8.

741 159 35
                                    

Tabib meninggalkan ruangan.

Sukma maju, duduk di pinggiran ranjang mengusap lengan menantunya.

"Kau terlalu bekerja keras hari ini."

Tabib tadi mengatakan bahwa Elyana sakit perut yang berlebihan karena efek dari datang bulan. Ditambah lagi, bahwa perempuan itu belum tidur dari semalam.

"Ibunda Permaisuri dan Kiana akan tinggal di sini. Mereka berdua akan mengawasimu beberapa hari ke depan."

Zarga hendak protes, namun melihat tatapan tajam Airsyen dia urungkan niatnya.

"Kau terlalu berlebihan pada istrimu yang tak bersalah ini, aku sangat kecewa." Airsyen mendekati menantunya, memberika do'a yang semoga segera menyembuhkan menantunya.

Airsyen menjauh, membenarkan pakainnya karena dia hendak kembali ke Kaisaran. "Aku tak ingin mendengar kau masih berhubungan dengan simpananmu itu. Menjijikkan bahkan aku lebih sudi bersujud pada gelandang dari pada menerima dia menjadi kekasihmu!"

Airsyen pamit, dia mengatakan pada istri dan anak bungsunya bahwa pengawal akan membawakan pakaian keduanya.

Kiana memandang kakak iparnya. Apa hanya karena satu kejadian, sekarang dia prihatin padanya?

...

Zarga memasuki ruangannya. Di sana ada Elioz, tangan kanannya yang semalam menggantikan tugasnya mengurus berkas-berkas.

Dan juga ada, Argus. Sepertinya laki-laki kemanyu itu tidak ikut pulang bersama keluarganya.

"Maaf sudah membuat kekacauan di sini."

Zarga meminta Elioz untuk pergi meninggalkan keduanya.

"Tidak, ini bukan salahmu." Zarga memeluk kekasihnya erat, yang dibalas tak kalah eratnya.

Zarga menyanyangi Argus, selaknya dia menyanyangi kekasihnya dulu waktu remaja. Dan berarti, itu sudah cukup bukan untuk bukti bahwa dia menyukai Argus.

Ada alasan tersendiri hingga akhirnya dia memilih untuk berhubungan dengan sesama jenis. Dan dia, tidak bisa menjelaskan secara rinci.

"Kau pasti kesulitan, karena aku tak ada di dekatmu tadi." Zarga membimbing Argus untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu.

"Tidak, tenang saja."

Zarga memijat keningnya, dia pusing memikirkan ucapan ayahnya beberapa saat lalu.

"Apa hal buruk baru saja menimpamu?"

"Ya, mungkin?"

Zarga menggenggam tangan Argus, merasa bahwa dia tak rela jika berjauhan dengan kekasihnya.

"Ayahku meminta hubungan kita untuk dihentikan." Zarga mengusap pelan tangan lembut itu. Argus memang, tak memiliki bakat berpedang atau pun lainnya yang bisa dijadikan temeng untuk bertahan hidup, makanya tangannya halus.

"Aku sudah menduganya. Ayahmu terlihat tidak menyukai keluargaku."

"Tidak, ayahku memang seperti itu, pada siapa pun termasuk padaku."

Argus menoleh pada kekasihnya. "Apa kau menyetujui hubungan kita berakhir?"

"Bagaimana lagi? Aku sudah membujuknya, akan sangat berbahaya jika melanggar perkataannya. Bukan hanya aku yang akan dia beri hukuman, tapi kau dan juga keluargamu."

Argus terdengar menghela nafas, laki-laki itu gusah, meninggalkan kekasihnya sama saja melukai hatinya. "Aku akan menerima ini. Hubungan kita berakhir."

Zarga memandang wajah kekasihnya dengan kesedihan yang kentara, suatu hal sulit baginya karena harus merelakan berpisah dengan Argus. "Aku akan sering berkunjung ke Kerajaanmu."

Ratu GaulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang