4. Abbe Dalson (iii)

2 1 0
                                    

[CHAPTER IV | FALSE AWAKENING]

───※ ·❆· ※───

Veeleander | 13 Mei 2022

───※ ·❆· ※───

───※ ·❆· ※───

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Mizu]

***

Tiga hari setelah kejadian.

Hari ini salju pertama turun, tahun akan segera berganti dalam hitungan bulan. Meski sudah dua tahun berlalu sejak kebangkitannya, Mizu tidak mendapatkan informasi yang benar mengenai keberadaan adiknya. Hanya satu jejak yang ditemukannya, dan itu setahun yang lalu.

"Bagaimana dengan Abbe?" Mizu membelakangi Valexis, menatap jendela dengan mata lelah.

"Dia akan dikembalikan ke keluarganya setelah pemeriksaan selesai."

Dikembalikan ke keluarganya, Mizu menertawakan hal itu di dalam hati.

Selama ini, ia hidup di bawah gemerlap lampu, sorotan kamera, serta teriakan penuh semangat dari seluruh penjuru negara. Tetapi hatinya kosong, ia merasa hampa karena harus membiarkan orang-orang disekitarnya terus pergi.

Mizu harus menutup mata melihat para reviver dibawa pergi oleh reviver hunter.

Memainkan peran dengan waspada, seolah tujuan utamanya adalah hidup. Pada kenyataannya, Mizu tidak menginginkan hidup panjang. Tidak sama sekali. Tetapi mengapa ia terus-menerus lari?

"Kamu tau, kita kehabisan waktu," Mizu berkata pada Valexis, "aku mau berhenti bersembunyi dan menghadapi mereka."

Valexis menatap lurus ke arah pintu, mendengarkan apa yang berusaha dikatakan Mizu.

"Ingat apa yang sempat kita bicarakan di masa lalu? Kalau Pytaloka...." Mizu menatap jemari yang berkeringat karena gugup. "Kebangkitan ini tidak ada artinya. Tapi aku tidak mau mengabaikan masalah ini."

Bangku yang terbuat dari besi itu berdecit saat Valexis mendudukinya. Mizu menoleh, mendapati sosok pria berambut salju dengan sepasang iris heterochromia itu menatapnya dengan tenang.

Ia tidak berniat berbicara atau menasehati Mizu kali ini.

"Apa maumu?" tanya Valexis.

"Ayo kita bawa dia pergi. Pergi ke tempat yang jauh!"

Valexis menatapnya, berusaha menjaga suaranya tetap tenang. "Setelah itu?"

"Dia bisa hidup di tempat yang jauh...." katanya penuh harap.

Benar-benar harapan yang naif.

Itu hampir terasa mustahil kalau ia sendiri, namun Mizu memiliki Valexis di sisinya. Valexis menyentuh dagunya, Mizu tidak ada jadwal untuk dua hari ke depan, kondisinya juga semakin memburuk sejak Abbe dibawa ke kantor polisi dan psikolog.

False AwakeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang