenapa, sih, San?"
Andra hanya mengedikkan bahu sembari melanjutkan sarapannya. Ingin tahu lebih lanjut, tapi mamah Andra mengurungkan niatnya dan ikut menyelesaikan makan.
"Pokoknya ... Andra nggak mau bareng Daniel lagi!" gumam Andra dengan sangat tegas, meskipun mulutnya penuh dengan nasi goreng.
"Lah, kalian itu kenapa, sih?" Mamah Andra semakin curiga, tapi papah menghentikan ucapan istrinya dengan menyentuh lengan istrinya lembut sebagai kode.
"Daniel itu Papah minta buat jagain kamu di sekolah, San," ucap papah dengan wajah serius. Andra hanya mengernyitkan dahi dengan tampang berpikir keras.
"Daf—"
"Sebelum kenal Daffa, Papah sama Mamah udah bahas ini dengan keluarga Daniel." Papah memotong ucapan Andra yang ingin membela mantannya itu.
"Kamu harus terbiasa dengan Daniel, jangan sering-sering bertengkar kayak gitu, ah. Udah pada gede kan harusnya bisa lebih saling memahami. Masa kayak anak kecil terus, iya, 'kan, Pah?" Mamah ikut menyahuti.
"Betul." Papah melirik jam dan segera menyudahi makannya. "Kamu bareng Papah aja sekarang, masih sempet ini."
Andra ingin menolak, tapi sepertinya Papah tidak ingin penolakan keluar dari mulutnya. Akhirnya dengan menahan kesal dia menghabiskan jus jambu yang dibuatkan Bi Iyem tadi. Sesudah berpamitan dengan mamah, Andra segera berjalan keluar rumah membuntuti papahnya.
"Lah, ini Daniel masih di sini?" Mamah yang ikut mengantarkan pun kaget saat melihat Daniel masih santai di atas motornya sambil berbincang dengan Pak Min.
"Eh, iya, Nte, ini lagi ngobrol sama Pak Min."
"Ya udah, sama Daniel aja sekalian. Papah biar segera berangkat ngantor." Papah mengelus kepala Andra dan mengecupnya sebentar, kemudian meninggalkan putri kesayangannya itu bersama Daniel yang tidak menolak maupun berekspresi apapun; masih sama seperti biasanya yang berwajah datar-datar saja.
Daniel pamit pada mamah Andra, kemudian gadis yang masih bermuka masam itu naik ke boncengan dengan menerima helm dari Daniel. Mamah melepas kepergian Andra dan Daniel dengan perasaan bahagia.
Bukan Andra kalau tidak ngereog kalau lagi marah, dia bahkan sengaja tidak berpegangan pada Daniel, meskipun tahu cowok itu seperti alap-alap saat membawa motor. Endingnya, dia ngamuk-ngamuk nggak jelas dan memukul punggung cowok menyebalkan itu. Daniel tidak bereaksi, dia menambah laju motornya hingga cewek di boncengannya terpaksa mendekapnya dari belakang karena takut jatuh; tentunya masih dengan drama ngamuk-ngamuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M-A-N-T-A-N
Fiksi RemajaMenjadi seorang mantan mungkin bukan cita-cita sepasang kekasih ini, tetapi mereka memang telah ditakdirkan menjadi masa lalu yang pernah indah di waktunya. Dan menjadi mantan adalah hal yang menyakitkan, saat apa yang biasa dilakukan bersama harus...