Uhuk!
Kenikmatan makanan yang Yedam makan siang ini, mendadak hilang saat dirinya membuka pesan dari dosennya. Haruto yang ada di samping Yedam, langsung menyodorkan minum miliknya karena Yedam belum memesan minum. Suatu kebiasaan seorang Bang Yedam di kantin fakultas, memesan minum setelah makanannya habis.
"Revisi?! Aarrgh. Doy! Punya kamu revisi ngga?" tanya Yedam yang langsung menatap tajam Doyoung di depannya.
Doyoung melirik ponsel miliknya, lalu menatap Yedam. Ia menggeleng kecil.
Brak
"Kok bisa? What the hell?!"
"Y-ya mana saya tau kakak."
Sungguh, Yedam mode singa betina menyeramkan.
Ya bagaimana Yedam tidak kesal? Ia seminggu ini begadang, tidur telat bangun pagi buta demi tugasnya agar tidak perlu ada revisi-revisian, eh malah disuruh revisi. Sedangkan, Doyoung yang garap tugas disambi ngurus BEM , sama sekali tidak revisi?
Dosen dia punya masalah apa sih?
"Aih, pusing." Yedam menyandarkan dirinya di bahu Haruto.
"Sabar ya, hyung." ujar Junghwan yang hanya menatap miris Yedam yang tetiba lesu itu.
"Hayoloh, Bang Yedam. Habis bikin masalah apa sama dosen mu?" tanya Jeongwoo meledek sembari mengambil sepotong daging dari piring Doyoung di sampingnya.
Yedam yang mendengarnya, menghembus kan napasnya lesu. Lesu pokoknya. Makanan miliknya bahkan hanya ia tatap tanpa ada keinginan menyantapnya lagi.
Merasa perubahan emosi Yedam sangat ekstrem, jujur, Haruto yang bahunya dijadikan sandaran oleh Yedam, diam-diam merasa ngeri sendiri.
"Makannya tidak akan habis, jika hyung hanya menatapnya." ujar Haruto sambil menyumpit makanan Yedam dan menyodorkannya pada namja berwajah lesu dengan tatapan sedih itu.
Mulut Yedam terbuka otomatis. Melahap makanannya tanpa tenaga dan mengunyah dengan kecepatan yang amat pelan.
"Itu hanya revisi. Kau bisa menyelesaikannya sehari, Dam."
"Tidak semudah yang kau kira, kelinci." sahut Yedam dengan kelesuan tingkat tinggi.
"Kau seperti tidak pernah revisi tugas saja sih, hyung." ujar Jeongwoo yang diangguki Junghwan kemudian.
Doyoung menoleh, "Literally- jarang. That's why Bang Yedam bisa jadi populer di fakultas. Bukan sekedar suara emas dan wajah cant- eh, tampannya, tapi juga karena otaknya."
Dan selanjutnya ketiga orang di hadapan Haruto dan Yedam justru membicarakan Yedam. Berasa menggibah di depan objek gibah langsung. Tapi topik gibahannya positif sih.
Haruto sih tidak terlalu peduli dengan obrolan ketiga orang itu. Tapi, asal pasang telinga saja. Sedang, Yedam, masih berjuang mengunyah makanannya.
"Mau revisian mu ku temani?" tawar Haruto.
Yedam langsung menatap Haruto dengan senyum cerahnya. "Yes please."
"Di mana dan kapan?"
Yedam kembali menyandarkan kepalanya di bahu Haruto. Berdehem panjang beberapa saat sambil berpikir kapan dan di mana ia akan merevisi tugasnya. Biasanya, batas waktu merevisi tugas adalah tiga hari.
"Sore ini di cafetaria yang ada di dekat taman kota, bagaimana? Aku sempat ke sana. Camilan mereka enak dan suasananya cukup nyaman."
Haruto mengangguk. "Sure."
KAMU SEDANG MEMBACA
•The New Page• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionOrang bilang, semakin erat kita menggenggam sesuatu, semakin mudah sesuatu itu lepas. Jadi, Haruto tidak ingin menggenggam Yedam terlalu erat. Ia ingin membiarkan Yedam terbang bebas setinggi mungkin. Ia tidak ingin kehilangan lagi. Ia tidak akan me...