10. Serangan

2 0 0
                                    

[CHAPTER X | FALSE AWAKENING]

───※ ·❆· ※───

Veeleander | 29 Juli 2022

───※ ·❆· ※───

"Bagaimana? Apakah makanan ini cocok dengan selera kalian?" tanya Reze dengan senyum cerah di wajahnya.

"Tentu saja, Nona Reze," balas Mizu. Mereka saling melempar senyum di sela-sela kegiatan.

Setelah makanan utama habis, mereka mengobrol sambil menunggu datangnya makanan penutup. Meski begitu Mizu merasakan perutnya sudah tidak kuat, karena ia terlalu gugup. Perasaannya semakin buruk dari waktu ke waktu, Valexis juga menyadari itu.

"Bagaimana keadaan Anda, Nona Mizu? Saya sudah mendengar kabar soal apa yang terjadi dua hari yang lalu," tanya Reze khawatir.

Benar, berita itu pasti sudah sampai pada Reze. Karena itu juga Reze bersedia mengikuti jadwal yang ditentukan oleh Mizu untuk janji makan malam yang kedua kalinya.

"Saya baik-baik saja, terima kasih sudah bertanya."

"Saya rasa kita harus segera masuk ke pembahasan kali ini, Nona Reze," timpa Valexis. "Anda terlalu banyak mengulur waktu. Bukankah saya sudah mengatakan kalau keadaan Mizu belum sepenuhnya membaik?"

Mizu menatap Valexis dengan penuh tanda tanya. Laki-laki itu meliriknya, seolah mengerti kekhawatiran Mizu lalu mengangguk kecil.

"Anda benar, saya rasa sekarang adalah saat yang baik membicarakan detail kontraknya," balas Reze sembari menghubungi asistennya. "Dokumennya akan segera dibawakan oleh asisten saya, karena itu sekarang kita bisa membicarakan soal acaranya."

Selama diskusi, Valexis terus-menerus berusaha mencari kesalahan Reze. Mizu tidak bisa menghentikan Valexis, karena Reze membuatnya juga tidak nyaman. Wanita itu memiliki aura yang sangat kuat, entah karena alasan apa.

Auranya bahkan melebihi Abbe.

Ada sesuatu yang aneh di Reze yang membuat keduanya tidak nyaman. Sesuatu yang terlalu mencolok. Mizu merasa ia akan segera muntah kalau terlalu lama berada di tempat ini.

"Hah ... Saya tidak percaya Anda meninggalkan berkasnya dan membuat kami menunggu," kata Valexis tajam.

Mizu menyentuh tangan Valexis, berusaha menghentikannya. Reze nampak tidak ingin mengalah dan menukar posisinya sebagai penanggungjawab acara pada orang lain, meski ia melakukan kesalahan fatal seperti membuat mereka menunggu.

Mengerti kegelisahan Mizu, Valexis memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan memberikan ruang bagi kedua wanita itu untuk bernafas. Setelah Valexis pergi, Reze nampak lebih tenang dan lega.

"Maafkan saya, Nona Mizu. Kecerobohan ini tidak akan saya ulangi di masa depan, karena itu saya akan membuktikannya dengan baik," jelas Reze bersungguh-sungguh.

"Tidak apa-apa Nona Reze, saya rasa kita perlu menjadwalkan ulang pertemuan untuk diskusi yang lebih nyaman," sarannya.

Reze terdiam sesaat, menimang saran dari Mizu. Wanita itu lalu memberikan senyum tenang dan menyetujui hal itu. Bersamaan dengan persetujuannya, Mizu melihat Valexis berjalan ke arah mereka, tepat di belakang Reze.

Mizu merasa sesuatu yang tidak beres terjadi, meski mereka sudah menyetujui untuk berdiskusi lagi. Ia mendongak, ke arah lampu besar yang indah di atas mereka. Dan detik berikutnya lampu itu terasa semakin dekat dengannya.

"LAMPUNYA—!"

Seseorang berteriak pada saat yang sama lampu besar di atas mereka terjatuh. Valexis yang baru kembali dari kamar mandi berlari, ke arah mereka. Ia menarik tubuh Reze dari kursi, membiarkan tubuh wanita itu terlempar ke lantai, jauh dari meja mereka. Detik berikutnya ia mendorong kakinya untuk berlari ke arah Mizu.

False AwakeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang