🕊️🕊️🕊️
Kepanikan yang terjadi kini telah aman kembali. Nafas semua orang yang tercekat kembali bernafas lega. Bunyi alat medis itu seakan memberi tahu bahwa Haruto telah bangun dari tidurnya, bukan sebaliknya. Rasanya seperti di prank Karena di buat panik luar biasa, dan kini orangnya kembali bangun.
Senyum Haruto terlukis tipis di bibir pucatnya. Melihat semua orang berkumpul di sekitarnya. Hyunsuk yang tak henti-hentinya tersenyum lebar. Kedua orangtuanya yang tersenyum haru karena bahagia. Keluarga Asahi juga ikut bersuka cita atas kebangunan Haruto. Ada juga Eun Soo lalu ada dua sahabatnya yang tak lain adalah Yedam dan Araya.
Haruto sudah di pindah ruangan. Memilih ruang VVIP agar tetap nyaman saat menjenguk karena ruangan yang luas dan lebar.
Mama
Sebut Haruto dengan decapan tanpa suara di bibirnya.
Karena semua orang melihat titik utama yaitu Haruto, jadi semuanya terdiam membiarkan Haruto melepas rindu pada keluarganya.
"Iya sayang?"
Haruto sayang mama.
Entah kenapa dada Soora kembali seperti tertusuk ribuan jarum. Dengan bibir yang berkedut gemetar ia menciumi puncak kepala anaknya.
"Mama tau, mama juga sayang sama kamu"
Papa
Siwon yang melihat interaksi keduanya kini mulai mendekat saat anaknya memanggilnya,masih dengan tanpa suara.
Haruto juga sayang sama papa.
Kak Hyun juga.
Haruto pengen di peluk kalian.
Haruto mencoba bangkit dari posisinya. Kedua tangannya terangkat, Soora yang pertama masuk dalam pelukan hangat Haruto, lalu kemudian di susul Siwon dan Hyunsuk.
Asahi mengukir senyuman yang jarang ia perlihatkan. Semua orang yang melihat pelukan keluarga itu pun turut senang. Haruto mendapatkan kebahagiaannya.
"Keberadaannya bagai angin lalu yang tak pernah di anggap" ujar Araya tersenyum samar menatap intens keluarga itu.
"Hanya karena satu kekurangannya, kebaikannya selalu di abaikan" Yedam ikut menimpali.
"Puitis"
Memang ucapan Asahi kali ini patut di acungi jari tengah. Melihat momen mengharukan dan bahagia ini terganggu karena Asahi yang tiba-tiba ikut berdiri di tengah-tengah antara Yedam dan Araya. Kemudian Asahi merangkul kedua temannya, senyuman tak luntur dari tadi.
"Jangan liat masa lalu Haruto lagi, semua ini patut buat jadi pelajaran. Haruto udah bahagia, apa yang diimpikan sudah terwujud"
"Sok bijak" ucap kedua temannya bersamaan.
Memang tidak ada yang bisa di ajak bicara serius. Asahi menghela nafas, beralih duduk di sofa dengan santai.
Menatap sebuah kenyataan bahwa sang sepupu sekaligus sahabat kini tengah bahagia. Tapi ia sedang merasakan gusar tak tau kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUTE (Haruto Treasure)
FanfictionHaruto "Keberadaannya selalu bagai angin lalu yang tak pernah di anggap" "Hanya karena satu kekurangannya, kebaikannya selalu di abaikan" ______ Pria tampan dan baik hati. Sudah waktunya kembali. ______ Tetap tinggalkan jejak. Beberapa bagian dipri...