Halooo! Akhirnya aku bisa update naskah ini lagi, nih.
Ayo seperti biasa. Sebelum memulai baca, jangan lupa buat kasih vote kamu. Habis itu ramaikan kolom komentarnya jugaaa. Percaya deh, itu buat aku semangat nulisnya💛💛💛
Selamat baca!
*****
"HEI, SIAPA yang bilang lo boleh duduk di sebelah gue?" Kalimat itu keluar dari bibir Mas Thamrin selepas kaca jendela mobilnya menurun sempurna. "Duduk di belakang sono."
"Ya elah, Mas, ngapain gitu segala, sih?" Rojer berdecak, mengintip ke jok belakang—yang ternyata sudah ada Tita yang melambaikan tangan menggunakan brush. "Yang penting, kan, medianya sama. Intinya gue bisa ada di kantor—"
Mas Thamrin segera memotong kalimat Rojer. "Nah, nah, gue nggak mau mendengar lebih banyak penolakan lo lagi. Buruan ke belakang, deh!" tegasnya. "Inget ke mana tujuan kita sekarang? Kantor agensi, cuy! Para petinggi dan saingan lo ada di sana. Mana bisa lo ke sana dengan tampilan seadanya. Malu-maluin reputasi lo yang ada."
Rojer tanpa sadar melirik penampilannya sekarang. Tidak ada yang beda dari biasanya. Dia masih mengenakan prinsip—penampilan keren versinya itu jika ada salah satu warna antara hitam atau putih. Sekarang, dia hanya mengenakan warna hitam untuk di bagian celananya. Sedangkan atasannya, dia padukan dengan kaus berwarna coklat birch.
Iya, penampilan Rojer sesantai itu.
"Outfit seadanya versi gue masih pakai brand terkemuka kali." Rojer mendengkus sebelum menuju jok yang belakang. Lalu membukanya. Tita yang di dalam langsung menggeser badannya agar Rojer mendapat ruang duduk lebih banyak. Rojer menatap barang bawaan Tita. "Terus kenapa lo bawa koper segede itu?"
Tita menoleh ke depan sekilas. "Gue diminta Mas Thamrin make-up-in lo."
"Heeeh?"
"Udahlah. Nggak usah hah, heh, hah, heh. Nurut aja lo!" sembur Mas Thamrin. Dia mulai menjalankan mobilnya. "Ta, buka kopernya terus lo ambil coat abalone yang ada di sana. Pakein ke dia. Gue rasa masih match sama warna bajunya."
Tita mengangguk menurut, sementara Rojer sudah tidak berminat menyela apa pun lagi karena omongan Mas Thamrin merupakan keputusan final. Dia menghela napas sambil menyenderkan punggungnya. "Gue udah nge-brunch sebelum ini, Mas," katanya. "Ef-way-ai. Barangkali lo tanya soal itu."
"Bagus," balas Mas Thamrin. "Paid review di snapgram udah lo lakuin juga tadi?"
"Lah, lo nggak lihat snap terbaru gue?"
"Kalau gue lihat, ngapain gue tanya segala sih, Rojer?" Mas Thamrin berdecak. "Hari ini jadwal gue cukup gila. Pagi-pagi, anak gue maksa-maksa buat joging. Nggak lama, gue juga nemenin istri gue nengok temennya yang baru lahiran. Dilanjut jemput lo buat ke kantor agensi. Itu juga belum ditambah sore nanti Mas Zakir ngajak gue ke Bogor. Makanya, gue nggak bisa bantuin lo buat nyusun review-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating a Celebrity
Storie d'amoreSelama ini, kisah cinta Naina Lovanka selalu berjalan mulus. Ketika dia mencintai seseorang, orang itu akan mencintainya balik lalu mereka pacaran. Tidak perlu PDKT lama tanpa hubungan yang jelas. Namun, dengan Ragas semuanya berbeda. Naina mencinta...