Ch. 18|Who Are They?|

36 9 0
                                    

Selamat membaca!^^

**_______________________________**

Aku terbangun dan mendapati Arata yang tertidur di sebelahku seraya menggenggam sebuah handuk kecil berwarna putih yang biasa digunakan untuk mengompres. Tangannya yang satu lagi memegang selimut yang kugunakan agar tetap menutupi seluruh tubuhku sampai leher.

Ia tidur menyamping dengan sebelah tangan dijadikan bantal. Aku tidak tahu seberapa lama ia tidur dengan posisi itu, bisa-bisa seluruh badannya terasa pegal ketika bangun nanti karena tidur di atas tatami yang keras dengan posisi seperti itu.

Setelah kejadian itu, aku jatuh demam selama tiga hari dan selama itu pula Arata selalu berada di sisiku. Wajahnya terlihat lelah, mungkin ia kurang tidur karena sibuk merawatku sepanjang hari walaupun ada pelayan yang dapat menggantikannya.

Tanganku bergerak untuk mengusap rambut yang menutupi dahinya. Dilihat sesering apapun, aku masih merasa aneh ketika menatapnya. Rasanya seperti melihat orang lain sedang memakai wajahku, tetapi sekarang bagiku dia bukan lagi sekadar "orang lain". Dia memainkan perannya sebagai kakak dengan sempurna sampai aku merasa bahwa dia benar-benar saudara kandungku.

Aku tertawa kecil ketika memikirkan hal tersebut. Jika itu sungguhan, sepertinya akan terasa sangat menyenangkan.

"Ng ... Arami? Kau sudah bangun?"

Ah, rupanya aku membuat dia terbangun. Aku menarik tanganku yang tadinya sedang mengusap rambutnya. "Sudah," jawabku singkat dengan senyuman kecil.

Ia bangun dari posisi tidurnya dan mengucek mata. "Kenapa tidak membangunkanku?"

"Habisnya kau terlihat lelah."

"Ah ...," Ia mengusap seluruh wajahnya dan tersenyum. "Aku tidak apa-apa. Hanya saja tanganku terasa sedikit keram karena dijadikan bantal semalaman."

"Tidak, sekarang giliranmu untuk beristirahat." ucapku seraya bangun dari posisi tidur. "Aku tahu kau hampir tidak pernah keluar dari kamarku selama tiga hari kemarin. Kau pasti kelelahan karena merawatku selama itu tanpa beristirahat dengan benar."

"Bagaimana dengan demammu?"

"Aku sudah sembuh, jadi kau tidak perlu khawatir."

Ia mengecek suhu tubuhku menggunakan punggung tangannya lalu menghela napas. "Syukurlah sudah tidak panas. Kalau begitu, aku akan tidur lagi selama satu atau dua jam, rasanya aku masih mengantuk." ucapnya seraya kembali berbaring di atas tatami.

"Hei, kembalilah ke kamarmu dan tidur di atas futon." seruku sambil menarik tangannya agar bangun.

"Uhh, paviliun ini terlalu luas. Aku bisa ketiduran di tengah jalan selama menuju kamar saking jauhnya."

Aku menyingkir dari futon dan mendorongnya agar berguling ke atas futon milikku. Dia pasrah saja selama aku melakukannya, sepertinya dia benar-benar mengantuk. Aku tersenyum lantaran merasa gemas melihatnya tak bergeming dengan mata terpejam setelah berada di atas futon. Sisi dirinya yang ini terlihat lucu dan polos seperti anak kecil.

Aku meregangkan badan dan menghela napas. Arata sudah tidur, jadi aku bisa pergi sekarang. Ahh, aku ingin mandi di pemandian air panas yang ada di paviliun ini. Tubuhku terasa lengket karena banyak berkeringat. Ketika membuka pintu kamar, rupanya Ayane hendak melakukan hal yang sama di baliknya.

Wozry : The Hidden Tale From The NorthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang