Prolog

1.6K 236 18
                                    

"Ahh capeknya." Suara itu milik Anisa Atari Zamran, biasa dipanggil Anisa oleh teman-teman maupun keluarganya.

Sosok perempuan pekerja keras yang periang.

Mahasiswi semester 6 jurusan akuntansi.

Cewe berpipi chubby dengan kerudung bergo maryamnya.

Cewe pecinta pedas dengan asam lambungnya.

Cewe pecicilan yang takut akan tabokan emak di waktu sholatnya.

Dan juga cewe bar-bar yang memiliki sahabat dekat di samping rumahnya, Ahmad Zuhri Al Malik, sahabat dari orok, teman mandi bareng, teman nyolong mangga, teman ngusilin jama'ah masjid, teman jajan, teman main, dan juga teman hijrahnya.

"Nis cepet kamu mandi, sholat terus bantuin Bunda siapin makanan, udah mau dateng nih tamunya." Itu teriakan Salwa Rengganis, bunda Nisa.

Hari ini ada jadwal arisan di rumah Nisa.

Nisa mendudukkan badannya, hari ini dia merasa sangat lelah.

Nisa beranjak mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.

5 menit dia keluar, mandinya Nisa tak seperti cewe-cewe lainnya yang harus luluran dahulu lalu mengulang sabunan berulang kali, baginya jika sudah terkena sabun dan air berarti dia sudah mandi dan bersih.

Nisa merenggangkan ototnya, lalu berjalan mengambil mukenah hendak sholat.

"Robbi firli waliwali dayya warhamhuma kama robbayani sohiro."

Nisa mengakhiri do'a, lalu sujud sekali sebelum berdiri.

Nyaman

1 menit

3 menit

5 menit

8 menit

10 menit

"Nisa! Udah sholat belum? Cepet turun!" teriakan Salwa menggelegar.

"Nis?! Tidur kamu ya?" lagi suara Salwa terdengar.

Merasa ada yang janggal, tak biasanya putrinya itu sulit dipanggil.

Ceklek

Salwa membuka pintu yang tidak terkunci, pandangnnya mengarah pada sosok Anisa yang sedang sujud.

"Masih sholat toh," gumannya, lalu masuk hendak menunggu putrinya selesai sholat.

30 detik

1 menit

1 menit 20 detik

Salwa menghitung itu, namun kenapa putrinya tak kunjung beranjak?

Segera Salwa mendekat, menyentuh bahu Anisa yang tampak lemas.

Brak

Anisa jatuh menyamping, Salwa terkejut bukan main.

"Nis! Nisa!" Dengan menepuk pelan pipi putrinya Salwa mencoba membangunkan Nisa.

"Nisa bangun!" Tak ada jawaban. Salwa semakin panik.

"Mas! Mas Ardann! Nisa Mas!" Salwa memanggil suaminya yang berada di lantai satu.

Tak lama Ardan sampai di kamar Nisa, Laki-laki yang merangkap sebagai kepala keluarga itu mendekati Salwa.

"Bun? Kenapa Nisa?" tanya Ardan Zaenal Zamran.

Salwa yang sudah menangis deras menggeleng tanda tak tahu.

Ardan mengecek kening putrinya, hangat.

"Kita bawa ke rumah sakit Bun!" putusnya, lalu segera membopong tubuh Anisa dan berlari cepat.

Tbc

Bodoa mau ada yang baca apa enggak yang penting udah ke publish dan gak ganggu isi kepala:(

Jangan lupa sholat ye!

27 November 2021

Ratu GaulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang