BAB 15

5.7K 279 7
                                    

Hari pernikahan mba Tiara pun tiba. Zia yang seharusnya tidak bisa libur di hari sabtu dan minggu. Meminta izin pada caddy master untuk cuti agar bisa menghadiri pernikahan kakaknya. Zia melihat mba Tiara memakai gaun pengantin berwarna putih yang terlihat sangat mewah. Mba Tiara benar-benar terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin itu. Saat akad terucap, Zia meneteskan air matanya. Zia sangat bahagia melihat kakaknya yang sudah resmi menjadi seorang istri. Kini doa Zia adalah semoga mba Tiara selalu bahagia seperti saat ini. Setelah acara selesai, Zia berdiri di depan pintu hotel tempat acara pernikahan mba Tiara di laksanakan.

“Zia?” terdengar suara seorang lelaki disebelahnya. Zia menoleh dan lelaki itu adalah Bayu. Bayu, mantan kekasih Zia saat SMA yang pernah Zia ceritakan pada pak Randy

“Bayu?” ucap Zia yang juga terkejut

“apa kabar Zi?” Bayu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Zia

“baik kok. Kamu apa kabar?” Zia meraih tangan Bayu dan merekapun saling berjabat tangan

“baik juga. Kamu ngapain disini Zi?” tanya Bayu

“aku menghadiri pernikahan kakak aku. Kamu?” tanya Zia balik

“hah! Tiara itu kakak kamu?” tanya Bayu dengan terkejut

“iya” jawab Zia yang bingung bagaimana Bayu bisa tahu nama kakaknya

“astaga! Mas Anton itu kakak sepupu aku Zi” jawab Bayu yang merasa takjub dengan sebuah kebetulan ini

“Yang bener? Ya ampun kebetulan banget ya” ucap Zia yang juga merasa takjub. Mereka berdua tertawa kecil karena mereka benar-benar merasa takjub dengan sebuah kebetulan ini

“ada waktu gak Zi? Boleh ngobrol sebentar?” tanya Bayu

“ada Bay” jawab Zia setelah melihat jam tangannya

Bayu mengajak Zia untuk ke cafe yang berada tepat di seberang hotel tersebut. Bayu dan Zia memesan minuman mereka, dan duduk di meja dengan dua kursi saling berhadapan yang berada di tengah cafe. Dinding cafe terbuat dari kaca transparan sehingga Zia bisa melihat kearah luar cafe begitu juga sebaliknya.

“gimana kabar kamu Zi?” tanya Bayu yang membuka pembicaraan

“kamu udah nanya tadi Bay” jawab Zia. Bayu hanya tersenyum malu

“masih kerja jadi caddy Zi?” tanya Bayu

“masih Bay. Kamu sekarang gimana? Udah lulus kuliah kan? Kerja dimana?” tanya Zia balik

“iya aku udah lulus sekarang aku kerja jadi IT di salah satu bank swasta di cabang Depok” jawab Bayu

“oh gitu. Kerja lancar terus kan Bay?” tanya Zia

“lancar kok Zi” jawab Bayu

Zia dan Bayu terdiam bingung untuk menemukan topik pembicaraan. Sebenarnya Bayu sudah lama ingin bertemu dengan Zia, tapi Bayu tak berani menemui Zia. Hari ini secara kebetulan Bayu bertemu dengan Zia, Bayu pikir ini adalah waktu yang tepat untuk bicara dengan Zia. Bayu menatap Zia, Bayu merasakan lagi hal yang dulu pernah ia rasakan. Suka. Ya, Bayu memang sebenarnya masih menyukai Zia, sangat menyukai Zia. Setelah satu tahun Zia memutuskan hubungan dengannya, Bayu baru tahu bahwa Zia saat itu berbohong agar Zia bisa putus dengannya. Dan Bayu juga tahu siapa yang membuat Zia berbohong seperti itu.

“udah punya pacar Zi?” tanya Bayu yang membuat Zia terkejut

“belum Bay aku lagi fokus kuliah apalagi sekarang lagi skripsi” jawab Zia

“Zi, maafin aku ya. Dulu aku gak percaya sama kamu dan menganggap kamu perempuan penggoda. Saat kamu bilang kamu selingkuh, dengan mudahnya aku percaya. Padahal aku sudah jadi pacar kamu lebih dari satu tahun. Seharusnya aku gak boleh gitu aja percaya sama ucapan kamu karena aku kenal kamu dengan sangat baik” Bayu meraih tangan Zia dari atas meja

“aku beneran selingkuh kok Bay. Kamu yang salah menilai aku” Zia melepaskan genggaman tangan Bayu dengan tangan yang lainnya

“jangan bohong Zi. Aku udah tau semuanya. Ibuku melarang kamu menjadi pacar aku. Makanya kamu bohong supaya bisa putus sama aku, iya kan? Kenapa Zi? Kenapa kamu segampang itu mutusin aku? Apa waktu yang kita habiskan selama lebih dari satu tahun itu gak berarti apa-apa buat kamu?” ucap Bayu dengan lirih. Zia melihat mata Bayu yang mulai berkaca-kaca

“itu bukan keputusan yang mudah buatku juga Bay. Aku udah memikirkan semuanya” ucap Zia

“aku sangat menderita setelah putus sama kamu. Dan saat aku tau apa yang membuat kamu mutusin aku, aku semakin menderita. Aku menyalahkan diriku sendiri karena percaya kamu selingkuh. Nyatanya kamu perempuan paling setia yang pernah aku temui Zi” ucap Bayu

“aku juga menderita Bay. Aku sayang banget sama kamu. Tapi itu dulu Bay” ucap Zia

“aku gak pernah mengencani siapapun setelah aku putus sama kamu. Tolong beri aku kesempatan Zi untuk perbaiki semuanya” Bayu kembali memegang tangan Zia dan memohon

“sekarang aku udah gak sayang kamu Bay. Kamu lelaki baik pasti akan dapat wanita yang lebih baik dari aku” Zia melepaskan kembali genggaman Bayu dengan lembut

“aku masih sayang sama kamu Zi. Tolong kasih aku kesempatan. Gak ada perempuan lain yang lebih baik dari kamu Zi” Bayu meneteskan air matanya. Terlihat raut wajah Bayu yang sangat sedih dan putus asa. Tapi Zia tak bisa kembali menjalin hubungan lagi dengan Bayu. Zia sudah membuang rasa cintanya pada Bayu sejak Zia putus dengan Bayu.

“maaf Bay aku gak bisa. Semoga kamu segera bertemu dengan perempuan yang lebih baik dari aku. Aku harus pergi sekarang Bay” Zia berdiri dan dengan berat hati melangkahkan kakinya meninggalkan Bayu sendirian

Dulu Zia memang sangat menyukai Bayu karena Bayu selalu memperlakukannya dengan sangat baik walaupun Bayu tahu bagaimana keadaan keluarganya. Bayu adalah lelaki yang sangat baik, dia akan menemukan perempuan yang lebih baik dari gw, batin Zia. Walau Bayu adalah sepupu dari mas Anton, Zia berharap dia tidak akan pernah bertemu dengan Bayu lagi. Itu akan membuat Bayu semakin sulit melupakan Zia.



Zia sedang standby bersama dengan Ria di teras gedung caddy. Seperti rutinitas di hari rabu pada minggu minggu sebelumnya, pagi ini Zia sedang menunggu pak Randy datang untuk bermain golf. Ria juga sedang menunggu pak Adam. Kini pak Ben sudah memiliki caddy tetap, bernama Dira. Caddy junior yang satu angkatan dengan Ayu. Tak lama Zia duduk di teras gedung caddy, terlihat mobil yang Zia kenal berhenti di depan gedung caddy. Mobil honda accord berwarna hitam mengkilap berhenti tepat di depan gedung adalah mobil milik pak Randy. Zia menghampiri pak Didi yang sedang menurunkan tas golf milik pak Randy.

“pagi pak” sapa Zia pada pal Randy yang baru saja menutup bagasi mobilnya

“pagi Zi. Saya driving dulu ya Zi” ucap pak Randy

“siap pak” jawab Zia

Pak Randy mengucapkan terimakasih pada pak Didi dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Zia mengecek semua stick golf milik pak Randy dan menuliskannya pada kertas kecil. Zia menaruh kertas kecil itu diruangan caddy master lalu mengambil tas jinjingnya. Zia menaikkan tas golf milik pak Randy keatas golf cart dan pergi menuju driving range. Belum terlihat keberadaan pak Randy, Zia menunggu di dalam golf cart. Tak lama kemudian pak Randy datang, Zia menurunkan tas golf miliknya dan duduk di kursi yang biasa ia duduki. Pagi ini pak Randy lebih diam dari biasanya, dan terlihat seperti sedang marah dengan seseorang namun Zia tak berani menanyakan pada pak Randy apa yang sedang terjadi. Walaupun begitu Zia tetap bersikap ramah seperti biasa pada pak Randy.
Dua puluh menit pak Randy melakukan practice, pak Randy mengajak Zia kembali ke belakang club house. Pak Randy sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun, begitu juga dengan Zia. Sesampainya di belakang club house, Pak Randy berjalan masuk ke dalam club house untuk berkumpul dengan teman-temannya, pak Adam dan pak Ben. Ria menghampiri Zia dan duduk di sebelah Zia.

“pak Randy kenapa?” tanya Ria 

“gak tau Ri dari tadi begitu. Gw sama sekali belum ngobrol sama pak Randy pagi ini” jawab Zia

“lagi ada masalah kali. Kayanya hari ini bakal jadi hari terberat buat lo Zi  semangat ya” ucap Ria. Zia membalas ucapan Ria dengan senyuman.

Disisi lain, pak Randy yang baru saja menyelesaikan practice nya di driving range masuk ke dalam restaurant yang ada di club house. Pak Randy mencari keberadaan dua sahabatnya pak Adam dan pak Ben. Setelah pak Randy melihat keberadaan kedua sahabatnya, pak Randy menghampiri mereka dan duduk di sebelah pak Adam. Sudah ada satu gelas jus jeruk di meja itu yang disediakan oleh pak Adam untuk sahabatnya, pak Randy. Pak Randy meminum jus itu dan duduk terdiam.

“kenapa lo Ran?” tanya pak Adam namun pak Randy hanya terdiam

“woy! Kenapa lo? Lagi marah sama siapa sih?” tanya pak Adam lagi yang melihat raut wajah pak Randy yang terlihat sangat kesal

“jangan hancurin mood permainan kita hari ini Ran. Ceritain sama kita lo kenapa?” saut pak Ben

“Tempo hari gw lihat Zia pegangan tangan sama cowok di cafe depan Orto Hotel. Dan sampai sekarang gw masih kesel” jawab pak Randy

“udah gw bilang, kalau lo suka sama Zia ya ungkapin perasaan lo. Terakhir lo bilang ke gw kalau lo butuh waktu, waktu yang lo buang udah terlalu banyak. Satu tahun lebih Ran lo simpen perasaan lo itu dan sekarang lo kesel liat Zia sama cowo lain. Ini bukan salah Zia, tapi salah lo yang terlalu lama buang-buang waktu” ucap pak Adam

“lagian lo butuh waktu tuh buat apa? Kalau lo butuh waktu buat yakinin perasaan lo sendiri, sekarang udah telat Ran. Zia udah punya lelaki lain. Kenapa juga lo jadi pengecut begitu. Lo sendiri yang gak ungkapin perasaan lo ke Zia, dan sekarang lo kesel sendiri lihat Zia sama lelaki lain” saut pak Ben

Pak Randy hanya terdiam dan meminum kembali jus jeruknya. Pak Randy berusaha menenangkan hatinya, menyingkirkan emosinya agar bisa bermain dan bersenang-senang dengan pak Adam dan pak Ben. Tepat pukul 8 pagi mereka memulai permainan golfnya. Pak Randy dan pak Adam berada dalam satu cart, pak Ben sendiri hanya ditemani Dira caddy tetapnya.

“pak Randy kenapa sih pak?” tanya Ria pada pak Adam saat mereka berdua berjalan di tengah lapangan

“gak tau ah. Gw juga males banget lihat dia begitu. Gw mau senang-senang main golf aja” jawab pak Adam

“bapak ih! Gak kasian apa liat Zia di cuekin begitu!” Ria merasa kasihan melihat pak Randy cuek pada Zia tidak seperti biasanya. Setelah ucapan Ria, pak Adam memperhatikan pak Randy dan melihat perlakuan pak Randy pada Zia.

“huft, si Randy benar-benar kebangetan!” kesal pak Adam
Saat berada di hole ke 15 atau hole ke enam di lapangan/course kedua, pak Adam menghampiri pak Randy yang sedang berjalan sendirian di tengah lapangan dengan rasa kesal.

“lo tuh kenapa sih Ran?!” tanya pak Adam kesal

“lo gak kasian liat Zia yang selalu lo cuekin gitu? Lo tuh gak pantes marah sama Zia. Harusnya lo marah sama diri lo sendiri yang udah buang kesempatan untuk ungkapin perasaan lo ke dia. Lo harus selesaikan semuanya baik-baik. Kalau lo gak mau ketemu sama Zia lagi, lo bilang sama dia. Jangan lo siksa dia dengan cara lo yang seperti ini. Lo pikir dengan lo nyuekin dia, dia bakal ngerti perasaan lo ke dia? Inget Ran, Zia udah gw anggap sebagai adik gw. Jadi saat lo nyakitin dia, lo akan berhadapan sama gw. Lo harus selesaikan semuanya hari ini juga. Gw gak mau denger alasan apapun dari lo!” ucap pak Adam kesal

Pak Randy terdiam dan menatap ke arah Zia. Pak Randy baru sadar dengan apa yang sudah dia lakukan pada Zia. Tanpa sadar dia bertingkah seperti anak remaja yang baru pertama kali mengenal cinta. Pak Randy akan menyelesaikannya hari ini juga, dia akan bicara pada Zia untuk berhenti menjadi caddy nya.

“gw gak mukul ya” ucap pak Randy di tee box hole ke 16 pada pak Adam dan pak Ben

Pak Randy memberanikan diri untuk bicara dengan Zia. Pak Randy menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya.

“Zi, sini duduk di depan” Pak Randy mengemudikan golf cart dan meminta Zia untuk duduk di sampingnya

“jadi, sekarang kamu punya pacar?” tanya pak Randy

“pacar? Gak punya pak” jawab Zia heran dengan pertanyaan pak Randy yang sangat tiba-tiba setelah sekian hole pak Randy cuek dengannya

“saya lihat kamu pegangan sama laki-laki loh Zi. Kamu jangan bohong” ucap pak Randy

Emangnya kalaupun saya bohong apa hubungannya sama pak Randy? Batin Zia

“kapan bapak lihat saya pegangan sama laki-laki?” tanya Zia

“hari minggu di cafe depan Orto hotel” jawab pak Randy

Hari minggu kan pernikahannya mba Tiara. Berarti laki-laki yang pak Randy maksud itu Bayu dong. Batin Zia

“oh disana” ucap Zia setelah mengingat-ingat kejadian di hari minggu itu

“iya disana. Pacar kamu kan?” tanya pak Randy

“dia itu Bayu pak. Mantan pacar saya yang pernah saya ceritain ke bapak” jawab Zia

“kamu balikan lagi sama dia?” tanya pak Randy

“gak pak” jawab Zia

“kalau gak balikan kok pegangan tangan?” tanya pak Randy

Pak Randy kenapa sih? Emang apa hubungannya sama pak Randy kalau gw pegangan sama Bayu? Lagian itu bukan pegangan, tapi Bayu yang pegang tangan gw. Batin Zia

“bukan pegangan pak, tapi dia yang pegang tangan saya” jawab Zia

“sama aja Zi, gak ada beda. Intinya kamu balikan lagi sama mantan kamu itu kan?” tanya pak Randy

“pokoknya beda pak. Lagian saya gak balikan kok sama dia. Hari minggu kemarin itu kakak saya nikah dan acaranya di Orto hotel itu. Dan ternyata Bayu itu sepupu dari suaminya kakak saya. Dia ngajak saya ngobrol. Dia minta dikasih kesempatan lagi buat jadi pacar saya sambil mohon-mohon makanya dia pegang tangan saya” jelas Zia

“terus balikan kan?” tanya pak Randy lagi

“gak pak. Saya tuh udah gak ada rasa apa-apa sama dia. Dia udah jadi masa lalu saya” ucap Zia. Pak Randy menginjak rem golf cart dengan sangat mendadak hingga tubuh Zia hampir terjatuh

“jadi kamu sekarang gak punya pacar beneran?” tanya pak Randy yang ingin meyakinkan kembali ucapan Zia

“iya saya gak punya pacar” jawab Zia heran. Tanpa sadar pak Randy tersenyum lebar dan dengan segera dia memalingkan wajahnya agar Zia tidak melihat senyuman dari wajahnya

“kamu kapan libur Zi?” tanya pak Randy

“besok pak” jawab Zia

“nanti malam kuliah?” tanya pak Randy

“gak pak. Libur” jawab Zia

Pak Randy hanya menganggukkan kepalanya tanpa bicara sepatah katapun. Mereka melanjutkan permainan golfnya. Setelah pak Randy dan Zia berbicara, wajah pak Randy kini terlihat ceria kembali seperti biasanya. Semua penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada pak Randy namun tak ada satupun orang berani menyinggungnya.

Caddy, I Love You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang