🕊️🕊️🕊️
"Bangsad" umpat Yedam saat ia mendarat cantik di air yang terasa asin yang masuk kedalam mulutnya sedikit. Ia kemudian duduk di genangan air se-lutut itu dengan menatap tajam ketiga temannya yang tertawa terbahak-bahak.
Awalnya.
Yedam yang sedang berbaring beralaskan tikar dan payung lebar di pinggiran pantai. Membayangkan ekspetasi indah, senyum-senyum tidak jelas sejak tadi. Tapi senyumannya luntur karena ekspetasinya tidak sesuai realiti. Ketenangannya terganggu oleh para sahabatnya yang dengan teganya menceburkan ia ke dalam air laut yang asin itu.
Dengan Araya yang memegang kedua tangannya, Asahi dan Haruto yang memegang kedua kaki. Araya yang merupakan dalang dari perbuatan picik ini.
Dengan tertawa setan Araya menatap Yedam yang dengan tatapan tak berdosanya. "Kasian utututututu"
"Gila Lo pada, kenapa tanggung-tanggung gak sekalian di tengah-tengah laut?" Gerutu Yedam yang masih diposisi semula.
"Lo mati kita repot" sarkas Asahi santai sambil menciptakan percikan-percikan air ke wajah Yedam dengan menggunakan kaki, dan tangan yang bersedekab dada.
"Asahi kalo ngomong suka bener" sahut si nenek lampir Araya.
Haruto menggeleng-gelengkan kepalanya melihat para sahabatnya. Tanpa menghiraukan yang melanjutkan berdebat, ia memilih duduk di bebatuan yang tak jauh dan tak dekat dari ketiganya.
Angin berhembus, tangannya melentang, matanya menikmati keindahan pemandangan yang terdapat beberapa bukit di sebrang sana.
Haruto mengeluarkan notebook beserta bolpainnya, ia menuliskan sesuatu di sana. Sebuah curahan hatinya. Ia sebenarnya tidak pernah menulis apa yang ia rasakan dalam kesendirian. Biasanya Asahi yang selalu membaca keluh kesahnya. Selain itu tidak pernah, lalu entah dorongan dari mana ia ingin menuliskan perasaannya hari ini.
Ada perasaan bahagia dan sebuah firasat buruk. Bahagia karena apa yang ia inginkan sudah terwujud, dari keluarganya menganggapnya dan memiliki sahabat sebagai pelengkap. Tentang firasat, entahlah ia tidak bisa mendefinisikan keburukan apa yang akan terjadi.
Tangannya berhenti menulis dan kembali memasuki notebook itu ke dalam saku celananya.
Mengikuti segala alur-Mu Tuhan.
Terima kasih sudah memberi ku banyak kebahagiaan. Terima kasih atas segala cobaannya, karena aku bisa belajar dari itu semua.Jaga kedua orang tua ku, kakak dan Asahi sahabat yang selalu di sisiku. Araya dan Yedam, kalian memang belum lama menjadi sahabat si bisu ini. Tapi kehadiran kalian mampu membuat bagaimana kebahagiaan sebenarnya.
Terima kasih sudah mengabulkan doa ku. Terima kasih sudah mengirimkan orang-orang yang mampu membuat kehidupan sunyi ini mampu sedikit berwarna.
Tapi satu permintaan,lancarkan semua nantinya, biarkan aku berkumpul sejenak bersama keluarga. Setelah itu sudah, aku akan mengikuti alur-Mu bagai air sungai yang mengalir.
Menatap langit cerah dengan sedikit menyipitkan matanya karena sinar mata hari. Batinnya tak berhenti berterima kasih dan memohon pada sang kuasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUTE (Haruto Treasure)
FanfictionHaruto "Keberadaannya selalu bagai angin lalu yang tak pernah di anggap" "Hanya karena satu kekurangannya, kebaikannya selalu di abaikan" ______ Pria tampan dan baik hati. Sudah waktunya kembali. ______ Tetap tinggalkan jejak. Beberapa bagian dipri...