Ch.37|Don't Go|

38 9 3
                                    

Selamat membaca!^^

**__________________________**

"Besok mungkin hari terakhirku tinggal di vila ini."

"Ah, jadi besok hari terakhir liburmu, ya. Kalau kau sudah kembali ke rumahmu, lalu aku harus menghubungimu melalui apa?"

"Itu tidak perlu. Kau akan tahu tempat tinggalku, jadi kau bisa langsung datang. Ingat, ya, jangan menangis saat datang nanti!"

Percakapan semalam kembali terlintas di kepala Arami setelah mendengar penjelasan Hazzel. Selama mendengarkan, pandangannya terlihat kosong. Kentara sekali bahwa gadis itu sedang kesulitan menerima apa yang baru saja didengarnya.

"Dia memintaku untuk memberitahumu hal ini seminggu setelah kita berpisah, mungkin saat itu dia sudah kembali ke tempat dimana ia seharusnya berada." tutup Hazzel sambil menunduk karena kesulitan untuk menatap wajah gadis dihadapannya.

Tentu saja Arami tidak menjawab, ia sedang sibuk berdebat dengan dirinya sendiri, memutuskan apakah yang sudah didengarnya itu nyata atau hanya sekadar omong kosong.

Sejujurnya ia tidak ingin percaya dan mengabaikan kenyataan pahit yang baru saja didengarnya, namun jika itu sungguhan, bukankah dia akan menyesal karena mengabaikan hal ini?

"Besok mungkin hari terakhirku tinggal di vila."

Rasa takut yang dirasakannya semakin membesar ketika ucapan Arata semalam melintas kembali dipikirannya

Jika kenyataan yang dikatakan oleh Hazzel benar, maka Arata akan menghilang hari ini.

Memikirkan hal tersebut membuat kakinya seketika terasa lemas. Ia hampir jatuh ke tanah jika Hazzel tidak menahannya tepat waktu.

"Arami, kau baik-baik saja?" tanya Hazzel pelan, wajahnya yang biasa datar kini dipenuhi oleh kekhawatiran.

"Arata ... aku harus pergi ke tempat Arata."

"Aku akan mengantarmu." ucap Hazzel sambil segera menghubungi supirnya.

Beberapa menit menunggu, akhirnya mereka masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju vila saat itu juga. Diperjalanan, Hazzel sibuk mengabari beberapa orang mengenai kepergian mereka menuju vila di dekat pantai utara.

Orang pertama yang ia hubungi adalah Paman Kaito, ayahnya Arami. Setelah itu ia menelepon Chris dan bilang padanya untuk datang menyusul bersama Kayano.  Ia juga menelepon Arata berkali-kali melalui telepon rumah yang ada di vila, namun tidak satupun dari panggilannya terjawab.

Sementara itu, Arami hanya diam sambil memandang keluar jendela. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya, ia memandang kosong keluar jendela selama melamun. Gadis itu bahkan tidak bergeming ketika Hazzel menggenggam tangannya untuk menyalurkan rasa hangat yang menenangkan.

Yang Hazzel pikirkan saat ini hanya satu, yaitu berharap bahwa Arami akan baik-baik saja ketika sudah tiba di vila nanti.

_*_

"Aku juga tidak tahu persis bagaimana kejadiannya karena Hazzel hanya memberitahuku sekilas, tapi kita harus datang ke sana secepatnya."

Kayano terdiam di depan pintu rumahnya. Setelah mendengar ucapan Chris, perasaan sesak yang sudah ia tahan sebisa mungkin seolah kembali meluap kepermukaan.

Wozry : The Hidden Tale From The NorthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang