Jangan lupa tinggalkan jejak, ya, guys😙
💙💙💙
~***~
"Jika harus memilih antara mantan dan masa depan, mungkin lebih baik kutinggalkan mimpi masa depan bersama mantan; mungkin."
-CassandraPurnamaAldelianty-
***
💙💙💙
"Pagi, Ndra," sapa Daffa saat Andra memasuki gerbang sekolah; masih terlalu dini untuk para siswa datang, tetapi mereka sudah lebih dulu hadir menyambut aroma embun yang semerbak pada pucuk rerumputan di lapangan.
"Hai ... pagi juga. Sendiri aja?" tanya Andra dengan senyuman yang sedikit mengembang, perasaannya masih sama kepada Daffa; seperti sejak pertama kali jatuh cinta. Dia datang sepagi ini dengan diantar supir pribadinya, karena Bang Kevin masih sibuk dengan kerjaannya yang disambi dengan kuliah, dan jangan tanyakan tentang cowok es kutub yang sekarang tinggal bersama dia; Andra tidak peduli jika gigi kudanil itu terlambat ke sekolah nantinya.
"Kamu juga sendirian." Daffa mengembangkan senyuman lebih lebar dari perkiraan Andra, dan dengan hangat menarik lengan gadis itu untuk melintasi koridor sekolah menuju kelas mereka. Sungguh, Andra ingin berteriak sekencang-kencangnya, tetapi dia tahan mati-matian agar mantannya itu tidak merasa illfeel padanya.
Andra berhenti karena melihat bolpoin milik Daffa jatuh tepat di sampingnya, dan tak sengaja kepala Daffa terjedot kepala Andra yang hendak mendongak.
"Dasar goblok!" pekik Andra saat menyadari kepalanya yang kepentok kepala seseorang yang dia benci.
"Ngapain sih lu ke sini?! Ganggu orang ngimpi aja!" geram Andra dengan mengelus jidatnya dengan sepenuh hati, dia juga melihat Daniel sedang mengelus dahinya yang kepentok tadi. Entah bagaimana ceritanya, jadi Daniel tadi berencana mematikan alarm hp milik sepupunya yang tidak mau diam, dan malah Andra tiba-tiba mendongakkan kepala saat Daniel belum sempat mematikannya.
"Cuma gegara gua pindah sekolah, lu mau bolos?" tanya Daniel, tidak mau menanggapi pertanyaan dari Andra.
"Nggak ada hubungannya! Udah, sono pergi! Kalo mau sekolah ya berangkat sendiri! Ogah gua berangkat bareng lu!" kesal Andra dengan menutupi seluruh wajahnya dengan selimutnya, dia belum sadar pukul berapa sekarang.
"Oke, terserah ... gua buka, ya, gordennya, yang nyuruh Tante Hana," ucap Daniel dengan menyibak begitu saja gorden kamar Andra, dan berhasil membuat gadis itu sadar dan melihat jam di hp-nya; padahal jelas-jelas jam di dinding menunjukkan pukul 06.45 WIB.
"Goblokkk! Gua kesiangaaannn!!"
***
"Niel! Lu bawa motor, 'kan? Wait! Lu harus boncengin gua sebagai rasa terima kasih lu atas tumpangan ...."
"Gua hitung sampe sepuluh. Satu ...."
Tanpa ba-bi-bu lagi, Andra segera kembali ke kamar dan merapikan seragamnya yang dipakai asal-asalan tadi, kemudian memasukkan buku di meja belajar ke dalam tas. Tanpa riasan apapun dengan rambut yang dicepol tinggi, Andra turun ke bawah dengan menenteng sepatutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M-A-N-T-A-N
Roman pour AdolescentsMenjadi seorang mantan mungkin bukan cita-cita sepasang kekasih ini, tetapi mereka memang telah ditakdirkan menjadi masa lalu yang pernah indah di waktunya. Dan menjadi mantan adalah hal yang menyakitkan, saat apa yang biasa dilakukan bersama harus...