FAULT?

1.7K 200 14
                                    

Sampe berdebu pula ini story-!. Im so sorry abt that,.. Banyak faktor yang membuat aku jarang up di story ini.. Tp yaudhlah

••

langit yang cerah dan udara yang segar tak membuat Lalisa membuka matanya. Gadis itu malah semakin dalam menghampiri mimpinya. Sampai tidak mengetahui bahwa sang ayah berada tepat di depan nya dengan tangan yang di lipat di depan dada.

"Ayah pikir, anak gadis ayah ini tidak akan melewatkan sarapan pagi," Lalisa yang terganggu dengan suara bariton milik ayahnya pun terpaksa membuka matanya. Menelisik lebih jauh penampilan pria itu.

"Hanya sarapan, ayah. Tidak perlu jas dan atribut lain nya," Lirih Lalisa. John menghela nafas gusar. Lalisa memang tipikal orang yang tidak suka hal berlebihan. Tapi John hanya ingin tampan saat ini.

"Bangunlah. Jas dan atribut lain yang ayah kenakan berguna Jika kau segera mandi dan bersiap untuk sarapan," Lalisa mendudukkan dirinya dengan kasar. Menendang selimutnya sambil mengacak rambut, membuat John tersenyum tipis.

"Apa sarapan kita kali ini akan mendatangkan presiden? Penampilan ayah menggambarkan sarapan kita ini akan seperti rapat PBB," dengan tergesa Lalisa memasuki kamar mandi, meninggalkan sang ayah yang bersiap untuk berteriak kesal.

"Rapat PBB katanya? Anak siapa dia itu?. Oh astaga, aku harus menghubungi Anna. Dia harus tau perkembangan anak gadisnya yang satu ini,"




°°



Serius. Tubuh Lalisa kini kaku dengan jantung berdebar. Menatap sarapan nya yang tak ia sentuh sama sekali. Ia gugup dan tidak tau lagi harus apa. Sementara kedua pria yang ada di depan nya sibuk makan sambil melempar beberapa candaan.

"Ayah tidak bermaksud meninggalkan Lalisa. Ayah hanya ingin dia mandiri. Kau pasti tau sifat Lalisa yang kelewatan manja itu," jelas John. Berkali-kali Lalisa merutuki kelakuan ayahnya yang semena-mena.

" Tapi dia sudah jauh lebih mandiri, ayah. Dia tidak membutuhkan pelukan ku lagi ketika petir menyambar antena tetangga," Lalisa mendongak. Menatap pria berjas biru tua itu dengan tajam.

"ah benarkah? Lalisa sudah tidak bergantung lagi padamu, Jungkook?" Ya. Pria itu adalah Jungkook. Entah apa yang John pikirkan hingga mendatangkan Jungkook ke meja makan mereka.

"Itu berbahaya," Lanjut John. Jungkook menghela nafasnya kasar.

"Aku berpikir seperti itu juga sebelumnya. Mengingat kami sudah tidak memiliki hubungan apapun, aku rasa itu lebih baik." Lalisa terdiam. Hening menerpa mereka bertiga. Lalisa tengah merasa jengkel, Jungkook merasa sakit, dan John merasa bingung.

"kalian berakhir karena sesuatu yang sangat dalam. kau memacari sahabat Lalisa kan, Jung?" rasa bersalah merasuki dirinya. Ia ingat betul semua perkataan nya pada Lalisa saat itu. Ia bermain api di belakang Lalisa, membuat gadis itu merasakan api itu membakarnya perlahan namun pasti. Membuat dirinya gosong, namun tetap bisa mencium bau hangus dirinya sendiri.

"Aku minta maaf, ayah. Aku mengecewakan mu," tidak. Lalisa tidak mau Jungkook seperti ini.

"Tidak apa, Jung. Ayah memang kecewa, tapi ayah sudah memaafkan mu. Lagipula, ayah akan menjodohkan Lalisa dengan anak sahabat ayah,"



°°°

Yeyyyyyy bisaaa.. Aku kira bakal nge-stuck dan ga bagus hasilnya.

You Broke Me First | Lizkook✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang