⏭ new page

1.2K 117 11
                                    

Tes

Tes

Bress

Hujan lagi-lagi mengguyur ibu kota negeri sakura di malam hari yang gelap ini. Tapi, Tokyo tak pernah segelap yang kau bayangkan. Gedung-gedung pencakar langit di sana bersinar. Papan-papan iklan yang sangat modern di sana memancarkan cahaya dari layar mereka. Lampu lalu lintas dan lampu jalanan biasa pun menyala.

Ramai.

Meski malam sudah saatnya semua orang berada di rumah, tapi masih saja ada yang berkeliaran di luar. Entah mereka sedang cari makan, baru saja pulang kerja atau sekolah setelah melembur, atau mungkin alasan lainnya.

Yang jelas, laki-laki jangkung bernama Watanabe Haruto yang tengah berdiri diam di tengah jalan sambil menengadah ke langit dan membiarkan air hujan menyentuh paras tampannya, itu keluar apartemen untuk mencari ketenangan.

Mungkin, istilah me time bisa kau gunakan.

Mungkin jika kau bisa melihatnya, kau akan melihat betapa bodohnya laki-laki kelahiran Fukuoka itu.

Di kala orang-orang di sekitarnya berjalan lebih cepat untuk mencari tempat berteduh dan yang membawa payung berjalan lebih cepat karena tidak ingin berlama-lama melawan dinginnya hawa hujan, Haruto justru berdiri diam dengan payung tertutup di genggamannya.

Detik demi detik berlalu hingga bertukar menjadi menit. Tapi, tak ada sedikit pun niat bagi Haruto untuk beranjak. Bahkan, entah sudah berapa puluh orang bergantian melewatinya.

Haruto seperti patung di tengah jalan.

Yah, sampai akhirnya hujan berbisik, memintanya pergi dari tempat ia berdiri sekarang. Dan ya, dia menurut. Haruto berjalan lebih pelan dari orang-orang. Tujuannya entah kemana. Tapi, pada akhirnya ia kembali ke apartemennya.

Bajunya telah basah kuyup. Lantai apartemen mewahnya itu basah akibat tetesan sisa air hujan dari pakaian yang Haruto kenakan.

Satu lagi malam menjadi sad boy.

Dan, hey. Haruto baka.

Bukannya ke kamar mandi, merendam tubuh dengan air hangat, lalu mengganti pakaian basahnya, ia justru duduk di sofa depan televisi setelah menyalakan penghangat ruangan.

Drrrt drrrt

Okaasan is calling...

Haruto menatap ponsel yang ditinggal nya di atas meja depan sofanya dengan tatapan kosong. Ia yakin, ada banyak panggilan tak terjawab dari wanita yang telah melahirkannya dua puluh tahun yang lalu itu.

Yep, finally ia mengangkatnya. Mengambil ponselnya saja, ia terlihat seperti zombie.

"Haruto! Okaasan sudah menelpon mu berulang kali! Kenapa baru dijawab? Kau pergi meninggalkan ponselmu lagi hah?"

"..."

"Haruto? Kau mendengar okaasan?" tanya beliau melembut saat tak mendengar Haruto menjawab.

Mulut Haruto lalu terbuka pelan.

"Gomennasai (saya minta maaf)."

"Daijoubu desuka (kamu tidak apa- apa)?"

"Hai."

"Baiklah. Okaasan ingin mengingatkan mu bahwa otousan mu itu sudah memindahkan kuliah mu ke Seoul. Kau harus ke Seoul sebelum minggu depan karena minggu depan akan jadi hari pertama mu di sana. Kamu kan harus adaptasi dengan lingkungan di sana dulu." terang beliau.

Haruto melirik laptop di meja miliknya yang masih menyala. Menampilkan situs pembelian tiket pesawat. Haruto sudah memesan tiket pesawat ke Seoul dan akan berangkat besok pagi.

"Kamu sudah tidak melawan otousan lagi kan?"

Mendengarnya membuat Haruto diam. Ia memutar memorinya. Ah, ia ingat. Haruto pernah menentang ayahnya yang memintanya pindah kuliah. Itu karena- ah lupakan! Haruto tidak ingin mengingatnya lagi!

"Aku akan berangkat besok pagi. Jangan khawatir."

"Eh.. Besok pagi? Baguslah. Itterasai ne (take care ya)."

"Hai."

Dan setelahnya, sambungan telepon pun Haruto putus sepihak.

Haruto tak menaruh ponselnya ke meja lagi. Ia hanya membiarkan tangannya turun melemas perlahan dan berakhir di atas sofa.

Pandangan laki-laki berambut hitam gelap itu terlihat begitu kosong. Memikirkan betapa menyedihkannya kehidupannya. Ah, lebih tepatnya kehidupan percintaannya.

Sudah ku bilang, dia itu sad boy.

Tapi, kehilangan untuk kesekian kalinya benar-benar membuatnya lelah. Dua tahunnya menjalani asmara, ia sudah merasakan kehilangan yang amat berat meski itu hanya tiga kali.

Seperti bukan apa- apa. Tapi, Haruto sangat terluka. Pada akhirnya, ia tak menemukan satupun orang yang benar-benar mencintainya.

Kisah cinta pemuda itu begitu pelik.

Mulai saat ini, Haruto harus mengubah jalan kehidupan asmaranya. Malam ini, Haruto akan tertidur. Haruto akan menidurkan dirinya. Esok, ia akan terbangun sebagai Haruto yang lain.

Watanabe Haruto yang esok terbangun takkan sama dengan yang saat ini dan kemarin-kemarin.

Watanabe Haruto yang esok terbangun takkan sama dengan yang saat ini dan kemarin-kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coming soon.
정현재.

•The New Page• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang