Blam
Dan setelah setengah jam perjalanan, Haruto tiba di tujuan. Ia menoleh sekilas pada taxi yang meninggalkannya di depan sebuah tempat yang jujur saja, Haruto malas masuk.
Haruto tidak tau pasti tentang tempatnya berada. Tapi, kalau kata go*gle map sih, dia ada di Everland. Sebuah tempat yang mirip mirip Lotte World, tempat bermain. Sejenis dengan tempat dimana Haruto dulu biasanya pergi berkencan dengan para mantannya. Tidak sering memang, tapi- kesenangan yang didapatnya, membekas.
Tapi, bukan berarti itu hal indah untuk dikenang. Itu adalah mimpi buruk bagi Haruto.
Dan sekarang, lihat di mana ia berada.
Kalau bukan karena tekadnya, ia sih tidak mau.
Dengan agak terpaksa, Haruto pun melangkahkan kakinya. Masuk ke Everland dan mengikuti objek yang memang sedari tadi ia ikuti.
Kalian menebak? No need. He's Bang Yedam.
Hari ini, adalah kali ketiga Yedam mengatakan kebohongan padanya. Setelah kejadian di restoran hari itu, beberapa waktu lalu, Haruto pun membiarkan Yedam berbohong padanya. Ia berharap itu adalah kali pertama dan terakhir Yedam berbohong.
Sadly, faktanya kebohongan itu terulang saat ia melihat Yedam yang hendak pulang dari kampus dengan seorang namja lain.
Haruto pun bertekad untuk tidak memberi Yedam satu lagi kesempatan. Kalau Yedam berbohong untuk ketiga kalinya dengan alasan yang sama, si namja out of nowhere itu, Haruto tidak diam lagi.
Itulah alasan kenapa dirinya ada di Everland sekarang. Karena- kalau namja itu adalah teman Yedam, untuk apa harus susah susah berbohong padanya?
Pagi ini, Haruto punya waktu luang karena kelasnya akan mulai di siang hari. Ia tau, Yedam tidak ke kampus. Si Bang sudah menyelesaikan skripsinya dan sudah ada di tangan dosen. Tinggal menunggu kabar sidang skripsi saja.
Jadi lah dirinya berniat main ke apartemen Yedam sebentar. Tapi, saat ia tiba, dirinya justru melihat Yedam yang kembali tampak hendak pergi dengan seseorang yang sama yang sedari kemarin bersama Yedam.
Satu telepon lagi, Haruto coba sambungkan ke Yedam. Menanyakan dimana Yedam karena ia ingin main ke apartemen Yedam. Dan satu lagi kebohongan yang Haruto dapat.
"Aku sedang di rumah orang tuaku. Akan ku kabari jika sudah kembali ke apartemen."
Singkatnya begitu. Sampai akhirnya, Haruto menggunakan taxi untuk mengikuti Yedam.
"Aku mulai sesak dengan keramaian di sini." gumam Haruto mengeluh.
Haruto akui, ia belum terlalu lama mengekori dua manusia tadi. Tapi, memang dirinya yang sekarang itu mudah merasa sesak dengan keramaian. Terlebih, ia disuguhkan tontonan Yedam dan orang itu yang beberapa kali saling melempar senyum.
Sesak bestie.
Mengabaikan sejenak kedua objek yang tengah diamatinya, Haruto memilih membeli americano lebih dulu. Berharap rasa kopi yang satu itu bisa menenangkannya kala mengalir di kerongkongan.
Jika yang sekarang ada di posisinya adalah dirinya yang dulu, mungkin sudah sejak tadi namja yang bersama Yedam babak belur dan Yedam ditariknya paksa pergi. Tapi, Haruto tau hal seperti itu sangat kekanakan. Toxic. Dan Haruto tidak ingin melakukan kekerasan apapun pada Yedam atau orang-orang tak bersalah di sekitar Yedam.
Butuh beberapa saat sampai Haruto punya celah untuk menghubungi Yedam. Si doi sedang duduk sendiri di salah satu bangku yang ada. Yang tadi bersamanya sedang berada di salah satu foodtruck yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
•The New Page• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanficOrang bilang, semakin erat kita menggenggam sesuatu, semakin mudah sesuatu itu lepas. Jadi, Haruto tidak ingin menggenggam Yedam terlalu erat. Ia ingin membiarkan Yedam terbang bebas setinggi mungkin. Ia tidak ingin kehilangan lagi. Ia tidak akan me...