💎12💎

642 81 3
                                    

🕊️🕊️🕊️

"Bawa ini ya?!"

Haruto menggeleng.

Soora berdecak pelan, geram dengan sang anak. Sejak tadi ia menawarkan macam-macam makanan ringan dan berat untuk dibawa, tapi selalu di jawab gelengan tanda tidak mau.

Bagaimana Haruto tidak terus menggeleng? Ini hanya liburan sehari, tapi mamanya memberikan banyak makanan. Seolah stok untuk beberapa bulan.

Sudah ada satu kresek besar berisi makanan yang diberikan Soora padanya. Lalu kenapa mau ditambah lagi? Lalu pakaian, hanya satu hari tapi mamanya menyiapkan satu koper sedang. Padahal, tas gendong saja sudah cukup baginya.

"Oke, mama siapin sarapan dulu"
Dengan menggeleng kesal Soora berjalan menuju dapur.

Haruto berdiri dari duduknya, lalu membawa koper itu kembali ke kamarnya yang terletak di lantai atas. Kemudian memilih mengambil satu pasang pakaian dan dimasukkannya ke dalam tas gendong. Tak lupa membawa notebook dan bolpain juga handphone.

Terdengar ribut-ribut dari luar kamarnya, ia tau siapa saja disana. Ya siapa lagi kalau bukan para sahabatnya.

Sedikit berlari Haruto turun dari lantai melewati tangga. Soora yang melihat itu menggeram kemudian berteriak penuh penekanan.
"Jangan lari-lari, itu tangga Haruto!!"

Iya ma...

Itu kata yang dapat Soora baca lewat gerakan mulut Haruto, Ia khawatir. Kedua tangannya menyentuh lalu mengusap pipi sang anak. Mengecup dahinya dan beralih memeluknya.

"Mama gak mau kamu kenapa-kenapa"
Ucapan lirih itu menyiratkan ketakutan yang besar.

Tangan besar Haruto terangkat membalas pelukan. Kepalanya mengangguk-angguk di atas pundak sang mama.

Setelah melepas pelukan itu, Soora menarik Haruto menuju ruang makan.
"Teman-teman mu sudah pada dateng tuh, kita sarapan bareng-bareng dulu!!"

Haruto dapat melihat Araya dan Yedam yang terduduk bagai patung disana. Sedangkan Asahi, ia duduk santai sambil memakan buah apel. Menyadari ada Haruto yang duduk di hadapannya dengan tatapan bingung, menatap kedua curut yang suka ribut itu masih seperti batu.

"Malu katanya, padahal biasanya malu-maluin" Asahi berlagak ingin muntah.

Yedam rasanya ingin mematahkan leher Asahi sekarang juga. Sahabatnya satu ini memang suka benar kalau ngomong. Tapikan masih canggung, bagaimana tidak malu coba? Ini di rumah orang terkenal, orang terkenal, Ini pertama kalinya ia datang. Yedam hanya melirik Asahi dengan tajam tanda permusuhan sengit. Asahi yang dibegitukan membalas dengan ejekan di bibirnya
' Nye Nye Nye Nye '.

Araya sendiri, ia juga cukup kikuk sekarang. Bagaimana pun ia berada di lingkungan orang-orang kaya. Sedangkan ia? Ia hanya seorang anak seorang pembantu disini, begitu isi pikirannya. Ia juga harus menjaga sifat disini, walau hanya anak seorang pembantu ia harus punya etika tinggi. Tapi saat mendengar ucapan Asahi tadi, rasanya ia ingin menenggelamkan Asahi di laut dalam, tak lupa ia akan berikan tali yang ditalikan dikakinya, kemudian ia beri besi beton pada ujung tali satunya. Agar, saat Asahi ingin berenang menyelamatkan diri ia tak mampu, karena besi akan semakin mendalam. Araya menggeleng cepat, tidak, ini konyol dan terlalu sulit. Lebih baik ia memberi racun tikus saja pada makanan Asahi. Lalu ia dijebloskan dipenjara karena melakukan pembunuhan. Tidak Araya tidak menginginkannya. Oke, ia tidak akan membalas ucapan Asahi dengan perbuatan kotor itu, lebih baik ia diam.

MUTE (Haruto Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang