3. Abbe Dalson (ii)

6 1 0
                                    

[CHAPTER III | FALSE AWAKENING]

───※ ·❆· ※───

Veeleander | 7 Mei 2022

───※ ·❆· ※───

───※ ·❆· ※───

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Eh? Mizu?"

Sebelum tangan itu semoga meraihnya, Mizu mendengar suara yang familiar. Perhatiannya teralihkan sejenak, namun begitu menoleh ke arah dimana ia melihat mata merah itu, Mizu tidak menemukan apa-apa.

"Eh?" Mizu tergagap, menatap area itu dan Ash secara bergantian, "jantungku rasanya hampir hilang...."

Ash menatap Mizu yang pucat dengan panik, ia berusaha menenangkannya. Sampai wanita itu melihat sosok anak kecil yang dipeluknya. Tanpa ragu, Ash berteriak penuh pertanyaan.

"ABBE DALSON?" katanya sambil menunjuk anak itu.

Mizu menatap anak yang berada di pelukannya, lalu balik menatap Ash. Kini ia mengerti alasan mengapa anak itu menghilang, baik di kesempatan pertama maupun saat ini.

***

Mereka diam, tidak bergerak atau memiliki niatan buka suara. Masing-masing menyadari kesamaan, namun masih enggan membuka diri. Ada rasa takut yang melilit di belakang sana, menahan suara keluar dari bibir.

'Clak!

Suara pintu yang dibuka mengalihkan perhatian, Mizu menatap Valexis yang mengintip untuk melihat situasi. Benar saja dugaannya, belum ada kemajuan. Dengan isyarat, Valexis menyuruh Mizu untuk memulai percakapan dan memuaskan rasa ingin tahunya.

Begitu pintu ditutup, gadis itu dan anak laki-laki yang duduk di ranjang berpandangan. "Apakah kamu seorang Reviver?" tanya Mizu.

Abbe Dalson tersenyum, "Iya. Aku reviver, Kak."

Mizu bingung harus bereaksi bagaimana. Meski sudah dua tahun menjadi reviver, ia cenderung menghindari kontak dengan reviver lain karena anjuran Valexis. Kini ia dihadapkan dengan situasi yang berbeda, keadaan yang membuatnya dilema.

"Kalau begitu saat kamu kabur dari rumah...." Mizu menggantungkan kalimatnya.

"Aku diculik saat mau pergi ke rumah Ibu, karena aku berhasil kabur mereka menembak kakiku. Aku jatuh ke air dan tenggelam karena tidak bisa naik ke permukaan," jelasnya dengan suara kecil. Abbe menatap Mizu dengan senyum, ia tidak mengharapkan belas kasihan atau bantuan. "Terima kasih sudah berusaha menolongku, tapi Kakak akan dalam bahaya kalau terlibat lebih jauh."

Menjeda, Mizu merasa ia akan menangis di tempat. Tetapi ia tidak melakukannya, gadis itu justru meraih tangan kecil Abbe. Tangan yang dingin, dipenuhi luka, berbeda dengan senyumnya yang sehangat mentari.

"Kakak...." Abbe berusaha memanggilnya. "Jangan sedih!"

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Mizu menghela nafas panjang, menatap langsung iris emas Abbe yang berkilauan.

"Aku akan ikut reviver hunter, aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Tapi itu bukan pilihan yang buruk."

Mereka akan mengirimmu kembali pada kematian! Mizu berteriak di dalam hatinya. Abbe tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, yang jelas ia tidak ingin membahayakan orang di sekitarnya. Terlebih ketika mengetahui orang yang menyelamatkannya adalah reviver.

"Kakak bisa meninggalkanku. Mereka pasti akan menjemputku besok malam."

***

Valexis menghela nafas. Mizu tampak sangat gugup setelah kejadian itu. Alasannya jelas, karena ia lagi-lagi dinasehati oleh Valexis dalam waktu yang lama. Sudah berkali-kali ia melakukan hal ini, Mizu rasanya tidak pernah menyesal.

"Tapi tadi itu benar-benar Reviver Hunter, kan?" Mizu menatap jemari kakinya yang bertautan gugup, "Mereka memburu anak itu, Valexis."

Valexis menatapnya. "Benar, dan bocah itu berhasil kabur entah bagaimana."

Jejak penculikan yang tertinggal di lokasi jelas-jelas bukan jejak biasa. Abbe Dalson tidak melarikan diri, namun diculik. Menjadi satu-satunya penerus usaha besar ayahnya saja sudah menjadi alasan yang bagus untuk menutupi jejak Reviver Hunter. Mereka jelas mengenal baik latar belakang anak itu.

"Kalau dibiarkan...." Mizu menggantungkan kata-katanya, menghela nafas panjang.

"Dia akan dibunuh," sambung Valexis. Laki-laki itu sebenarnya tidak terlalu peduli, karena keselamatan yang harus dijaminnya hanyalah Mizu. "Ash sudah melihatnya, dalam waktu dekat polisi pasti akan tahu. Anak itu tidak akan bisa hidup tenang."

Tetapi Mizu jelas tidak akan tinggal diam, ia akan berusaha membawa kabur anak itu. Sudah banyak sekali kasus Reviver yang menghilang, dan ditutupi dengan sangat sempurna oleh Reviver Hunter. Selama dua tahun ini, Mizu harus menahan diri untuk tidak ikut campur agar keberadaannya tidak diketahui.

Ia tidak mau membiarkan anak kecil ini kembali pada kematian. Apalagi setelah mendengar ceritanya.

"Bisakah kita membawanya pergi ke tempat yang jauh?" Mizu bertanya sungguh-sungguh, "seperti Ellora-Saint."

"Dan membuatmu dicurigai?"

Mizu merasakan dadanya sesak. Ia memiliki keinginan kuat, namun Valexis enggan membantunya. Laki-laki itu tidak akan bergerak sebelum Mizu terjun ke dalam bahaya. Begitulah cara kerjanya.

Anak itu mengingatkannya pada adiknya. Valexis tahu itu tapi menolak ikut campur.

Tidak lama setelahnya, Ash muncul di balik pintu penghubung antara ruang perawatan dan ruang tunggu. Wajahnya jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya.

"Mizu, kamu baik-baik saja?" Ash kembali bertanya.

Mizu mengangguk kecil, "Iya."

"Aku akan menghubungi polisi setelah dia sadar," Ash berkata, menatap pintu ruang perawatan sambil tersenyum kecil, "mereka pasti senang anaknya sudah kembali."

Menunduk, wajah Mizu memucat mendengarnya. Kepolisian tidak lebih baik dari reviver hunter, mereka hanya akan mempermudah pekerjaan reviver hunter.

Aku harus membawanya pergi, tekadnya.

.
.
.

To be continue....

False AwakeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang