--
Di minggu ini, Lalisa tak ada rencana pergi kemanapun selain menemui Daya. Ya. Wanita itu mengajaknya bertemu, entah untuk apa.
Semua orang tau, Lalisa tidak akan bisa menolak permintaan Daya. Apapun itu. Bahkan sekarang gadis itu sudah berada di kafetaria tempat mereka akan bertemu. Sepuluh menit ia menunggu, akhirnya Daya datang dengan senyum lebar. Selalu.
"Maaf membuatmu menunggu. Semua jalur di tutup," jelas Daya. Lalisa terkekeh. Ia juga merasakan hal itu. Banyak sekali pembangunan jalan akhir-akhir ini, membuat hampir semua jalur di kota di tutup.
"Tak apa. Aku juga sempat frustasi tadi. Aku kira, aku akan terlambat." Daya mengangguk mengerti.
"Sebenarnya aku tidak ingin mengulur semuanya lagi. Aku sudah tidak tahan," Lalisa menyerngitkan dahinya. Daya berubah serius, membuatnya hampir tak mengenali wanita itu.
"Ada apa? Terjadi sesuatu?" Daya mengangguk lemah. Wanita itu menggenggam tangan Lalisa dengan erat, menyalurkan sesuatu yang sudah lama ia sembunyikan. Berharap Lalisa bisa merasakannya.
"Aku tidak yakin. Kau pasti tidak akan mau bertemu denganku lagi setelah ini," Lalisa menggeleng, melepaskan genggaman tangan Daya, lalu beralih mengusap pundak wanita itu.
"Apapun itu, Daya. Apapun itu. Tidak ada alasan untuk ku tidak mau bertemu denganmu,"
"Aku mencintaimu," Lalisa mematung. Sementara Daya tengah di landa ke khawatiran. Wanita itu menundukan kepalanya. Enggan menatap Lalisa yang masih mematung.
"Aku.. Hiks.. Aku mencintaimu sejak lama, Lalisa." Lalisa terkekeh. Ia menganggap semua ini hanya lelucon. Mencintai katanya? Bukankah Daya mencintai Jungkook?.
"Haha kau-"
"Kau tidak akan percaya jika aku mengatakan, aku tidak pernah mencintai Jungkook. Aku cemburu melihat kedekatan mu dengan Jungkook. Dengan begitu, aku menggoda Jungkook, ternyata lelaki payah itu tergoda dan berani meninggalkan mu. Aku senang. Tidak ada lagi penghambat dalam hubungan kita. Tapi ternyata, semuanya semakin rumit saat aku tau kau tidak seperti ku. Kau mencintai Jungkook," Daya. Astaga. Lalisa hampir tak bisa bernafas. Ia masih tidak bisa berfikir apapun. Ini terjadi terlalu mendadak. Jujur, drama yang Daya mainkan sangat bagus. Wanita itu berhasil memisahkan nya dengan Jungkook. Sulit di percaya.
"Aku tidak bisa," Daya kembali menduduk. Wanita itu meremas telapak tangan nya menyalurkan rasa sakit.
"Aku tau," Lalisa masih diam. Masih tidak bisa mencerna semua nya dengan baik.
"Kau tau-"
"Aku sudah mencoba menghapus perasaan ini, Lalisa. but i can't. Itu malah semakin membuatku mencintai mu, " tidak. Lalisa tidak menyalahkan perasaan yang tumbuh di hati Daya. Tidak ada yang salah dengan perasaan. Tapi ini berbeda. dia dan Daya-sama.
"Jungkook pasti akan kecewa. Jungkook mencintai mu, Daya. Tolong jangan permainkan hati Jungkook," Daya mendongak. Menatap Lalisa dengan rahang yang mengeras, lalu menggelengkan kepalanya.
"No! He don't love me. He just-He.. Hiks.. No, He don't," Lalisa frustasi. Situasi yang sangat sulit. Tak pernah terbesit di benaknya kalau Daya menyukainya, lebih parahnya lagi-mencintainya.
"Hey. Jungkook benar-benar mencintaimu. Demi Tuhan, aku akan sangat membenci mu jika kau mengakhiri hubunganmu dengan Jungkook. I'll hate you. So. Fuckin. Much," Daya menggeleng dengan air mata yang mengalir deras.
"T-tidak. Aku mohon," Lalisa masih bingung. Ia harus bagaimana? Daya menyukai—ralat, mencintai nya. Sulit di percaya, tapi melihat kesungguhan Daya, membuat Lalisa merasakan sesak dan kecewa pada wanita itu.
"Beri aku waktu untuk berfikir"
°°
Lalisa termenung sendirian di taman. Ia tidak ingin Jungkook sakit hati karna rasa Daya padanya. Lalisa tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi.
"Memikirkan sesuatu?" Lalisa mendongak. Gadis itu terkejut mendapati Jungkook yang berada di depan nya. Senyum pria itu mengembang, membuat hati Lalisa menghangat.
"Kau disini?" Jungkook mengangguk, lalu mendudukan bokong nya di samping Lalisa.
"Daya memintaku menjemputnya," ah sial. Daya. Lalisa hampir saja kehabisan nafas hanya dengan mendengar nama Daya dari bibir Jungkook.
"Lalu, dimana Daya?"
"Rumah neneknya. Hanya beberapa meter dari sini, kau lupa?" Lalisa tersenyum canggung. Ia melupakan itu. entah kenapa, banyak hal tentang Daya yang mendadak hilang dari memorinya.
"Kau dan Daya.. baik baik saja?" Jujur, saat ini Lalisa di landa kekhawatiran. Ia takut, Daya benar-benar mengakhiri semuanya. Tak bisa di bayangkan akan sehancur apa Jungkook tanpa Daya.
Kening Jungkook berkerut dalam, tanda ia tak mengerti.
"Tentu saja. Kenapa bertanya seperti itu?" entah kenapa, hati Jungkook berubah menghangat. Ia mengira, Lalisa ingin kembali padanya.
"Tidak. Hanya ingin memastikan, tidak ada kesalahpahaman antara kalian. Akhir-akhir ini kau terlalu sering bersamaku karna permintaan ayah. Aku hanya tidak ingin Daya salah paham," alasan logis yang Lalisa berikan nyatanya mampu membuat Jungkook mengangguk mengerti, meski bahu nya mendadak melemas.
"Aku pikir, kita akan memulai lembaran baru." Lalisa menoleh dengan alis terangkat.
"huh?" Lalisa takut salah dengar. Ia tak ingin terlalu percaya diri, kendati ia tau maksud Jungkook.
Jungkook terkekeh kecil. Lalu menghela nafas panjang.
"Lupakan. Kau pasti tidak ingin memulai semuanya lagi. Lagipula, ayah juga sudah menemukan pria yang lebih pantas dan bertanggung jawab. Aku rasa—"
"Daya membutuhkan mu," potong Lalisa. Jungkook tersenyum tipis.
"Tapi aku lebih membutuhkanmu,"
°°
LONG TIME NO SEE, HUH? KANGENNNNNN HEHEE
AKU MINTA MAAF YAAA.. OH IYAA, BANYAK BANGET SIDERS YA DSINIII.. JADII AKU MAU MATOKIN AJA
100 VOTE+50 COMMENT
KITA UP!
KAMU SEDANG MEMBACA
You Broke Me First | Lizkook✓
Fanfiction[M] Lalisa tersakiti. Semua orang tau itu. Tapi Gadis itu tidak memilih untuk membenci kedua orang itu. Lalisa berdamai dengan masalahnya, membuat orang yang menyakiti nya merasa bersalah. Jungkook merasakan banyak perubahan dalam dirinya ketika be...