"Aku benar-benar tidak paham dengan cuaca di negara ini. Yang jelas dan yang ku tau, tidak lama lagi musim dingin akan tiba dan jalanan akan licin karena es. Dan lagi, tahun depan sudah semester empat. Ah, aku ingin lulus dengan segera." curcol Yedam sambil melirik sekilas pada langit sore di atasnya. Tangannya terfokus menuntun sepedanya.
Haruto yang berjalan di samping Yedam, sedari tadi hanya menjadi pendengar.
"Tapi, target mu memang lulus setelah semester empat kan?" tanya Haruto yang diangguki Yedam.
"Dosen ku juga bilang aku sudah bisa menggarap skripsi semester depan dilihat dari kemampuan ku."
Haruto ikut mengangguk. Ia menatap bayangannya dengan Yedam di atas jalan yang mereka lalui.
"Hyung akan lanjut kuliah di mana?"
Yedam yang sedang memulai kegiatan bersenandungnya, kembali melirik ke langit. Kali ini mencoba mengingat tujuannya setelah lulus kuliah ini.
"Orang tuaku memberikan dua pilihan sih. Jepang atau Oxford. Tapi, kalau aku pribadi, prefer ke Oxford sih. Aku ingin sekali pergi ke Eropa. Benua yang penuh sejarah zaman Yunani kuno." jawab Yedam sambil tersenyum membayangkan akan sangat menyenangkan jika dirinya bisa pergi ke Oxford.
Melihat senyum Yedam dengan kedua netra berbinar, membuat Haruto ikut tersenyum juga.
Hidup Yedam cukup terarah dan anak itu punya tujuan yang jelas. Berbeda sekali dengan Haruto yang hidup ya asal hidup saja. Tujuannya tidak menentu. Kadang ingin ini ingin itu, tapi lakonnya lambat karena dirinya terlalu memikirkan masa lalu.
Sang ayah yang cukup keras mendidiknya dan kisah asmaranya yang pernah ia harapkan bisa membantunya bertahan hidup, malah terlalu sering menghancurkan hidupnya.
Obsidian Haruto bergerak menatap tenangnya Han River sore ini dengan langit senjanya.
Sudah hampir satu tahun, Haruto dan Yedam saling mengenal. Keduanya semakin dekat hari demi hari.
Keduanya lalu memutuskan duduk di bangku yang ada di tepi sungai. Tentunya setelah Yedam memarkirkan sepedanya tak jauh dari mereka duduk.
Sore ini, mereka memutuskan pergi menikmati senja di tepi Han River setelah Haruto, sejak pulang kuliah tadi, menemani Yedam mengerjakan tugas di apartemen seniornya itu. Tapi, ia juga mengerjakan tugas sih tadi. Okay. Anggap saja mereka baru selesai belajar bersama.
"Berarti, kita akan terpisah jarak dalam waktu yang cukup lama ya kalau hyung pergi ke Oxford."
Yedam tertawa pelan. Ia menoleh pada Haruto yang menatapnya.
"Wae? Apa itu artinya aku akan dirindukan oleh mu?" tanyanya yang membuat Haruto tersenyum.
"Maybe."
"Okay then. Selamat merindukan ku setiap hari." ujar Yedam yang kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Haruto. Mereka tertawa bersama karenanya.
Dan kemudian saling berdiam diri tanpa mengeluarkan sepatah katapun dan menenggelamkan diri di suasana senja tempat mereka berada sekarang.
Langit senja yang terpantul di sungai, sangat indah. Yedam betah sekali memandanginya. Tapi, kemudian ia mengalihkan pandangannya demi menatap Haruto.
"Ne Haruto, ada yang ingin kutanyakan."
Haruto menoleh dan berdehem singkat, bertanya.
"Kalau aku bilang aku mencintai mu, bukan lagi sekedar menyukai mu, apa kah nanti kamu akan menjauhi ku?"
Senyum Haruto memudar perlahan. Ia paham kenapa Yedam bertanya seperti itu. Karena Haruto tak pernah menyatakan apapun pada Yedam tentang perasaannya. Haruto mengunci mulutnya dan membatasi geraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•The New Page• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionOrang bilang, semakin erat kita menggenggam sesuatu, semakin mudah sesuatu itu lepas. Jadi, Haruto tidak ingin menggenggam Yedam terlalu erat. Ia ingin membiarkan Yedam terbang bebas setinggi mungkin. Ia tidak ingin kehilangan lagi. Ia tidak akan me...