🕊️🕊️🕊️
Keesokannya, tak ada satupun orang yang mau mendonorkan hati untuk Hyunsuk. Keadaannya pun semakin kritis, Siwon dibuat bingung mencari pendonor. Bukan hanya Siwon, Haruto dan Asahi pun sudah mencari dimana mana. Bahkan dengan tawaran harga yang sangat besar, tapi tak juga menemukan.
Diruangan, dokter yang menangani Hyunsuk pun turut sedih dengan hal ini. Sejak dinyatakan memiliki penyakit kanker hati, ia telah mencoba mengobati selama setahun terakhir. Ia juga telah menganggap Hyunsuk adalah saudaranya sendiri.
Dokter pria yang masih menginjak usia kepala tiga ini kemudian berucap " waktu tinggal tiga hari lagi, jika tetap tidak ada pendonor, maka entah apa yang akan terjadi "
Soora yang mendengar itu tak kuasa menahan tangis. Siwon berusaha menenangkan tangis istrinya itu. Haruto serta Asahi yang mendengar dari luar ruangan pun terdiam tak bersuara.
"Ada satu cara, yang mungkin bisa menyelamatkannya, Hyunsuk harus ke Jerman. Disana dokter yang menangani pun sangat bagus, dan alat-alat yang digunakan menunjang hidupnya lebih canggih. Jika anda setuju?"
Mendengar ucapan sang dokter, membuat Siwon dan Soora mengulas senyum penuh harapan. Setidaknya masih ada harapan untuk anak sulungnya itu sembuh.
"Baik, kami setuju dokter!"
Soora tersenyum dan mengangguk cepat dan diikuti oleh Siwon."Baiklah, nanti jam 11 tepat anda bisa datang keruangan saya lagi!"
Keduanya pun keluar dari ruangan dokter Park. Sedikit kaget karena melihat Haruto dan Asahi yang masih didepan pintu. Asahi terdiam, Haruto menggaruk tengkuknya cengengesan.
"Kalian menguping ya?" Tanya Soora dengan nada jenaka " ayo ke kantin sarapan! Kalian belum makan kan?"
Haruto menggeleng, sedikit tersentak saat Soora menggandengnya lembut dan di bawanya ia menuju kantin rumah sakit. Diikuti Siwon dan Asahi dibelakang.
Kantin rumah sakit yang didesain mewah, kesannya seperti kafe. Kemudian mereka memilih duduk di dekat jendela. Udara pagi yang sejuk menyapa mereka.
"Kalian disini, mau pesen makanan dulu ya?!" Ujar Soora kemudian berlalu.
"Kenapa kalian tidak sekolah?"
"Haruto mau nemenin kak Hyunsuk, dan disini aku mau nemenin Haruto"
Jawab Asahi tanpa menatap Siwon, ia tidak benci, tapi ia geram dengan adik mamanya itu. Bisa bisanya ia mengabaikan Haruto sejak kecil, dan Haruto dengan mudah memaafkan? Ya Tuhan tercipta dari apa hati Haruto itu?"Besok kalian harus sekolah! Biar Hyunsuk papa urus Haruto! Kamu tidak perlu khawatir, Hyunsuk pasti akan sembuh"
Haruto mengangguk lemah, kemudian tersenyum samar.
Tak lama Soora datang membawa makanan dibantu oleh pelayan di belakangnya. Soora Kemudian memilih duduk di hadapan Haruto disamping suaminya.
"Ini, makan yang banyak ya!" Soora lalu memberikan semangkuk bubur dan mengelus lembut rambut lebat nan hitam milik anak bungsunya itu.
"Bibi, Haruto itu alergi kacang"
Seru Asahi saat melihat ada beberapa biji kacang tanah di bubur milik Haruto."Ah, bahkan hal sekecil ini bibi tidak tau" ujar Soora sendu karena sedikit tertohok mendengar ucapan Asahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUTE (Haruto Treasure)
FanfictionHaruto "Keberadaannya selalu bagai angin lalu yang tak pernah di anggap" "Hanya karena satu kekurangannya, kebaikannya selalu di abaikan" ______ Pria tampan dan baik hati. Sudah waktunya kembali. ______ Tetap tinggalkan jejak. Beberapa bagian dipri...