15• Arrows Of Sorrow

1.3K 333 121
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading

Yedam dibawa oleh mereka semua menuju istana untuk menemui tabib. Tak ada yang tahu bahwa lelaki itu telah meregang nyawa akibat saat diangkat, tubuhnya masih terasa hangat. Denyut nadinya pun masih bergerak, lantas kalau begitu pasti memiliki harapan untuk hidup. Padahal sebenarnya Yedam benar-benar telah tiada.

Mereka menangis, kejadian tak terduga ini sangat menyakitkan. Bisa-bisanya ada yang terluka tepat dibagian jantung dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Padahal mereka semua telah menerbangkan harapan untuk selalu bersama tadi.

Mereka lewat jalan dimana tak ada satupun warga yang sedang menonton rangkaian acara dapat melihat mereka. Akibat jalan tanpa hambatan melewati pintu samping dekat rumah mereka, akhirnya mereka berhasil sampai di ruangan tabib istana. Yedam yang wajahnya telah pucat pasi diletakkan diatas ranjang kayu. Tabib yang melihatnya sangat terkejut dan langsung bertindak.

"Tolong! Tolongin Yedam!" kata Jihoon panik.

"Yedam gapapa 'kan? Dia cuma sekedar luka biasa aja 'kan?" tambah Hyunsuk.

"Yedam! Bangun lo!" panggil Doyoung.

"Tapi.. kenapa mukanya pucat banget.." gumam Junkyu yang kini telah menangis.

Tabib yang memeriksa setiap denyut nadi pada Yedam pun hanya terdiam. Ia takut sekali jika kata-katanya bisa menyakiti hati mereka yang mendengar. Namun mau tak mau para sahabat cendikiawan ini harus diberi tahu perihal kenyataan yang menyakitkan.

Lelaki paruh baya itu berbalik, ragu sekali ia berkata karena takut menghancurkan harapan wajah-wajah yang penuh air mata ini. Ia menghela nafas berat, bibirnya mulai bergerak untuk merangkai kata.

"Aku hanya bisa mengobati, namun jika seseorang yang ku obati telah sampai di surga terlebih dahulu-"

"GAK! LO BOHONG!" teriak Mashiho marah.

"Mashiho, diem dulu..." ujar Yoshi pelan untuk menenangkan lelaki itu.

"Maafkan aku yang tak bisa menyelamatkan Tuan Yedam. Anak panah telah menusuk jantungnya, tak ada lagi harapan untuk bangun. Sebenarnya saat aku periksa, dia memang telah tiada."

Mashiho mendorong tubuh tabib itu untuk menyingkir. Ia memegang kedua bahu Yedam yang terasa kaku. Lelaki itu mengguncang tubuh Yedam yang tak bergerak sama sekali. Sang cendikiawan pintar mereka benar-benar telah tiada kala itu.

Tak ada yang bisa mereka lakukan selain menangis. Meminta pada langit agar lelaki itu bangun lagi pun tidak bisa. Doyoung mencengkram erat kain yang menjadi penutup ranjang itu. Air matanya menetes berkali-kali hingga basahnya mengenai benda tipis itu.

[왕좌]¹ THE THRONE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang