[CHAPTER II | FALSE AWAKENING]
───※ ·❆· ※───Veeleander | 27 April 2022
───※ ·❆· ※───
[Valexis]
Kegiatan rekaman pagi ini berlangsung dengan baik, hanya saja sejak awal dimulai banyak yang berbisik-bisik pasal kabar anak hilang. Dia adalah Abbe Dalson, anak laki-laki pengusaha terkenal. Usianya baru delapan tahun, namun anak itu tidak masuk berita satu dua kali saja, ia merupakan anak laki-laki yang mencolok.
Hampir dua minggu kasus ini berjalan, dan hari ini berita itu kembali meledak karena polisi memaparkan bukti penculikan. Sampai kemarin, Abbe Dalson dianggap kabur dari rumah. Tentu saja kesimpulan ini diambil setelah melihat kasus sebelumnya, kasus dimana Abbe Dalson pergi dari rumah setelah perceraian orang tuanya.
"Mizu?" saah satu staf memanggilnya, ia menyentuh pundak Mizu yang melamun. "Kamu tidak apa-apa? Kamu banyak melamun belakangan."
Mizu tersenyum, mengangguk kecil dengan riang. "Saya baik-baik saja, hanya memikirkan skenario berikutnya. Jangan khawatir, Ash." Ash terlihat murung, meski Mizu telah meyakinkannya. "Ngomong-ngomong, kenapa hari ini ribut sekali?"
"Itu...." Ash menjeda, ia bingung. "Tentang berita anak hilang."
"Anak hilang?"
Sepasang iris hijau milih Ash meliriknya ragu-ragu. Wanita itu tahu Mizu tidak banyak mengikuti berita dan fokus pada semua jadwalnya. Namun Mizu memperlakukan semua orang dengan sangat baik, ia khawatir hal ini justru akan mengganggunya.
"Hei," Valexis memotong pembicaraan mereka, menatap Ash untuk mengisyaratkannya agar meninggalkan mereka berdua. "Sepertinya kita harus menunda keberangkatan ke Ellora-Saint," sambungnya setelah Ash menghilang.
Mizu menatapnya dengan tidak percaya, bibirnya terbuka dengan penuh rasa heran, "Lagi? Sudah tiga bulan kita menunda. Tidak ada gunanya terlalu lama di tempat ini...."
Valexis menyisir rambut putihnya dengan kasar, merasa frustasi karena rencana perjalanan mereka harus terus berubah. Ini semua karena Reviver Hunter yang belakangan menjadi agresif.
"Kalau begitu kita akan pergi ke wilayah lain dulu, Valexis. Aku tidak yakin kita bisa bertahan selama itu..." Mizu menatapnya dengan mata yang dipenuhi keyakinan, "Kita mulai kehabisan waktu."
Valexis menatapnya, menahan sesuatu untuk dikatakan. Pada akhirnya ia menghela nafas kasar lalu mengangguk. "Kau benar."
Mizu menatap punggung Valexis yang semakin menjauh. Dia selalu menatapnya seperti ingin mengatakan sesuatu, namun pada akhirnya, dia tidak pernah mengatakan apapun.
Aku harap kami baik-baik saja, sampai hari perjanjian usai.
.
"Hari ini selesai malam sekali." Mizu menyentuh pundaknya yang terasa kaku karena mengulangi adegan yang sama beberapa kali. "Kamu kenapa?" Gadis itu menyentuh bahu Valexis perlahan.
Valexis menatapnya sambil tersenyum ganjil. "Ada bau bangkai tikus di sekitar sini." Sepasang iris heterochromia miliknya menatap lurus ke arah gang, yang tepat berada di sebelah bangunan tempat mereka berdiri saat ini.
Saat hendak memeriksa, muncul suara anak kecil yang refleks mengejutkan Mizu.
"P-PERGI! PERGI KALIAN!"
Suara anak kecil! Gadis itu menyentuh lengah Valexis, menariknya kuat-kuat. Valexis menghentikan langkahnya, menatap Mizu dengan alis terangkat seolah berkata kau mau apa?
"Tunggu, tunggu, Val!" Mizu mencegahnya untuk memeriksa. "Apa kamu yakin ini bau Reviver Hunter? Val, belakangan kamu terlihat sangat kacau. Biarkan aku yang memeriksa, oke?"
Valexis mendesis, "Jangan bercanda."
"Aku mohon, percayalah! Val, aku tidak pernah meminta apa-apa, bukan?" Mizu mengeratkan pengangan tangannya pada lengan Valexis. "Biarkan aku yang melakukannya...."
Valexis menghela nafas, ia lelah. Perdebatan kali ini tidak bisa diselesaikan kalau ia terus mendesak Mizu. Gadis itu tersenyum, melihat Valexis yang mengalah padanya. Dengan hati-hati, Mizu mendekat ke arah suara.
Valexis melompat menjauh, memeriksa sisi lain tempat itu. Firasatnya mengatakan kalau sesuatu akan segera terjadi, dan hal itu jelas bukan hal baik.
Dan benar saja di sana ada anak kecil yanh sedang bersembunyi di balik tumpukan kardus, menutup mulutnya penuh rasa takut. Ekspresi Mizu berubah menjadi cerah, ia segera mendekati anak itu.
Ia berjongkok dan menaruh telunjuknya di depan bibir. Saat hendak memberontak, Mizu menggeleng kecil lalu tersenyum padanya. Mengisyaratkan kalau ia tidak bermaksud buruk, dan anak itu menatapnya.
"Tidak apa-apa—!!"
Tidak ada yang bergerak dari posisi. Mizu, Valexis, dan anak kecil itu merasakan aura kuat Reviver Hunter di balik pagar pembatas. Mizu menyadari Valexis tidak ada di sekitarnya, ia memeluk anak itu dan menunduk.
'Klang
Kaleng minuman menggelinding di sebelahnya, Mizu menatapnya namun yang ia lihat hanyalah sepasang iris merah di balik kegelapan yang siap membunuhnya.
"Ketemu," bisiknya.
.
.
.To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
False Awakening
Fantasy[Atkārtošanās Book-1] "Sejak awal hidup kembali setelah merasakan yang namanya kematian itu menyalahi takdir." Keberadaan para Reviver dianggap mengganggu keseimbangan dunia, serta mengancam keberlangsungan umat manusia. Untuk memusnahkannya, musuh...