BAB 3

9.2K 428 3
                                    

Tiga bulan sudah sejak pertemuan pertama Zia dengan pak Randy. Zia masih menjalani semua aktifitasnya seperti biasa. Pagi dia bekerja dan malam hari dia kuliah. Selama dua tahun Zia bekerja sebagai seorang caddy, Zia mampu menguasai beberapa bahasa asing secara otodidak. Zia sudah menguasai bahasa Inggris sejak dia sekolah, namun bahasa asing yang dia pelajari  selama dia bekerja adalah bahasa Jepang dan Korea. Karena kebanyakan pemain datang adalah warga negara Jepang dan Korea. Walaupun tidak mahir namun Zia mengerti beberapa percakapan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tak jarang Zia juga selalu menjadi korban paksaan para caddy master saat ada pemain yang membutuhkan caddy pintar berbahasa asing.

Selama tiga bulan belakangan ini, Zia tak pernah mendapat telepon atau pesan singkat dari pak Randy. Zia juga sebenarnya tidak mengharapkannya karena hal seperti ini biasa terjadi. Pemain yang sibuk dengan kerjaannya atau karena pemain yang sebenarnya hanya basa-basi meminta nomor telepon caddy. Walaupun pak Adam sering bermain golf di Diamond Golf Course namun keberadaan pak Randy tak pernah terlihat bersama pak Adam.

Jam menunjukkan pukul 10.30 malam. Zia duduk bersandar diruang tamu di rumah kontrakannya yang memiliki 3 petak ruangan dengan kamar mandi pribadi. Zia yang masih lelah karena baru saja sampai dirumah dari kuliahnya, mengambil air minum di dalam kulkasnya dan meminumnya. Zia kemudian memasukkan motor miliknya kedalam rumah kontrakan dan mengunci pintu rumahnya. Zia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya untuk bersiap tidur. Walaupun Zia memiliki rutinitas yang cukup berat, namun Zia tak pernah menyerah akan mimpinya demi mendapatkan gelar sarjana. 

Zia memakai pakaian tidurnya dan merebahkan tubuhnya keatas tempat tidur miliknya yang nyaman. Zia mengatur alarm jam 4 pagi agar tidak telat untuk bekerja esok pagi. Saat Zia meletakkan ponselnya diatas yang terdapat disamping tempat tidurnya. Ponselnya itu bergetar, Zia mengambil lagi ponselnya dan terdapat panggilan telepon masuk dari nomor yang tidak dia kenal.

“Halo” Zia mengangkat teleponnya

“Halo, Zia?” tanya seorang pria dari seberang sana

“iya saya Zia. Mohon maaf ini siapa?” tanya Zia

“saya Randy masih ingat kan?” ucap pria itu yang menyebutkan namanya. Apa ini pak Randy?, batin Zia

“pak Randy temannya pak Adam?” tanya Zia

“iya” jawab pak Randy

“oh. Iya masih ingat ko pak. Ada ada pak?” tanya Zia

“maaf jam segini telepon kamu. Saya besok mau main golf jadi caddy saya bisa kan?” pinta pak Randy

“iya pak bisa. Datang jam berapa pak ?” tanya Zia

“jam 7 saya datang” ucap pak Randy

“baik pak besok saya tunggu” ucap Zia

“oke makasih Zi” ucap pak Randy yang kemudian menutup teleponnya

Zia yang sudah mengantuk lalu meletakkan kembali ponselnya ke atas meja dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Zia perlahan menutup matanya dan tertidur lelap. Tepat pukul 4 pagi alarm Zia berdering membuat Zia membuka matanya dan terbangun dari tidur lelapnya. Zia duduk sebentar diatas tempat tidurnya selama beberapa menit untuk menyadarkan seluruh  yang masih lemas. Zia bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat kerja karena groupnya mendapatkan jadwal standby jam 5 pagi. Lalu Zia segera mengeluarkan motornya untuk segera berangkat menuju Diamond Golf Course. Diujung jejeran rumah kontrakan itu juga terlihat seorang caddy yang juga bersiap berangkat bekerja. Caddy itu tak lain adalah Sisi. Zia dan Sisi pun berangkat berdampingan menggunakan motornya masing-masing. Rumah kontrakan Zia dan Sisi berada tak jauh dari Diamond Golf Course, hanya memakan waktu 7 menit berkendara.

Caddy, I Love You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang